Min Yoongi's Pov
Kebutuhan bulanan rumah kami habis. Dan Irene, istriku nan cantik itu agak mengomel ketika mengetahui sabun mandi, pasta gigi serta shamponya habis dan ia sudah kepalang tanggung terperangkap di kamar mandi. Ia bersungut-sungut membahas hal itu, mengatakan bahwa ia mandi dengan sisa-sisa kehidupan ketika ia membuka kulkas dengan gerakan kasar lalu menuang segelas air. Aku hanya melihatnya, sambil duduk menyesap kopi. Kalau ia sedang marah, wajahnya lucu sekali.
"Kita butuh membeli kebutuhan rumah tangga." Ujarnya sambil menutup pintu kulkas dan memutar tubuhnya ke arahku, memberi sinyal ajakan. Aku menatapnya lalu mengangguk.
"Iya, ayo kita beli. Kita ke supermarket. Aku antar kamu."
Ia langsung ke atas kamar tidurnya. Mengganti pakaiannya karena saat ini ia hanya mengenakan celana pendek serta kaus yang agak pudar.
Tak lama kemudian ia sudah turun dengan pakaian lebih layak.
"Ayo..." ujarnya dengan nada manja. Sebenarnya bukan bermaksud manja, aku tahu. Tapi kenapa terdengar seperti itu?
Gadis itu mengenakan dress selutut berwarna biru. Ia tampak seperti gadis manis. Memakai bandana berwarna kuning. Anting menggantung di telinganya, ah setiap yang ia kenakan selalu bagus menurutku.
"Kau sedang membuat daftar belanjaan?" Tanyaku diperjalanan saat mendengarnya komat-kamit menyebutkan sembari mengingat kebutuhan yang akan ia beli.
"Hmm. Semuanya sudah habis." Ia kembali sibuk dengan ponselnya, mencatat di notes.
"Ingatkan aku beli, pencukur kumis."
"Iya." Ujarnya singkat.
Irene. Gadis yang kini tinggal bersamaku menjadi istriku. Hanya sebuah status, tapi rasanya kami seperti tetangga kost kamar, yang memiliki batas-batas bukan selayaknya suami istri. Tidak apa-apa. Bersama dengannya satu atap saja aku sudah senang.
"Kau mau beli apa lagi? Kopi? Mau?"
"Iya mau. Tolong catat ya."
Kami sudah sampai di supermarket ini. Aku mendorong troli, sedangkan ia memasukan berbagai macam barang. Tugasku hanya mendorong, melihatnya sibuk berbelanja dan membayar.
By the way, kami sudah seperti pasangan suami istri lainnya.
"Mau coba makanan ini?" Tanya seorang ahjumma dengan tester makanan yang banyak di booth itu. Ia bertanya pada Irene, lalu Irene hanya memberi tampang bingung dengan alis yang bertautan.
"Hey, kemarilah. Dan coba ini."
Aku dipanggil, tapi sedikit bingung, aku menunjuk diriku sendiri dengan tatapan bertanya, apakah aku yang dipanggil atau bukan. Lalu ia terkekeh, "Ya, kau. Benar. Suami kesayangan gadis ini." Ahjumma itu tertawa lebar hingga menampakan giginya.
Aku menghampiri lalu melihat sebuah piring yang disana terdapat kudapan terbuat dari daging sapi.
"Cobalah. Ini dibuat dengan panci ini. Apa empuk? Lezat bukan? Sebaiknya kau membeli panci ini." Promosinya.
"Nak, beli lah ini. Memasak daging sapi untuk suami kesayanganmu. Ia pasti senang."
"Kau mau Rene? Beli saja, mungkin kau butuh suatu saat."
"I can't cook, Yoongi."
"Beli saja. Tidak apa-apa, mungkin kau bisa suatu saat nanti."
Ia menatapku dengan ekspresi berpikir lalu tak lama kemudian ia mengangguk.
"Ya sudah."
Ahjumma itu senang, lalu memberi kami panci dan aku langsung menaruhnya di troly.
"Selamat memasak untuk suami Nona cantik. Terimakasih."
Ia agak risih, ketika menyebut suami. Lalu sebelum moodnya berubah ke lebih jelek lagi, aku bertanya lagi apa yang mau ia beli.
"Kau suka coklat? Beli saja."
"Suka."
"Ambil, sebanyak yang kamu mau."
Lalu ia mengambil beberapa coklat dan menaruhnya di troly dengan tampang senang.
Aku tahu hal yang ia sukai. Dan membuat harinya ringan. Yakni,
Shopping
Belanja bulanan perdana kami. Dan aku begitu menikmatinya.
"Yoongi, kau sebaiknya yang membawa belanjaan. Ini semua berat." Ucapnya segera turun dari mobil.
"Iya aku yang bawa Rene. Kamu masuk saja."
Aku membawa kantung belanjaan itu ke dalam rumah. Dua kali bolak-balik karena begitu banyak barang yang kami beli.
Saat aku tengah membawa kantung belanjaan, aku mendengarnya mengaduh. Sepertinya ia jatuh atau terluka?
Aku menaruh kantung belanjaan itu, dan langsung menghampirinya.
"Rene??" Aku melihatnya ia membuka sedikit dressnya ke atas, dan Pahanya luka terkena meja yang ujungnya runcing.
"Hey, kau tak apa?"
Ia tidak menjawab. Aku melihatnya panik lalu menghampirinya. Sedikit tergores dan disana ada ruam merah berdarah.
"Aduh Rene. Hati-hati."
"Aku tidak apa-apa."
"Apanya yang tidak apa-apa? Sini aku obati." Aku meninggalkannya untuk mengambil obat merah, lalu datang padanya lagi dan berjongkok di hadapannya.
"Sebaiknya di beri plester agar tidak perih."
"Aku tidak apa-apa Yoongi!"
"Rene.... aku hanya ingin bantu. Kenapa selalu menolak?"
Ia lalu diam. Dan keheningan menyelimuti atmosfer diantara kami.
Untuk sesaat jarak kami begit dekat, hingga rasanya hatiku berdesir.
Aku mendongak dan melihat matanya ketika sudah selesai memberi plester. Wajahnya begitu cantik di lihat dari jarak sedekat ini. Matanya, hidungnya serta bibirnya yang berwarna merah.
Ada rasa gejolak di hati.
Aku ingin mencium bibir merah itu. Ingin menciumnya dan menyentuhnya.
Tapi, ah. Tidak mungkin. Aku tidak mungkin melakukan itu.
Jadi, aku langsung berdiri agar aku tidak kelewat batas. Tapi aku sudah melewati batas kalau dipikir, aku sudahmenyentuhnya, menyentuhnya karena telah memberi pertolongan mengobati lukanya itu.
"Terimakasih." Ujarnya.
"Hati-hati lain kali, Rene."
Aku kembali membawa kantung belanjaan itu. Lalu menaruhnya di dapur.
"Yoongi."
"Iya."
"Tolong."
"Apa?"
"Kau tidak perlu terlalu baik atau perhatian. Aku tidak begitu nyaman mendapat perlakuan itu."
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS MY WIFE [complete]
FanfictionKita akan saling mencintai, suatu saat nanti. (Cerita Ringan kehidupan pernikahan Bae Irene dan Min Yoongi) Warning 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita. #1 #yoonrene (3 September 2020)