Maafkan aku, mungkin kamu di takdirkan untuk menemaniku di masa lalu saja.
~Raida Kalista Serryli
Hiruk Pikuk kota hujan ini begitu terasa, walaupun sangat terkenal dengan udara sejuknya tapi tetap saja jalanan seperti halnya kota industri. Para pengendara berlomba-lomba menguasai jalanan, mengejar waktu masing-masing.
Kini mobil putih yang ditumpangi seorang gadis, berhenti ketika lampu merah menyala. Gadis itu bergerak dengan gusar di bangku belakang, sesekali ia mengetik sesuatu di handphonenya.
"Mang Ujang, nanti setelah lampu merah. Agak cepetan ya bawa mobilnya," pintanya. Seorang supir yang di sebuat 'mang Ujang' itu mengangguk menuruti perintah sang anak majikan.
Bersamaan dengan itu, lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Semua mobil bersiap-siap melaju kembali.
Kurang lima belas menit, mang Ujang sudah membawa gadis itu ke tempat tujuannya. Yaitu Universitas Ibn Khaldun Bogor, salah satu kampus islam swasta di daerah tersebut.
Sudah hampir beberapa tahun telah di lewati gadis bernama Raida itu di Universitas ini untuk mengeyam ilmu. Sekarang ia sedang proses pembuatan skripsi akhir S3. Insyallah, tinggal beberapa bulan lagi ia akan di sidang.
Kini gadis itu mendapatkan kabar dari temannya Rerey, yang sejurusan dengannya yaitu Kedokteran. Katanya dosen pembimbingnya sudah hadir, karena kabar mendadak tersebutlah Raida meminta supir pribadinya untuk mempercepat laju mobilnya.
"Raida!" Gadis dengan khimar lumayan panjang itu membalikan badannya. Ternyata itu Rerey, wanita berhijab segi empat itu berlari kecil ke arahnya.
"Lama banget sih, ayok ke kelas. Nanti dosennya keburu datang." Tanpa ada perlawanan Rerey menarik tangan Raida. "Lagian dadakan banget sih tuh dosen ngasih infonya?" Tanya Raida yang pasrah tangannya ditarik oleh sahabatnya itu.
"Nggak tau, aku juga tahu dari mahasiswi lain." Raida hanya mangut-mangut.
Sampai di kelas, para mahasiwa/i sudah siap menerima ilmu dari si dosen muda itu. Beberapa detik setelah Raida dan Rerey duduk, dosen itu datang. Tubuh tinggi nan menjulangnya begitu menghipnotis para kaum hawa. Rahang yang tegas, mata tajam, dan hidung runcing membuat siapa saja jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dia Fahri, seorang dosen sekaligus dokter muda yang banyak menyabet penghargaan, entah itu nasional ataupun internasional. Kadang banyak yang kagum karena farasnya saja ataupun prestasinya itu. Lain halnya dengan Raida yang melihat Fahri hanya sebagai dosen tak lebih.
Dengar-dengar dari beberapa mahasiswi tukang gosip, katanya kalo Fahri mempunyai perasaan lebih kepada Raida. Entahlah, gadis itu tak ingin menganggap serius kabar itu. Mana mungkin seorang dosen dan dokter seperti dia menyukai yang hanya seorang mahasiswi. Raida hanya menganggap kabar lalu saja. Memang sih, kadang dokter muda itu sering mengajak pulang bareng, tapi sekali lagi Raida menolak. Bukan apa-apa nih, ia ingin menjaga jarak dari lelaki bukan mahram apalagi semobil kan bisa saja menimbulkan fitnah.
"Raida Kalista Serryli?" Gadis itu mengerjapkan mata kaget. Lamunannya buyar oleh suara briton dari lelaki yang sedang memegang buku tebal.
"Ah iya, Pak saya!" Fahri melepas kacamata yang sering dipakai di saat mengabsen. "Pagi-pagi jangan melamun," tegurnya. Raida tersenyum kikuk, terlebih semua pasang mata yang ada di situ membidik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Army(END)
General FictionJarak mengikis kebersamaan kita, namun jarak tak akan pernah meleburkan rasa cinta. Ketika mencintai tak harus terus berada didekatnya, cukup bangunlah kepercayaan di hatimu dan lantunan doa yang akan menyampaikan rindumu. Kini, kesetiaan dan cinta...