Kejarlah kebahagianmu, jangan sampai menyesal suatu saat.
•Fahri Rezaridhan Guafin•
Langit hari ini terlihat keteduhan, singasana sang surya sebentar lagi akan digantikan oleh sang rembulan. Itu tandanya, sore menggantikan siang yang sendari tadi bertahtah.
Begitu lama pergantian itu membuat siapa saja bosan bila menanti, seperti halnya Raida yang terus menatap langit, seolah ingin menyaksikan pergantian menakjubkan menurutnya.
Sepulang dari restoran bersama Fahri, gadis itu hanya berdiam diri di daun jendela. Tak ada kerjaan memang. Lita pun sedang keluar bersama teman-teman lamanya, hanya Raida penghuni rumah itu.
Beberapa menit menatap langit yang sama sekali belum terlihat perubahan membuat Raida berdecak sebal, dialihkan pandangannya pada benda pipih yang ada digenggamannya.
Ia pun berinisiatif menghubungi sahabatnya, Rerey. Selama libur kemarin, sahabatnya itu tidak ada kabar.
"Assalamualaikum, Rey!" Salam Raida untuk seseorang wanita yang ada di sebarang sana.
"Waalaikumsalam. Ada apa Ra? Tumben nelpon?"
"Kamu lagi ada di mana, aku ke sana ya. Bosen soalnya."
"Aku sedang ada di acara kajian di masjid Al-hikmah."
"Oke, aku kesana. Tunggu ya!"
Dengan gerakan cepat gadis itu mengambil khimar panjangnya dan langsung meluncur ke tempat kajian yang dimaksud Rerey.
Siapa tahu, jika menghadiri sebuah kajian hati dan akal Raida bisa berdamai tanpa ada dendam.
~•°•~
Acara kajian yang berdominasi para remaja itu sudah berakhir. Kendati kalimat yang dilontarkan seorang ustadz tadi membuat Raida terus termenung, bergulat dengan pikiran logisnya.
Sejujurnya dari awal ia menerima kenyataan itu, tidak ada niat sama sekali untuk mempermainkan keadaan. Tidak ada yang salah di sini, hanya saja takdir secara bersamaan mendatangkan keduanya, yang tentunya menjadi beban pikiran Raida.
Jika ia mengakhiri keputusan yang sudah terlanjur di tengah jalan ini, pasti akan ada pihak yang kecewa. Tapi gadis itu pun tidak ingin membohongi perasaanya pada Arvan. Berada di dekat lelaki itu membuat Raida merasakan hal yang baru pertama kali ia rasakan. Apa itu jatuh cinta? Astagfirullah.
"Ra, ada apa?" Teguran Rerey membuat Raida tersentak, lalu tangannya mengusap wajah supaya beban pikirannya mengurang. Namun, itu percuma saja.
"Ceritalah jika ada masalah. Kamu juga manusia yang masih membutuhkan orang lain untuk mengadukan masalahmu itu." Dengan bijak Rerey bercakap demikian, benar apa wanita itu. Selama ini Raida memendam sendiri, bertindak sendiri, tanpa meminta pendapat orang lain dan hasilnya malah membuat rumit. Terkadang Raida lelah sendiri.
"Ingatkan aku Rey, ingatkan aku jika salah," lirih Raida dengan menahan sesuatu yang akan keluar dari matanya. "Aku tidak yakin dengan pernikahan yang akan kulaksanakan bersama Pak Fahri, Rey."
Sontak Rerey kaget mendengar penuturan seperti itu dari sahabatnya, wanita itu membenarkan dudukanya dan mulai serius mendengarkan cerita lanjutan dari Raida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Army(END)
General FictionJarak mengikis kebersamaan kita, namun jarak tak akan pernah meleburkan rasa cinta. Ketika mencintai tak harus terus berada didekatnya, cukup bangunlah kepercayaan di hatimu dan lantunan doa yang akan menyampaikan rindumu. Kini, kesetiaan dan cinta...