Nothing is Eternal

205 48 7
                                    

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic,

HELLO, MY NEXT FRIEND
Volume 46

💎💎💎

Apa yang bisa dilakukan seorang Taehyung hanyalah menatap Jaewon tanpa bisa menggerakan tubuhnya. Sementara ia telah mati langkah. Bahkan sempat lupa bernapas untuk sedikit merasakan sensasi rasa takut ini. Terlihat Jaewon memandang dengan aura dingin seperti saat ia menggertak namja itu sebelumnya. Saat ia berniat menjatuhkan Jaewon dari void sekolah.

"Kenapa Taehyung? Wajahmu pucat sekali?" Jaewon bertanya dengan mengusapi halus sisi gunting ditangan kanannya.

"Apa terlihat seperti itu?" tanya Taehyung sambil usap wajahnya sendiri.

"Taehyung, Soeun ingin sekali melihatmu tidak berambut. Bukannya kau bilang kau sayang dia? Dia milikmu, benar kan?"

Taehyung tertegun berat. "Sayang bukan berarti semuanya harus kau berikan. Pa---pada orang yang kau sa-sayangi," Taehyung yang terbata-bata itu  sekejap lupa dengan semua rayuannya pada Soeun. Tentang ia akan berikan semua yang dimilikinya termasuk jiwanya.

"Tidak seharusnya kau berkata seperti itu. Rasa sayang itu butuh pengorbanan Taehyung-ssi. Apa kau lupa pada sejarah hidupmu sendiri. Kau mengorbankan rasa nyamanmu di kamarmu. Seorang introvert yang berani keluar dari zona nyamannya setelah mengerti apa itu cinta. Kalau saja Soeun tidak pernah muncul ke Shinhwa, aku tidak perlu berkerja keras untuk melebihi nilai akhir di sekolah. Aku tidak perlu repot-repot malam-malam harus bergadang dan berkencan dengan buku kedokteran yang tebalnya sangat tidak manusiawi. Tapi kata E-young. Bangkitnya kamu dari kuburmu itu seperti cambukan untukku yang sudah begitu nyaman berada di zona aman. Karena aku tidak punya rival. Kebangkitanmu itu buat aku teringat kembali pada masa depan yang diimpikan ibuku. Menjadi dokter,"

"Kalau begitu, kau berhutang padaku kan? kita berteman kan? Kau bilang gitu." Taehyung mengusapi peluh keringat yang mengalir dilehernya. Untuk seorang Jaewon yang pernah membuka tubuh manusia dengan operasi, pasti tidak akan sulit melakukan operasi dadakan untuknya. Gunting ditangan Jaewon entah mengapa terasa mengancam. Sepertinya bukan untuk menggunting rambutnya.

Dendam! Bisa jadi Jaewon mengambil kesempatan sore ini untuk membalaskan dendam di masa lalu. Dengan sikapnya yang terus menempeli Soeun seperti perangko, dan tidak memberi kesempatan pada Soeun untuk kembali ke mantan. "Ki-kita berteman kan?" Taehyung yang mendadak makin gagap itu memamerkan senyum canggungnya.

"Kapan aku pernah bilang begitu?"

"Setidaknya, ingat satu kebaikan orang lain. Oke aku tidak akan bahas pertemanan itu, tapi jangan bilang aku disini. One-ah, Soeun sepertinya tidak main-main. Aku tidak mau botak!! Kau tahu kadar gantengku bisa hilang,"

"Sunkhwan nim tetap ganteng meski botak."

"Tidak sama, tolonglah One. Aku bentar lagi mau jadi ayah loh, nanti anakku balas dendam kematianku gimana?"

Jaewon mengerutkan keningnya dengan mata menatapi Taehyung yang terlihat sangat takut rambutnya dicukur. Dan sekarang menuduhnya akan membunuh namja itu. Apa ia terlihat sangat ingin melakukannya? "Baiklah, aku simpan gunting ini,"

"Syukurlah, kau memang the best Jaewon-ssi," Taehyung menghela napas lega dengan bersikap formal. Jaewon geleng kepala heran. Keberanian Taehyung dulu padanya seperti menguap begitu saja hanya karena rambut, tapi Taehyung yang dilihatnya kini memang berbeda. Lebih frendly terhadapnya.

"Harusnya pakai ini kan?" Jaewon pun memperlihatkan alat cukur rambut ditangannya. Yang memang sudah disediakannya sejak Soeun berkata ingin melihat kepala licin di kepala Taehyung.

Hello, My Next Friend!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang