Day 267 - At My bedroom

1.5K 126 12
                                    

Bae Irene's Pov

Hari ini perasaanku seperti campur aduk. Semua rasa bergabung dan membuat hatiku resah. Aku sudah bilang ingin cerai dengan Min Yoongi, dan ia tentu saja langsung syok. Min Yoongi menolak membicarakan ini di rumah Mama, sampai kami tiba dirumah.

Aku tahu ini menjadi hal yang Yoongi pertanyakan, aku meminta pisah darinya dan ia tidak terima. Ia bersikeras bertanya mau aku apa, apakah aku pernah menempatkan Yoongi dihatiku atau tidak. Ia mencengkeram bahu-bahuku dengan kedua tangannya. Sorot matanya seperti menelanjangiku dan berusaha mencari jawaban. Rasanya aku tidak pernah melihatnya yang seperti ini. Aku memandang bawah dan lagi ia berusaha mempertemukan tatapan mata kami.

Sampai pada akhirnya aku meringis kesakitan dan baru ia mengendurkan cengkeramannya itu. Aku hampir menangis kala itu, mataku mungkin sudah berkaca-kaca.

Tiba-tiba, ia menarik tanganku, hingga aku mengikuti langkah kakinya. Ia meniti anak tangga dan menempatkanku di kamar tidur yang luas. Tempat tidurku tepatnya, karena memang kami tidak tidur bersama. Min Yoongi mendudukanku di ranjang dan dengan langkah lebar mengunci pintu kamarku.

Aku bertanya padanya mau apa, dan ia mengatakan hal yang membuat aku syok.

Kala itu jantungku langsung berdegub dengan kencang ketika ia menatapku dengan sorot mata yang berbeda dari biasanya. Aku bertanya padanya mau apa dan tak ku sangka Min Yoongi memiringkan kepalanya dan membuka mulutnya lalu melahap bibirku.

Ia mencium bibirku!

Dua tangannya itu menangkup wajahku, dan detik berikutnya, ia memperdalam ciumannya.

Tangan-tanganku lemas. Seharusnya Yoongi tidak menciumku! Ia tidak boleh menciumku karena sudah ada perjanjian yang kami sepakati di awal. Aku berusaha melepas bibirku, tapi sekali lagi ia tahan. Malahan, ia semakin merasa bebas. Ia semakin menikmati ciuman itu.

Ada yang salah pada diriku. Ada yang salah. Hatiku rasanya berdesir, jantungku berdegub dengan kencang dan bahkan tangan-tanganku terasa lemas hanya untuk mengangkat tangan.
Min Yoongi menciumku, dan rasa ciuman ini seperti berbeda dari bagaimana prof. Kim menciumku kala itu.

Aku memejamkan mataku. Aku memejamkan mata karena dadaku seperti bergemuruh. Min Yoongi menciumku, masih menciumku dan menjelajah bibirnya di setiap inch bibirku, dan aku seperti orang yang sudah begitu pasrah karena tidak ada tenaga, sekali lagi aku merasa ada sesuatu hal yang aneh. Sesuatu hal dimana amarahku, rasa kesalku, rasa tidak terimaku karena sikapnya yang berubah menjengkelkan selama satu minggu itu seperti luruh.

Pada akhirnya, setelah beberapa lama ia menciumku, ia melepasnya perlahan. Perlahan sekali seperti enggan menyudahinya. Min Yoongi berhenti dan jarak wajah kami begitu dekat. Ia menatap bibirku, dan perlahan matanya itu menatap mataku. Aroma nafasnya berhembus tepat di wajahku. Hawa panas terengah yang membuat tubuhku tergelitik.

Kala itu, tak ada yang bicara. Hanya tatapan matanya menatapku dengan lebih lembut dibandingkan tadi. Ia menatapku layaknya ia tidak ingin kehilanganku.

Tangannya yang saat itu memegang dua bahuku perlahan bergerak menyentuh rambutku, diselipkannya rambutku kebelakang telinga tanpa sepatah katapun. Perlakuannya itu entah kenapa membuat hatiku berdesir, seperti ada sesuatu yang terbang di bawah perutku.

Seharusnya aku marah padanya karena ia telah menciumku! Tapi, aku bagai lembu dimana tak ada kata yang keluar sedikitpun dari mulutku.

Min Yoongi masih menatapku, tatapan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Tatapan yang paling hangat. Tatapan yang membuat aku merasa aman.

"Maafkan aku."
"Maaf sudah bersikap cuek beberapa hari belakangan ini. Maafkan aku."

Min Yoongi pada akhirnya bersuara. Entah kenapa saat itu aku menangis, menitihkan air mata. Aku tidak terima sikap Yoongi yang berubah dingin padaku. Aku tidak suka Yoongi tidak peduli padaku. Aku ingin ia khawatir sebagaimana ia khawatir dulu.

Min Yoongi menggerakkan jemarinya menghapus air mataku.

"Maafkan aku sudah buat kamu menangis."
"Maafkan aku sudah menciummu malam ini."
"Aku sudah melanggar perjanjian yang kau tulis. Kau boleh marah padaku."
"Apapun kau boleh marah, tapi tolong jangan meminta berpisah. Aku... akan pastikan tidak lagi memaksa menciummu."
"Rene?"

Aku tidak tahu kenapa aku malah menjadi bertambah menangis. Aku menunduk ke bawah, dan Yoongi merasa semakin bersalah ketika ia mendengarku semakin tersedu.

"Maafkan aku."
"Mungkin aku harus keluar dari kamar ini. Tolong istirahat." Min Yoongi menjauhkan tubuhnya. Ia berjalan menjauh beberapa langkah. Sebelum ia benar-benar keluar dari kamarku. Ia berhenti sejenak lalu memandangku dengan sorot mata sedih.

"Rene, aku sayang kamu. Please, jangan meminta berpisah."

***

SHE IS MY WIFE [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang