Intruding White Ring

323 52 20
                                    

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic

HELLO, MY NEXT FRIEND
Volume 18

💎💎💎

Dentingan ujung garpu dan pisau makan diatas piring ceper terdengar beberapa kali beradu. Dentingannya semakin tajam ketika daging sapi yang menjadi menu makan sore sulit dipotong. "Ugh," kekesalan dihati membuat yeoja itu memotong keras. Potongannya mental mengenai kimono pemuda Jepang didepannya.

Pemuda yang mengaku bernama Masataka Kubota itu menyingkirkan potongan daging diatas pangkuannya lalu Soeun mengalihkan wajahnya ke jendela. Rasanya malas untuk meneruskan makan lagi. Setidaknya nasi campur telur mentah yang sebelumnya dimakan sudah cukup baginya. Ia menatapi salju-salju yang disingkirkan petugas jalan agar warga yang menggunakan mobil tetap bisa melakukan aktifitasnya. Matanya beralih pada sebuah pohon didepan restoran. Menjadi gamang ketika ingat kembali ia telah meninggalkan Taehyung di hutan karena ketakutannya.

Selalu terbayang bagaimana ekspresi bingung dan paniknya Taehyung tidak mengenali wilayah yang dipijak. Di sekitaran dorm saja, saat hanya duduk ditaman, namja itu berkata andai Taehyung berada di dunia Virtuality Reality, maka dia akan aman karena bisa melihat petunjuk jalan tanpa harus melihat ponsel, mungkin tidak akan membuat repot orang lain.

"Aku ingin bisa jalan, menggandeng tanganmu tanpa harus kau bicara. Kau tidak perlu repot lagi beri aku petunjuk My GPS,"

Taehyung sepertinya menyadari kelemahannya itu menjadi batu sandungan untuk bisa terus bersamanya. Dimasa depan. Tidak heran namja itu sangat suka tidur dan bersembunyi di kamar sebab diluar area dorm, namja itu harus menghadapi dunia yang rumit dan penuh penyesatan. Perlu berjalan untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Tipe introvert seperti Taehyung memang seperti itu. Menganggap bahwa kamar adalah markas terbaik untuk membuatnya aman dari kebingungan menghadapi dunia.

"Kenapa tidak minta maaf," Taka menganggu lamunan Soeun dengan memakai bahasa koreanya. Soeun menoleh ke depan menatapi pemuda Jepang yang memintanya dia dipanggil Taka-kun saja. Taka mengajaknya makan setelah mendengar bunyi menggerutu di dalam perutnya. Bisa baik juga pemuda yang sebelumnya ingin mematahkan lehernya itu. "Maaf," Soeun menunduk sekilas. "Dagingnya alot, restoran ini tidak tahu cara buat daging lunak, pantas sepi,"

Soeun merasa napsu makannya hilang untuk nambah lagi setelah memikirkan Taehyung tadi. Apa namja itu sudah makan? Apa uangnya ada? Bagaimana dengan passpor yang ada ditangan Sukhwan dan tas kecil pinggang milik Taehyung berserta dompet dan ponsel juga disimpan Sukhwan. Dengan kata lain, Taehyung tidak bawa apa-apa selain pakaian yang melekat ditubuh.

Bagaimana dia menghadapi dunia asing tanpa ada pegangan penting sama sekali. Semoga Tuhan selalu menyayanginya. Soeun terus mengucapkan doa itu dalam hatinya. Tidak ikhlas rasanya jika Taehyung yang tidak bersalah atas kebencian Ara padanya, ikut terkena getahnya. Entah mengapa ia merasa yakin Ara adalah pelaku yang menyuruh orang lain untuk menculik Taehyung. Apa untungnya gadis itu melakukan tindakan kriminal. Apa ada rasa senang bisa mempersulit hidup seseorang yang menderita direction dyslexia atau bisa juga disebut geographic dyslexia.

Bukan mau namja itu menderita penyakit mudah sesat dijalan. Hingga menjadikan kamar sebagai wilayah teraman. Taehyung mau bekerja part time tanpa mau sekolah lagi itu pun dikarenakan tidak ingin mendapat gangguan tidak menyenangkan di sekolah. Jika ia yang memiliki penyakit itu, mungkin ia akan nangis sepanjang hari karena menganggap dunia terlalu kejam.

"Daging disini memang alot, tapi pemiliknya sudah sangat tua, dan orang-orang yang makan ke sini hanya karena kasihan," ujar Taka menjelaskan. Soeun menoleh ke arah pria tua bertubuh kurus yang diberitahu Taka kalau pria itu pemilik restoran sederhana, tempat mereka makan sore ini.

Hello, My Next Friend!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang