14:[Balikpapan Penuh Cinta]

2.6K 122 2
                                    

Kamu seseorang yang telah dikirimkan tuhan untuk membuatku bahagia serta memberi cinta pada lembaran hidup kita.

-Raida Kalista Serrly-


Lamanya perjalanan udara yang telah ditempuh, tidak dirasakan oleh gadis yang sedang menjelajah mimpinya itu. Sepanjang perjalanan Raida terus saja tidur di senderan Arvan, bahkan ketika pesawat ingin mendarat Arvan begitu kesulitan untuk membangunkan istrinya itu.

"Dek, bangun. Kita sudah sampai." Ujarnya seraya menepuk-nepuk pelan pipi Raida. Gadis itu hanya memberi respon sebuah gumaman.

"Mau memang Mas tinggalin di sini?" Sontak itu membuat Raida terbangun, "ah, jahat. Mau ninggalin adek gitu saja." Gadis itu bersedekap tangan seraya mengerucutkan bibirnya. Arvan yang melihatnya hanya tertawa gemas.

"Ayo kita turun, Mama dan Papa sudah menunggu." Intruksi itu pun langsung di ikuti Raida, masih terlihat jelas raut kantuknya namun ia tidak bisa juga berlama-lama di dalam pesawat nanti bisa-bisa Raida akan di bawa kembali ke Bogor, kan tidak lucu bila terjadi.

Ketika mereka menapaki bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, tatapan mereka melihat sosok kedua orang yang memang sudah menunggu kedatangan mereka. Dia Lulu dan Umar, orang tua dari Arvan.

"Raida!" Gadis itu lantas mendapatkan pelukan hangat dari Lulu, yang sekarang bisa disebut ibu mertuanya. "Akhirnya kalian sampai dengan selamat." Lanjutnya seraya melepaskan pelukannya.

"Kangen-kangenannya dilanjut nanti aja, ayo kita ke mobil." Tuturan Umar langsung diangguki oleh mereka.

Sepanjang jalan ke arah parkiran, mata Raida menelisik keadaan bandara ini. Sangat ramai, itulah kata yang secara tidak sengaja muncul dipikirannya.

Mobil sedan hitam milik Umar melaju membelah jalanan kota Balikpapan ini. Beda daerah tentu beda juga suasananya, di sini sangat kental sekali budaya istiadat terluhat dari rumah-rumah tradisional yang masih bisa ditemui jika menelusuri kota ini. Kaimantan timur, salah satu surga yang tersembunyi di semseta ini.

Hampir setengah jam mereka tempuh dari bandara sampai komplek cendana, tempat Arvan bersama keluarga tinggal di Kalimantan. Mereka turun dari mobil, ketika sebuah rumah berlantai dua dengan gaya Eropa sudah terpampang di depan mata.

"Ayo, sayang masuk." Lulu lantas menarik pelan tangan Raida. Sementara itu, Arvan berjalan di belakang gadis itu bersama Umar sang Papa.

Betapa takjubnya gadis itu ketika sampai ke dalam rumah itu, sangat khas sekali Eropanya. Sementara itu, ada hal yang cukup menarik perhatian Raida yaitu sebuah bingkai-bingkai foto yang menampakan Arvan kecil. Gadis itu tersenyum.

"Kalian istirahatlah." Ucapan Lulu mengalihkan pandangan Raida dan lantas mengikuti langkah Arvan untuk ke kamar.

Sama halnya di ruang tamu tadi, Raida di buat kagum oleh kamar Arvan. Ternyata lelaki itu sangat besar sekali rasa nasionalismenya, terbukti banyak hiasan kain tradisional dari berbagai daerah terpampang di dinding dan satu lagi yang membuat Raida kagum lagi, ternyata di kamar itu terdapat perpustakaan kecil di pojok.

"Beda ya, sama kamar Adek?" Ujar Arvan ketika menangkap basah Raida tengah menatap lekat penjuru kamarnya itu.

"Iya memang beda, tapi Adek nyaman ko, Mas." Raida tersenyum seraya membongkar kopernya dan menatap satu-persatu bajunnya di lemari kayu yang penuh ukiran khas.

"Oh iya, Dek. Nanti Mas sama papa akan pergi ke kantor pusat untuk apel harian dan juga sekalian meminta surat perpindahan tugas tetap." Arvan duduk di samping gadis itu.

Dear My Army(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang