2:[Petunjuk Surat]

3.3K 165 0
                                    

Pagi hari dengan sambutan kicauan burung memang lah sangat menenangkan hati, namun tidak dengan Raida. Gadis itu terlihat gugup dan berkeringat dingin, karena sekarang Raida akan selalu diantar jemput oleh Fahri, calon suaminya.

Selama sebulan, Raida harus terbiasa di dekat Fahri. Ya, mereka memutuskan untuk melaksanakan akad dan repsesi sesudah Raida wisuda, agar nantinya gadis itu tak perlu pusing memikirkan kedua acara terpenting di hidupnya itu.

Sudah seperkian detik Raida berjalan bolak-balik di teras rumahnya, seraya menunggu Fahri menjemput. Ia berusaha menenangkan dirinya agar tak terlihat gugup di depan Fahri. Namun sulit sekali!

Hingga deruman mesin mobil membuat gadis itu menoleh ke asal suara, benar saja itu mobil Fahri. Raida menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara perlahan, ia akan mencoba bersikap biasa saja.

Lelaki itu turun dari mobil, berpakaiannya kini bukan seperti biasa dia mengajar. Sebuah senyuman diperlihatkan pertama kali kepada Raida, gadis itu sempontan menunduk.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Maaf, menunggu lama ya?" Lelaki itu berujar lebih hangat sekarang.

"Tidak, Pak."

"Bunda sama Ayah kamu ada? Saya mau pamit." Tuturnya seraya menatap ke pintu utama yang sudah tertutup rapat. "Bunda tadi ke pasar, dan Ayah sudah berangkat ke kantor," jawab Raida.

"Oh, baiklah. Ayo kita langsung berangkat saja." Raida mengangguk dan mengikuti langkah Fahri di belakang.

~•°•~

Usai berkecimpung dengan ramainya jalanan. Akhirnya mobil yang di kendarai Fahri sudah sampai tujuan. Ketika Raida baru saja keluar dari mobil, tatapan penuh tanya diberikan oleh mahasiswi yang ada di parkiran. Sejujurnya ia merasa risih, tapi hiraukan saja lah.

"Raida." Suara panggilan Fahri menyeka langkah gadis itu ketika ingin terlebih dahulu ke kelas.

"Nanti pulang saya tidak bisa mengatarkanmu, ada tugas mendadak di rumah sakit. Mang Ujang sudah saya suruh menjemputmu," jelas Fahri.

"Baik, Pak. Terima kasih sudah menghubungi mang Ujang." Tak ada jawaban dari Fahro hanya seulam senyum sebagai pengganti.

Lantas, Raida berpamitan kepada Fahri lalu menuju kelasnya sekarang.

Namun lagi-lagi di tengah perjalanan seseorang memanggil namanya, gadis itu membalikan badannya. "Kantin yuk!" Raida mengerutkan dahinya, apakah sahabatnya amnesia? Sekarang kan ada kelas?-pikir Raida.

"Oh iya, aku lupa ngasih tahu. Sekarang kelasnya dimundurin, jadi kita masih punya beberapa menit untuk makan." Raida mengangguk paham, "Yaudah ayok!"

Mereka pun berjalan beriringan, lalu menduduki kursi kantin yang kosong. Sebelumnya mereka memesan makanan dan minuman masing-masing.

"Tadi ko diantar Pak Fahri?" Pertanyaan Rerey itu membuat Raida tersedak jus jeruk yang sudah masuk ke kerongkongan. "Hati-hati dong kalo minum," peringatan Rerey.

"Kamu harus tahu hal ini, Rey." Raida mulai menyusun kata untuk memberi tahu pasal pernikahannya dengan Fahri yang akan dilaksanakan selesai wisuda.

"Tahu apa?"

"Pak Fahri melamarku kemarin malam."

Dear My Army(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang