eps08

1.6K 131 6
                                    

Didepan pintu masuk para pegawai memberi salam pada Singto, May menghampiri Singto untuk mengambil beberapa berkas yang berada di tangannya.
"Maaf...Tuan Muda...Pak Yoh bilang sudah mengecheck semuanya namun entah kenapa mobil yang anda tumpangi hari ini tiba-tiba mogok di jalan seperti tadi."May memberikan keterangan mengenai situasi sopir pribadi Singto agar Putra ke 2 dari Suthilack.Corp tidak memarahinya.
Walau Singto memang kesal dengan kesiallan yang menimpanya pagi ini. Tidak membuatnya untuk benar-benar akan marah kepada Pak Yoh hanya karena masalah seperti ini. Karena Pak Yoh sudah mengabdi kepada Keluarga Suthilack.Corp sebagai supir pribadi Keluarga itu sebelum dirinya lahir.
"Sudah lupakan saja. Antarkan saja bumbies ku kesini."perintah Singto
"Baik. Tuan Muda..."jawab May tersenyum lega karena Pak Yoh tidak kena marah atasannya.
"Apakah hari ini ya?"tanya Singto melihat para pelamar kerja sudah berdatangan.
"Ya. Tuan Muda. Tuan Peck ikut dalam penyeleksian ini."jelas May
"Kurang kerjaan saja...Phi Peck ini!!!"batin Singto
Singto yang kedatangannya sudah disibukkan dengan banyak berkas-berkas yang menumpuk. Singto juga disibukkan mengobrak-abrik mencari berkas yang ingin dilihatnya sedari tadi belum ketemu juga.
"May...apa kau tadi menaruh berkasku semua di meja kerjaku?"tanya Singto menghubungi May.
"Ya. Tuan Muda Singto. Semua berkas sudah saya letakkan di meja Tuan. Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"jelas May di office telephone.
"Ok. May."jawab Singto singkat.
"Apa tadi aku meninggalkannya di rumah ya?Tidak. Tidak. Tidak. Aku yakin tadi aku sudah membawa semua. Ahh!!! Sialan itu!!!"umpat Singto teringat akan kejadian pagi ini.
"Mati aku!!!"Singto menepuk jidatnya
"Aku harus cepat menemukannya!!!bila Phi tahu!!!dan sampai terdengar Pho!!!aku bisa dikirim ke kutub utara!!!jadi beruang kutub disana!!!tidak!!!tidak!!!tidak!!!aku benar-benar sial hari ini!!!"umpat Singto dengan segala gumamannya.
Hingga May terkejut setelah kedatangan mendapati Ruangan Singto sangat berantakan. Bahkan beberapa ada yang terjatuh di dekat kaki Singto.
"Apakah Tuan Muda mencari berkas?"Singto langsung menatap May yang penuh tanda tanya di wajahnya.
"Berkas itu sudah ada di kantor Tuan Muda Peck. Dan anda diminta menunggu Tuan Muda Peck di ruangannya sekarang."Setelah May memberi salam dan meninggalkan Singto sendirian di kamarnya. Singto terduduk lemas. Menelakupkan kedua telapak tangannya menumpu dahinya yang terasa pening.
"Mati aku!!!Mati aku!!!Mati aku!!!aahhhk!!!Phi pasti marah besar!!!ini gara-gara si cecunguk sialan itu!!!awas nanti kalau bertemu!!!kuhabisi dia!!!"Singto mengacak-acak rambutnya.
"Huachim!!!huachim!!!huachim!!"Krist bersin-bersin lalu bergidik ngeri diruangan itu. Krist lalu cepat-cepat pergi dari ruangan itu.
"Aku harus pergi dari sini. Pasti ada yang membicarakanku."gumam Krist meninggalkan ruangan itu.
Singto berjalan disepanjang koridor yang membuat para seluruh pegawai wanita terpesona pada ketampanannya.
Singto tahu seluruh pegawai perempuannya terpesona dengan ketampanannya. Namun bagi seluruh pegawai di Perusahaan Keluarganya ini, Singto masih kalah tampan dengan kakaknya.
Sesampainya di pintu ruangan kakaknya. CEO Peck Palitchocke Ruangroj
Mengetuk pintu...
Tidak ada sahutan.
Singto masuk kedalam, menghela napasnya mendapati kakaknya belum kembali ke kantornya.
1Berkas terletak di atas meja kerja Peck.
"Itu dia."batin Singto.
"Bagaimana itu bisa berada disana?"batin Singto penuh tanda tanya. Seingat Singto kemungkinan terakhir seharusnya di tangan orang itu. Tetapi kenapa secepat ini sudah berada di tangan kakaknya.
Ceklek
Pintu terbuka
Peck tersenyum melihat handphonenya sedari tadi. Membuat Singto tertegun. Kakaknya berubah setelah melihat kedatangan Singto.
"Kau sudah disini."Peck menatap tajam pada Singto. Singto kembali menatap kakaknya yang sudah kembali ke kursi kerjanya.
"Kau tahu kenapa kau ku pinta kesini bukan?"tanya Peck geram.
"Maaf kak."Singto tertunduk
"Bagaimana kau bisa seceroboh ini!!!"Peck mulai menaikkan oktafnya. Singto semakin tertunduk.
"Sebagai hukumanmu kau hanya mendapat seperempat gajimu. Dan kau dilepaskan dari Project ini." Peck membuka berkas itu.
"Kak!!!aku sudah bekerja keras untuk project itu!!!tidak bisa kau melepaskannya dariku!!!Dan gajiku hanya seperempat!!!"protes Singto mendudukkan sikap duduknya.
"Itu lebih baik daripada aku harus rugi trilyunan untuk projectmu ini bila berada di tangan yang salah!!!"teriak Peck. Untung ruangan Peck kedap suara seperti ruangannya. Bila tidak Singto bisa malu. Atau kakaknya akan memarahi di rumah hingga terdengar oleh Phonya.
Bisa-bisa Singto mendapatkan 2x omelan, dan 2x hukuman.
"Setidaknya separuhnya kak...dan jangan lepaskan aku dari Projectku kak..."Singto menghampiri kakaknya, memegang tangan lalu merengek menggoyang-goyangkan tangannya.
Peck memukul kepala Singto dengan berkas itu.
"Baik. Aku tidak melepaskanmu dari Projectmu tetapi gajimu tetap seperempat. Terima itu atau aku mengadukan hal ini pada Pho."Peck menunjuk Singto dengan perintah tanpa bantahan apapun.
"Siap Boss!!!"teriak Singto mengangkat tangan dengan tanda hormat.
"Ohy. Besuk aku menunjuk Mild sebagai sekretarismu. Aku akan menunjuk sekretaris baru." imbuh Peck saat Singto membuka pintu hendak keluar dari ruangannya.
"au...kenapa?"tanya Singto heran
"Terima atau ku tambah hukumanmu?"perintah yang terkesan sangat memaksa dari kakaknya ini.
"Siap Boss!!!"teriak Singto meninggalkan ruangan kakaknya sebelum dia mendapatkan masalah yang baru.
Peck mengambil handphonenya kembali. Menampilkan wajah seseorang yang membuatnya tersenyum kembali.
"Krist Perawat."senyum Peck penuh arti.

I hope you love me tooo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang