eps23

856 64 3
                                    

Krist merasa malu pagi ini dalam dekapan Singto. Secara perlahan Krist mencoba melepaskan tautan itu. Singto menariknya erat dalam pelukannya.
Satu gerakan membuat Krist melengkuh tertahan. Singto yang mendengar itu, tersenyum lalu menghujamnya dengan cepat.
"aahh..ahhh.ahhh...phi...Sing..."Krist tak kuasa menahan desahannya.
"ya...seperti itu...sebut namaku...sayang..."Singto menghujam dengan cepat. Tangan Singto bermain dengan adik kecil Krist. Lalu secara tiba-tiba Singto melepas adik kecilnya untuk keluar. Membalik tubuh Krist hingga terlentang. Krist berpikir Kekasihnya akan memuaskannya dengan posisi terlentang. Ternyata Singto ingin melumat habis adik kecil Krist.
Krist menggigit bibir bawahnya.
"Phi...Sing...masuk..."Krist yang sudah menikmati sensasi adik kecil Singto. Merasakan holenya berkedut haus akan hentakan-hentakanya.
"Seperti ini..."Singto menggoda dengan memainkan jemarinya. Menggelitik yang sudah menjadi miliknya. Lalu kembali menyesap adik kecil Krist.
"Bukan....little Sing..."Singto tersenyum mendengar nama baru untuk adik kecilnya.
"Little Sing..."Singto menatap Krist, mengangguk mengiyakan.
Singto melebarkan kaki Krist...lagi-lagi...Krist menikmati jilatan-jilatan Singto. Membuat Krist mengerang. Menjambak rambut Singto.
"Phi...Siiing..."Singto tersenyum lalu memainkan little Sing di depan hole Krist. Krist menggigit bibir bawahnya.
Ketika little Sing bermain, Krist langsung menggelinjang, berkedut menyesap little Sing lebih dalam. Membuat Singto lebih garang. Bermain dengan adik kecil Krist.....
...............
Krist mendengar Singto sedang mandi setelah kembali membeli sarapan. Apartment Krist kecil. Murah. Jadi tidak ada dapur. Cuma sepetak. Dengan ruangan kerjanyapun lebih besar ruang kerjanya.
Mungkin desahan-desahan yang terjadipun terdengar oleh tetangga. Singto tidak betah dengan kamar Krist yang panas. Yang ada hanyalah kipas angin. Tidak ada Ac. Langsung beranjak mandi.
Saat Singto keluar hanya dengan melilitkan handuknya di area victimnya. Krist terpesona dengan lekuk otot perut Singto. Singto menggoda Krist dengan memeluknya. Lalu menciumnya.
"Pagi sayang..."Singto tersenyum menggoda.
"Pagi..phi...Sing..."Krist tersipu malu.
"Cute...kekasihku ini..."Singto mengecup kedua pipi Krist.
"Phi Sing...mau memakai kemejaku...karena pakaian Phi Sing yang kotor belum ku cuci. Kalau tidak suka..."Singto memotong perkataan Krist dengan mengecupnya.
"Aku ambil sendiri saja...dilemarikan...atau kau ingin memakaikannya..."goda Singto. Krist tersipu malu. Singto mulai berganti pakaian.
"Ini sangat indah..."Singto melihat hasil karyanya yang terlihat jelas dibawah telinga kiri Krist. Krist lupa. Berlari ke meja riasnya.
"Phi Sing...ini kelihatan..."sungut Krist.
"Tentu saja. Kau adalah milikku. Biar semua tahu. Kau tidak ingin hal itu?"tanya Singto.
"Bukan begitu. Tetapi malu bila kelihatan seperti ini... Apalagi Puim pasti menggodaku nanti." Krist menutupinya dengan cream kesayangannya. Mengoleskan agak lebih tebal.
Singto memeluk Krist dari belakang. Mencium bahu belakang Krist.
"Krist...aku belikan apartment yang baru ya...disini..."Singto dengan hati-hati untuk meminta Krist membelikan Apartment baru untuknya.
"Maaf...phi Sing...tetapi..."Singto menarik Krist untuk duduk di sofa.
"Aku tahu...ingin mandiri dan sukses seperti kakak-kakakmu bukan...karena itu kau tidak menerima bantuan mereka. Khun Punpun yang cerita."Krist mengangguk.
"Tetapi beda halnya bila ini rumah kita..."jelas Singto
"Rumah kita..."hati Krist berbunga mendengar itu.
" Ya. Rumah kita. Nanti kau bisa menyiapkan sarapan untukku setiap hari. Dan...agak privat..."untuk kata yang terakhir singto membisikkan di telinga Krist. Krist langsung tersipu malu. Krist yang luluh hatinya langsung mengangguk setuju.
"I love you...sayang..."Singto memeluk Krist dan tersenyum bahagia.
"I love you too...phi Sing..."Krist memeluk Singto erat dan tersenyum bahagia. Singto Mengecup pipi kiri dan pipi kanan lalu dahinya. Keduanya saling menatap.
Baru kali ini Krist jatuh cinta. Singto terlihat semakin tampan di mata Krist.
"Hebat juga kau Sing...kena juga dia dalam jebakanmu Sing...Kau memang lelaki hebat...Singto Prachaya."batin Singto. Tersenyum penuh kemenangan.
"Phi Sing...aku berangkat dulu...ini kunci gandanya."Krist bersiap-siap untuk berangkat.
"Kita berangkat bersama."Singto menarik tangan Krist. Menghentikan langkah Krist.
"Tetapi...phi Sing...nanti...orang-orang kantor..."Krist tidak melanjutkan kata-katanya.
"Kau adalah milikku. Tidak perduli orang bilang apa. Kau adalah milikku. Dan Perusahaan itu adalah milik Ayahku. Jadi aku rasa tidak akan ada yang berani mengganggumu. Tenang saja...Krist."Singto memeluk Krist. Krist merasa ada yang mengganjal dengan kata-kata Singto baru saja. Namun Krist mencoba membuang jauh-jauh pikiran buruk itu.
Krist mengangguk setuju. Hari ini adalah hari yang membahagiakan Krist. Setelah malam pertamanya bersama sang kekasih, sarapan pagi bersama sang kekasih, dan berangkat kerja bersama sang kekasih.
Dan juga seorang kekasih tampan, nan menawan. Pengusaha muda. Seolah sempurna dalam kisah asmaranya.
Kantor masih terlalu pagi. Belum banyak orang yang datang sepagi ini. Puim menyapa Krist.
"Morning...Krist..."Puim memberi salam.
"Morning...Miss Puim..~"nada Krist terlihat berbeda. Terpancar kebahagian seseorang yang sedang jatuh hati.
"au...ada angin segar apa ini...ayo.. krist...cerita...~"Puim meletakkan tas kerjanya. Menarik Krist untuk menghadapnya.
"Berbagilah kebahagianmu padaku...please...~"Puim mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Kau lagi jatuh cinta Krist?"Krist mengangguk.
"Tunggu...tunggu...dengan pengagum rahasiamu itu?"Krist mengangguk.
"Siapa?Siapa?..."Puim semakin antusias. Krist menggelengkan kepalanya.
"Ayolah...Krist...katakan siapa?"Puim memasang mata puppynya.
Krist melirik ke arah sekitar. Terlihat sepi. Sebenarnya masuk ruangannya saja masih terpisah dinding yang tebal. Krist memberi kode pada Puim untuk mendekat.
"Singto Prachaya."Krist tersipu malu.
Bagai ada petir yang menyambar Puim. Bukan kebahagian yang terpanjar dari raut muka Puim. Namun rasa khawatir pada teman dekatnya ini. Kini hati Puim berkecamuk.
Harus mengatakannya atau tidak pada teman dekatnya yang sedang jatuh hati dan berbunga-bunga kini.
"Puim...Puim...ada apa?"Krist menjadi khawatir. Puim terbuyarkan lamunannya.
"Eeeemm...Krist..."Puim terlihat ragu ingin mengatakannya.
"Khap."Krist terlihat bahagia.
Puim mulai ragu lagi untuk mengatakannya.
"Tidak. Aku harus mengatakan ini."batin Puim memantapkan hatinya.
"Krist..."panggil Puim. Krist yang sudah memulai kerjanya menatap Puim dengan riang.
"Khap."seulas senyum bahagia terpancar di wajahnya.
"Err..err...aku harus memulainya dari mana ya...Krist..ini hanya sebuah saran ya..."Puim menekankan kata-katanya. Krist mengangguk.
"Ada apa?"tanya Krist kini berhenti sejenak dari pekerjaannya.
"Aku tidak tahu Tuan Muda Singto itu sudah berubah atau tidak. Setahuku dari gosip yang beredar di kantor. Tuan Muda Singto itu playboy. Dia mengencani dan meniduri banyak wanita. Baru kau Kekasih Prianya. Katanya ada yang menuntut  kehamilannya. Namun terbantahkan. Suka berpesta dan minum-minum. Tahu julukan 'Mr. Killer' yang ditujukan olehnya. Kau tahu kan.."tanya Puim. Krist mengangguk.
"Dia semena-mena pada karyawan bukan?"jawab Krist.
"Kok..kau tenang-tenang saja Krist..."ucap Puim bingung...
"Phi Sing...yang mengatakannya semalam...Dia tidak ingin mendengar dari orang lain, aku terkejut dengan masa lalunya. Dan terjadi kesalahpahaman diantara aku dan dia. Tetapi itu hanyalah masalalu."Puim mengangguk-angguk. Tetapi entah kenapa masih terganjal di hatinya.
Tak berselang lama setelah pembicaraan Krist dan Puim. Singto yang sedari tadi sudah berdiri di balik dinding pintu masuk. Puim terlihat menjadi pucat pasi.
Mengetahui kehadiran Singto setelah pembicaraannya. Puim dan Krist memberi salam. Singto memberikan strawberry cake pada Krist. Krist memberikan coffe latte yang dibuatnya pas sebelum kedatangan Puim di Pantry Room.
"Phi sudah datang?"tanya Singto.
"Ada..Tuan..."ucapan Krist terpotong.
"Sudah. Kalian tidak usah canggung padaku. Bicara senyamannya kalian saja. Kalau perlu anggap saja aku tidak ada. Atau...aku ke Pantry dulu"Krist dan Singto secara bersamaan melarang Puim pergi. Keduanya terkejut lalu tersipu malu.
"Apabila dengan kehadiran Krist, Tuan muda bukankah itu bagus."batin Puim bahagia melihat kebahagian Krist, teman dekatnya kini.

I hope you love me tooo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang