"Ish, kebiasaan datangnya suka lama," gurutu seorang gadis dengan kuncir kudanya. Gadis kecil itu sendari tadi menginjak-nginjak tanah dengan kesal, karena seorang sahabat kecilnya tak menepati janji untuk bermain pada sore ini.
Gadis mungil itu lalu menaiki rumah pohon yang selalu menjadi tempat bermain dengan sahabatnya. Kaki kecilnya mengayun, menendang udara. Bibir kecilnya terlihat membulat.
"Aida!" Suara cempreng seorang anak laki-laki itu mempu membuat gadis yang ada di atas rumah pohon menatap tajam. Gadis itu terlihat marah, namun wajahnya sangat menggemaskan. "Lama banget sih! Aida sudah nunggu dali tadi!" Geram anak gadis itu, yang masih berada di atas rumah pohon.
"Arvan minta maaf. Aida sini turun dulu!" Ujar anak lelaki itu.
"Nggak mau! Alvan sini naik." Keukeuh gadis mungil itu dengan perkataannya yang 'cadel'.
"Turun Aida, Arvan mau bicara." Lelaki itu terlihat seperti kakak bagi Raida dia lebih dewasa ya walaupun umurnya masih terbilang muda.
"Nggak mau! Bicala saja."
Arvan mendengkus, "Arvan sama Mama harus ikut Papa ke Kalimatan hari ini. Arvan harus tinggal di sana."
Tak ada sautan dari anak gadis bernama lengkap Raida, lelaki itu menatap tempat tadi yang di duduki gadis kecil tadi. "Aida, Arvan pamit. Jaga diri baik-baik, ingat kata Arvan waktu di sekolah ya. Dan titip salam buat teman-teman."
Masih tak ada jawaban. Akhirnya lelaki itu melangkah meninggalkan rumah pohon yang menjadi saksi persahabatan mereka.
Tak di sangka, Raida yang sendari tadi diam menahan tangisnya. Ia takut Arvan menganggap dirinya cengeng.
"Alvan jahat! Alvan gak sayang Aida!" Jerit gadis itu yang langsung turun dari rumah pohon dan berlari ke rumahnya yang lumayan dekat dengan rumah pohon itu."Astagfirullah!" Pekik seorang gadis yang terjaga dari tidurnya, keringatnya bercucuran, nafasnya keluar tak tentu. Di pejamkan matanya itu beberapa detik untuk menenangkan dirinya.
Tatapannya teralihkan pada jam dinding berbentuk koala, lagi-lagi gadis itu terjaga tengah malam karena mimpi itu. Mimpi yang seharusnya tak terputar di otak, itu hanya dapat membuka luka lama. Kehilangan seorang sahabat memang sangat menyakitkan bagi Raida, terlebih itu sahabat masa kecilnya.
Raida berusaha melupakan hal tentangnya, aneh saja jika sahabat masa kecilnya itu masih mengingat dirinya. Padahal usia mereka sudah menginjak dewasa.
Gadis itu mengacak-ngacak rambutnya yang memang sudah tak rapih. Lalu beranjak untuk menunaikan sholat malam, agar hatinya tetap tenang.
Ditemani sunyinya malam, menggelarkan sajadah panjangnya. Memulai setiap raka'at dengan khusyu. Di akhir sholatnya, Raida menadahkan tangan. Melafazkan doa-doa kepada langit malam, mencurahkan isi hati kepada yang pencipta.
Usai sudah tahajud dilaksanakan. Gadis itu melangkah ke ranjangnya setelah merapihkan alat sholat tadi. Hati kecilnya tergerak untuk membuka sebuah kotak berukuran sedang dengan aksen pita biru, sudah lama ia simpan di laci. Isinya adalah sebuah barang-barang kenangan masa kecilnya bersama lelaki bernama Arvan. Ya, dia sahabat Raida yang ada di dalam mimpi tadi.
Terdapat foto-foto yang diabadikan oleh kamera Lita-Bundanya Raida dan sebuah kalung berbentuk hewan koala. Tak sadar, bibir Raida menampakan sebuah senyuman. Namun di balik itu semua hatinya menangis, meraung dalam kerinduan.
Seharusnya ia tak boleh larut dalam masa lalu seperti ini. Masih ada masa depan yang tengah menanti untuk diraihnya. Dengan cepat gadis itu menutup dan menyimpan kembali kotak itu di laci.
"Jika kamu di sana bahagia, tolong jangan datang di mimpiku lagi. Karena itu sangat menyiksa untukku." Raida seolah berbisik pada langit malam agar menyampaikannya pada sang sahabat masa kecilnya yang berada di tempat lain.
Selimut tebal pun menutupi kembali tubuhnya. Terlelap dalam belaian kesunyian malam, tanpa hadirnya sang masa lalu.
Mungkin benar apa kata orang, salah satu cara terbaik untuk melupakan adalah berdamai dengan masa lalu. Dan menyapa masa depan dengan lembaran baru.
Ini kisah Raida, masa lalu, dan masa depan.
~•°•~
Welcome to new story♡
Saya sedang mencoba cerita yang berbau rumah tangga, semoga hasilnya memuaskan ya. Ya walaupun saya masih pelajar dan belum tau seluk-beluk rumah tangga seperti apa. Tapi insyallah, cerita ini layak di baca ko.
Jika ada kesalahan penulisan di mohon sangat, untuk memberitahukan di komentar.
Dan satu lagi, setelah membaca di mohon sangat untuk MEMENCET TOMBOL BINTANG.
Terimakasih.
Note: nama asli gadis itu Raida ya, tapi sering di panggil Aida oleh Arvan sahabat masa kecilnya.(anggap aja panggilan khusus:v)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Army(END)
General FictionJarak mengikis kebersamaan kita, namun jarak tak akan pernah meleburkan rasa cinta. Ketika mencintai tak harus terus berada didekatnya, cukup bangunlah kepercayaan di hatimu dan lantunan doa yang akan menyampaikan rindumu. Kini, kesetiaan dan cinta...