eps37

706 65 33
                                    

Krist hanya diam tidak banyak bicara. Singto menghidupkan music.
"Aku tidak menyangka kita di takdirkan bertemu disini...kau makin cute saja...Krist..."Goda Singto.
"......"Krist memandang jendela tidak menanggapi obrolan Singto.
"Aku selalu melihatmu di layar televisi. Tidak beda jauh dengan aslinya...sangat cute..."untuk kata terakhir Singto sengaja menatap Krist, yang tak berkutik dari posisinya semula. Memandang jalanan.
Saat memasuki rumah Krist dibuat terkejut mendapati Mie instan diatas meja makan dari kejauhan. Di sofa ruang santai depan pintu yang menuju kolam renang, tergeletak celana jeans hitam.
"Jorok sekali. Dia pasti habis bercinta. Meninggalkan celananya sembarang seperti itu."batin Krist. Langsung menuju kamar Singto. Sedari tadi Singto hanya tersenyum melihat reaksi wajah dari Krist.
Krist semakin terkejut saat masuk ke kamar Singto kemeja, kaos, celana jeans, handuk tergeletak dilantai, di sofa, kursi meja rias, dan ranjang.
"Phi Sing...kau...tidak membersihkan rumahmu?"tanya Krist spontan menatap Singto, Singto langsung berbunga dengan reaksi Krist yang sesuai diharapkannya.
"Tidak. Dia sudah sibuk dengan pekerjaannya."jawab Singto datar. Dalam hati...
"Yes. Aku sangat mengenalmu. Soal ini kau lebih ceriwis."batin Singto.
"Lalu kau tidak menyewa pembantu harian?"tanya Krist
"Kau tahu...aku tidak suka orang lain berada dalam privasiku apabila bukan orang yang dekat denganku..."jawab Singto menuju ranjang, lalu duduk di ranjang sembari bermain handphonenya.
Krist menghela napasnya. Dengan wajah kesal Krist memunguti semua pakaian kotor Singto dan memasukkannya di basket dust. Krist baru menyadari, setelah melihat sekitar Krist menyadari tidak ada tanda-tanda kehadiran seorang wanita, meja rias hanya make up Krist yang tertinggal dan milik Singto.
Koper Krist juga di tempat yang sama dirinya simpan dahulu. Saat membuka lemari dan mengemasi bajunya juga tidak ada pakaian wanita atau orang lain. Hanya pakaian Krist dan Singto yang tersimpan di lemari.
"Sepertinya hanya milikku yang ada di rumah ini...kenapa?...Ohy...Phi Sing...kan...tidak suka orang yang tidak dekat dengannya masuk dalam privasinya...mikir apa kamu Krist!!!"batin Krist
Krist melihat sebuah photo kecil yang tertempel di kaca sudut meja rias. Krist menatap photo itu, mengingat kembali moment kencan pertamanya bersama Singto.
Krist memang sengaja menempelnya disitu, karena hal itu adalah kenangan terindah pertamanya berkencan dengan Singto. Dengan segala aktifitasnya Krist bisa melihat photo itu setiap saat.
Krist mulai berkaca-kaca. Saat Krist mengambil pakaiannya yang di gantung, alisnya terangkat...
"Phi Sing...sweter kesayanganku...warnanya putih lengan panjang mana?"tanya Krist.
"Di situ."Singto pura-pura asyik main dengan handphonenya, padahal sedari tadi saat Krist tidak memperhatikan Singto. Singto melihat semua yang dilakukan Krist.
"Tidak ada."jawab Krist mulai kesal.
"Ya. Disitu."jawab Singto menatap layar handphonenya. Krist semakin kesal.
"Phi Sing!!!Kesini kalau bilang ada!!!Lihat!!!Lihat!!!ada tidak??!"teriak Krist kesal. Singto mematikan handphonenya lagi-lagi pura-pura dengan mendengus kesal.
"Ya. Disitu...."Singto mendekat ke samping Krist.
"Mana?!ada tidak?!"tanya Krist dengan berkacak pinggang.
"oohhh...kubawa pulang ke rumah..."jawab Singto datar.
"Mana??!buktinya tidak ada??"Krist menunjuk isi lemari.
"Bukan. Rumah Pho. Di kamarku sana..."jawab Singto tenang.
"Hah??!"Krist mengerjap-ngerjapkan matanya. Merasa pendengarannya mungkin salah.
"Phi...Sing...bawa pulang??!" tanya Krist.
"U'um..."Singto mengangguk-angguk. Krist lagi-lagi mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya dengan yang didengarnya.
"Hah??!untuk apa?!"tanya Krist lagi dengan segala keheranannya.
"Untuk temaniku tidur..."jawab Singto tenang.
"Hah??"Krist mengerjap-ngerjapkan matanya, dengan segala rasa tidak percayaannya dengan apa yang dikatakan Singto.
"Ma.k....maksud Phi Sing...?"tanya Krist masuk dalam dunia keheranannya.
"Ya. Menemaniku tidur... Ya. Kupeluk saat tidur..."jawab Singto tenang.
"Hah??!"Krist mengerjap-ngerjapkan matanya.
Tanpa Krist sadari Singto mendekati Krist, Krist yang tersadar mundur ke belakang.
"Phi Sing..."Krist merasa berdebar-debar. Hatinya belum bisa melupakan pria tampan yang ada di depannya kini. Memojokkan Krist di pintu lemari sisinya.
"Krist...aku minta maaf atas sikapku yang dulu. Aku minta maaf. Aku salah. Aku hanya mementingkan egoku waktu itu, tapi aku...aku berat setelah kepergianmu...ini benar-benar menyiksaku...Apalagi saat mengetahui kau bertunangan dengan pria itu...itu benar-benar membuatku frustasi...Tolong maafkan aku...aku salah...aku minta maaf...Krist...kembalilah Krist...Aku mencintaimu..."Singto mulai menitikkan air matanya.
Kini keduanya saling menatap.
"Phi Sing...aku memaafkanmu sejak kau berkunjung ke rumah Phi Godt waktu itu...tetapi...Maaf...aku sudah punya tunangan saat ini..."jawab Krist.
"Benar Krist...seperti itu...normalkan jantungmu untuk sesaat...lupakan dia...lupakan dia..."batin Krist.
"Tunanganmu?...aku tahu...kau pun juga merasakan hal yang sama...dihatimu cuma ada aku...kau hanya mencintaiku...bukan yang lain...sampai sekarang..."
Deg Deg Deg Deg
Krist terkejut, jantung semakin berdetak kencang. Perubahan matanya terlihat jelas oleh Singto. Singto mencium bibir manis itu. Krist membelalakkan matanya. Melumat bibir, lalu menggigit bibir bawah manis itu.
"PLAK!!!"Krist menampar pipi kanan Singto.
"Phi Sing!!!aku sudah punya tunangan!!!"teriak Krist bersikukuh. Singto langsung meletakkan tangannya di dada Krist. Krist membelalakkan matanya. Jantungnya semakin berdetak kencang.
"Lalu bagaimana dengan ini??Kau masih menyangkalnya?"tanya balik Singto. Wajah Krist memerah.
"Itu bukan urusanmu!!!"Krist mendorong Singto, lalu hendak pergi meninggalkannya.
Singto menarik Krist lalu mendorong dan menindihnya di ranjang. Mencium paksa Krist. Melumat bibir manis itu. Krist memberontak.
Singto semakin melumat dan melumat ciuman itu. Terus melumat. Semakin melumat. Sangat lama. Hingga Krist terbuai dengan ciuman itu.
Krist membalas ciuman itu. Singto merenggangkan pegangannya. Lumatan demi lumatan. Krist terbuai oleh ciuman itu.
Singto melepaskan ciuman itu.
"Aku mencintaimu Krist..."napas Singto memburu, begitu juga Krist. Lagi-lagi Singto mencium Krist dan kini ciuman itu berbalas menjadi luapan-luapan yang terpendam selama 5tahun.
Dalam sekejap melupakan rasa sakit yang ada. Hanya keinginan untuk memiliki saat ini. Cinta itu buta. Cinta itu egois pada diri sendiri. Cinta itu menghanyutkan. Cinta itu tak terbatas.
Begitu dalam ciuman itu. Seolah keduanya tak ingin melepaskan. Berguling di atas ranjang saling bergantian untuk menindih. Ciuman yang sangat dirindukan.
Rasa ingin memiliki satu sama lain. Hanya napas yang memburu lalu kembali dalam pelukan. Lalu kembali dalam sesapan-sesapan. Seolah waktu yang telah dinanti terbayar sudah malam ini.
Melupakan semua dan rasa ingin memiliki satu sama lain. Singto begitu mendominasi. Krist menerima dan membalas dengan rasa rindu yang telah Krist pendam selama ini. Seperti yang Singto katakan. Hanya ada Singto yang ada di hati Krist.

I hope you love me tooo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang