Terima kasih telah mengajarkanku arti ikhlas dari salah satu ketetapan takdir yang Allah berikan dalam bentuk perasaan.
-Amir Abdullah
===
"Ikut Papa!" suruh Reno yang membuat Abhi memutar malas kedua bola matanya sambil berdecak kesal.
"Apaan sih Papa tuh, nggak tahu kalo lagi capek banget apa ya," gumamnya seraya berjalan mengikuti Reno yang membawanya ke ruang keluarga.
"Jangan melampaui batas, Abhi! Berperilaku lah layaknya pria! Papa malu pada Allah setiap kali mengingat kelakuanmu dengan Shila," ucap Reno yang tentunya membuat Abhi bingung ke arah mana pembicaraan Papa itu.
"Papa ngomong apa sih? Haaah? Abhi gak pahaaam," ujar Abhi sambil menguap kantuk dan mengacak-acak rambutnya.
Geram sebab Abhi bicara dengannya secara ogah-ogahan, Reno mengepalkan tangannya untuk sejenak ia kumpulkan tenaganya sebelum di lepaskan ketika ....
"Udahlah, besok lagi ngomongin Shila-nya. Abhi mau ti—"
Bugh!
"Ukhuk,"
"PAPAAA!" teriak Reni histeris karena melihat cukup banyak darah keluar dari mulut anaknya gara-gara mendapatkan bogeman keras di perut oleh suaminya.
Abhi yang menyadari darah baru saja keluar tubuhnya, langsung menutup sumber munculnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk menahan rasa sakit yang ada di perutnya.
Kepalanya saat ini benar-benar pusing, matanya bekunang-kunang, pikirannya ruwet memikirkan banyak hal. Ah entahlah, sangat tak mudah menjadi dirinya yang sering diperlakukan egois oleh orangtuanya.
"Papa kenapa sih, hah!? Abhi ada salah apa lagi sampe Papa buat kayak gini!?" tanya Reni marah sambil memperhatikan kondisi Abhi yang sedikit membungkukkan badan seraya meringis.
"Anakmu kembali berulah, Ma. Dia nempetin Shila di gudang rooftop," jawab Reno sambil menujuk-nunjuk kepala Abhi
"Rooftop?" beo Reni sambil mengangkat kepala Abhi guna menghadap wajahnya. "Kenapa rooftop, Abhi? Di rumah ini ada 7 kamar,"
Abhi yang tak punya alasan yang jelas mengapa ia menempatkan Shila di rooftop hanya bisa menggeleng pelan sambil menundukan pandangan.
Reni menghela napas panjang. Ingin bersikap kasar seperti suaminya, tapi Abhi tetap saja Abhi yang sulit diajak kerjasama dalam kebaikan. Ia pun dengan sedikit usaha berusaha untuk berbicara dengan lembut. "Shila buat kamu gak nyaman ya, Sayang?" tanyanya
Abhi mengangguk sekali, sementara Reno sudah mengepalkan tangan lagi guna bersiap diri menghajar bocah tengil itu, namun sayangnya malah menjadi anaknya.
Tangan kiri Reni diangkat ke arah lengan kekar suaminya untuk menenangkan amarah membara atas jawaban yang Abhi tunjukan. "Baiklah. Kalo gitu Mama kabulkan keingan Abhi untuk berpisah dengan Shila,"
"Gak mau," tolak Abhi seketika dengan suara yang tidak jelas karena mulutnya masih ia tutupi.
"Kalo Abhi gak mau pisah, perlakukan lah Shila dengan baik. Tempatkan dia di kamar yang bagus, bersikap lah layaknya teman andai kamu belum bisa menganggap dia sebagai istri,"
Abhi yang luluh atas kelembutan ucapan dan sikap Mamanya, perlahan mengangguk.
Reni tersenyum tipis lalu mangambil langkah tepat di depan Abhi untuk mengecup dahi anaknya. Setelah ia memberi kecupan itu, spontan Abhi menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Diusia Dini √
Teen Fiction"Ridhai aku memoligamimu." -Fulan bin Fulan. Dia suamiku yang membenciku karena pakaian yang kukenakan seperti teroris, Dia suamiku yang ternyata sudah memiliki anak di luar pernikahan, Dia suamiku yang memoligamiku karena alasan tanggung jawab. ...