No Longer

299 47 11
                                    

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic,

HELLO, MY NEXT FRIEND
Volume 26

💎💎💎

Detakan jantung begitu keras terasa. Terdengar seperti menunggu limit bom yang siap meledak dan mengejutkan sampai berhenti berdetak. Kondisi yang dirasakan oleh Jaewon kini, dimana posisi bersembunyinya sangat tidak bagus. Berada di sudut ruangan kamar, terhalang oleh lemari kayu usang. Bersama dengan Chansik yang mengaku.....

"Aku mau pipis," bisik Chansik terlihat merana dengan kondisi terdesak harus ke toilet. Jika saja hati iblisnya berkuasa, bisa saja Jaewon dorong teman sekelasnya itu agar ketahuan para perampok itu lalu ia melarikan diri ketika perampok itu hanya fokus pada Chansik. Biarkan temannya itu mengompol sekalian menghadapi mereka sendirian. Namun kata-kata Sukhwan sungguh menganggu niat jahatnya itu.

"Jaga teman-temanmu itu. Harga dirimu sebagai ketua kelas terletak pada seberapa pedulinya kau terhadap mereka. Kalau mereka kenapa-kenapa, kau tidak akan kenal lagi aku sebagai gurumu."

Ucapan Sukhwan beberapa waktu lalu membuatnya tertegun kini. Ini untuk pertama kalinya ia bisa mencerna dengan baik nasihat gurunya selain hanya peduli pada mata pelajaran saja. "Jaewon," ringis Chansik dengan ekspresi menangis. "Aku bisa mengompol di celana. Mampus aku,"

Jaewon menggigit kukunya dengan rasa gemas. Tidak pernah rasanya ia harus peduli dengan rengekan orang lain. Apalagi seorang namja. Tidak ada sisi imut sama sekali. Tapi ia memikirkannya sekarang. Harus bantu kondisi urgent Chansik sebelum ia melihat teman Taehyung itu mengompol di celana. Dicoba dengar olehnya, bunyi suara lagu lama yang sepertinya dihidupkan melalui speaker bluetooth.

"Kita harus keluar dari sini," bisik Jaewon sambil memikirkan dimana keberadaan Soeun dan E-young sekarang. Jika kedua gadis itu ditemukan oleh perampok itu, bisa berbahaya. Teringat olehnya kondisi Ara yang dikerjai oleh bawahannya sendiri. Senjata makan tuan yang ia harap akan diingat seumur hidup oleh gadis itu. Sama seperti bawahan Ara, Orang-orang seperti itu hanya tahu soal uang dan menyalurkan napsu bejatnya saja. E-young yang seharusnya terikat dengannya telah terlepas sebelum ia membekap mulut Chansik tadi dan tidak tahu bersama siapakah gadis itu kini.

"Tidak tahan!!" Chansik berteriak dan keluar dari persembunyiannya namun, rasa ingin buang air kecil itu hilang sekejap setelah ia berada di ruang tamu dan melihat enam pria dewasa seusia Jiho nim tampak melakukan kegiatan masing-masing. "Bodoh, kau mau di bunuh mereka,"

Omelan Jaewon terputus setelah apa dilihatnya membuatnya tercengang. Enam pria itu tidak melihatnya begitu juga Chansik. Mereka bukan tidak menyadari keberadaan ia dan Chansik, melainkan, mereka tidak melihat sama sekali posisi mereka yang dekat. "Apa ini?" suara getar Chansik membuat Jaewon tersentak. "Kenapa mereka tidak bisa melihat kita, One?" tanya Chansik dengan menarik terus lengan jaket si ketua kelas. Jaewon juga tidak bisa menjawabnya. Ia mendekati satu pria yang mengenakan penutup mata sebelah dan memukulnya, namun tangannya tembus pada kepala pria tersebut. "Kenapa bisa begini?" tanyanya dengan rasa takut memandangi kedua tangannya itu.

"One, jangan-jangan, kita sudah mati!!! Eotthoke!!" Chansik panik seketika. Suara berisiknya pun sama sekali tidak mengganggu. "Tapi kapan?" Jaewon menatapi nanar kedua tangannya. Mati di usia muda?'pikirnya dengan tubuh bergetar. Tidak jadi kuliah? Tidak jadi dokter? Tidak bisa menikahi Soeun? Dan juga, ibunya sendirian? Bagaimana semua ini bisa terjadi pada hidupnya?

"Yang lain pada kemana?" Jaewon yang tersentak lagi itu menanyakan keempat temannya. Lalu mencari kamar yang dimasuki Taehyung dan Soeun. Ia bersujud lalu menoleh ke kolong kasur. "Mereka ada, lagi tidur." namja itu menatapi datar keduanya.

Hello, My Next Friend!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang