Hello, My Next Friend!!!

Solidify The Choices

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic,

HELLO, MY NEXT FRIEND
Volume 27

💎💎💎

Pagi yang cerah disambut dengan wajah yang cerah penuh perawatan. Rambut panjang yang disisir rapi dan seragam yang dicuci, di strika oleh dirinya sendiri, tercium aroma strawberry yang disekitarnya. "Aku cantik sekali," ujarnya memotivasi dirinya sendiri. Hal yang selalu ia ucapkan ketika rasa percaya dirinya menurun.

"Pagi, mama papa," serunya sambil mencium foto kedua orang tuanya. "Pagi Imo," katanya datar menatapi foto wajah bibinya, yang belakangan lupa menghubunginya karena kesibukan. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan melihat isi tas sekolahnya. Memastikan tidak salah bawa buku.

"Semua buku sudah masuk, Yosh, aku siap berangkat, aku pergi dulu!!" Soeun memeluk Youngah yang baru saja selesai merapikan kancing seragam Yeonhan. "Yang disebelah, jangan lupa,"

Soeun mendadak lesu usai memeluk. "Aku rasa aku memang perlu di gaji,"

"Minta saja kalau kau berani," Youngah terkikik geli.

"Mereka pasti memberiku lebih," dengan percaya diri Soeun membanggakan dirinya itu.

"Memberikan anak mereka secara cuma-cuma," sambung Youngah.

Soeun pun tertawa lepas mendengarnya. "Mereka orang tua yang lucu Unnie. Sama sekali tidak kasih tarif tinggi untuk anak mereka yang seperti itu. Tampan, Pintar dan Kaya. Banyaknya orang tua yang memiliki anak seperti itu, akan berkata 'jangan dekati anakku, putuskan anakku, kau tidak pantas jadi calon menantuku, gadis miskin!!"

Kakak beradik itu tertawa bersamaan hingga si kecil Yeonhan menatapi bingung ibu dan bibinya. Youngah kelelahan sendiri dengan tawanya usai melihat gaya Soeun yang meniru cara bicara calon ibu mertua di drama.  "Itu pasti karena mereka melihat sesuatu yang luar biasa dalam dirimu. Entah apa itu, dan hanya mereka yang mengetahuinya. Kalau soal cantik, gadis lain banyak yang lebih cantik, kalau soal pintar, banyak juga yang lebih pintar. Jadi kesimpulanku, mereka merasa nyaman jika anak mereka diserahkan padamu. Itu kesimpulan sederhanaku, seperti keluarga Jiho. Yang menerimaku, apa adanya, keluarganya hanya bilang, akhirnya dia punya masa depan juga. Dengan memutuskan untuk menikah. Neneknya berkata, titip Jiho ya, rawat dia dengan baik,"

"Apa itu artinya, Jiho nim tidak tertarik dengan pernikahan? Lalu, bagaimana kalian bisa saling mencintai seperti sekarang?"

Youngah tersenyum menanggapi Soeun yang selalu ingin tahu urusannya. "Dia punya asumsi yang buruk tentang pernikahan tapi setelah berkenalan denganku, sebagai sesama guru di Shinhwa, pendapatnya itu berubah. Selama kami selalu bersebelahan, sebagai rekan kerja, dia hampir tidak pernah menyapaku kecuali bersikap formal. Pagi Young-ah ssi, Siang Youngah ssi,.......malam Young-ah ssi, hanya bisa menyapa sebatas itu di ruang guru. Berusaha menjadi teman kerja yang baik tapi canggung. Dia terlihat kaku dan ragu tapi dia tetap mengamatiku. Hal-hal yang membuatku tidak nyaman, karena hanya ditatapi dan dikagumi dari belakang, tanpa dia beranikan diri untuk akrab di depanku. Aku yang akhirnya, beranikan diri menegurnya. Dengan bodohnya, aku katakan, kalau dia suka bilang saja, tidak perlu mengekori gerakanku dengan sudut matanya itu. Aku benar-benar mengatakannya. Didepan semua guru."

"Wuaaah, Unnie, bicara seperti itu, di depan semua guru?"

Youngah mengangguk lemah dan terlihat malu. "Entah apa yang aku pikirkan sampai terlontar bicara begitu didepan banyak guru. Saat semua guru menatapku, rasanya tidak mau hidup lagi. Aku benar-benar mempermalukan diri didepan mereka. Juga, mempermalukan dia. Lalu semuanya, berpura-pura tidak mendengarnya, dan meninggalkan kami berdua dalam ruangan. Dia mendekatiku, lalu keyakinan dalam dirinya, membuatnya nekat untuk menyatakan perasaannya itu. Bahwa yang kutuduhkan padanya benar. Dia menyukaiku."