12 Mei, hari sakral yang menjadi impian gadis itu sejak lahir ke dunia. Di hari itu, sebuah ikatan suci akan tercipta dengan para saksi malaikat, insyallah.
Fajar menyapa sang langit, ayam jantan berkokok pertanda pagi sudah datang. Para penghuni rumah berlantai dua itu sangat disibuk kan oleh persiapan yang sangat dinanti. Tirai-tirai putih dan biru lembut menghiasi sepenjuru rumah, bunga-bunga cerah menempel ikut menghiasi rumah, begitu pintar sekali orang-orang merubah semuanya.
Bukan hanya rumah saja yang dihias sedemikian rupa, tapi sang calon pengantin pun di beri polesan di wajah yang membuat semakin cantik saja aura wajahnya. Gadis itu menatap takjub perubahan pada dirinya, padahal hanya di beri polesan sedikit. Tak hentinya Raida menatap dirinya di cermin, baju yang ia kenakan pun sangat pas dan sangat seperti gadis sunda sesungguhnya.
"Make up wajah teteh mah gak susah, memang udah cantik dari lahirnya," kata si perias Raida dengan logat sundanya.
"Alhamdulillah, terima kasih." Tatapan gadis itu teralih pada handphone yang begitu ramai oleh grup. Ingin sekali Raida menanyakan Arvan sudah sampai mana, tapi itu dilarang Lita katanya pamali. Oke baiklah, Raida tidak bisa melanggar jika bundanya sudah bilang seperti itu.
Tak lama Raida dikagetkan oleh sebuah suara hadroh dan dentruman mobil, yang berarti iring-iringan keluarga Arvan sudah datang. Raida semakin deg-degan saja, beberapa menit atau detik ia kan melepas masa lajangnya dan memiliki kewajiban baru.
Sekarang Raida sendiri di kamar, ia tinggal menunggu ucapan 'sah' dan Lita akan menjemput kemari. Kalo boleh ditanya perasaan Raida bagaimana? Sungguh ini tidak biaa di jelaskan.
"Ananda Arvan Elfahrizi Umar bin Umar saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Raida Kalista Serrly binti Darma dengan maskawin emas 30 gram serta seperangkat alat sholat dibayar tunai." Terdengar dengan sekali hentakan Darma mengucapkan itu, jantung Raida semakin meronta-ronta.
"Saya terima nikah dan kawinnya Raida Kalista Serrly binti Darma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagimana para saksi?"
"Sah!"
Berbarengan dengan itu kelopak mata Raida yang awalnya terpejam kembali terbuka sempurna, air matanya sangat tertahan di pelupuk mata, dadanya bergemuruh hebat, hingga sebuah lengkungan manis tercipta.
Kini seorang Raida sudah resmi menjadi istri prajurit yang tak lain ialah Arvan, teman masa kecilnya dulu. Mungkin ini nampak tidak mungkin, tapi ini begitu nyata adanya. Takdir telah menyatukan seorang sepasang sahabat disebuah ikatan suci yang bernama rumah tangga, Raida harapa ini yang pertama dan terakhir dalam hidupnya.
"Sayang, mari temui suamimu," teguran halus Lita yang sudah datang ke kamar gadis itu.
Raida segera beranjak dibantu oleh genggaman Lita. Raida menatap harus bundanya itu, sama halnya Lita dia ingin menangis dan memeluknya seperti seorang bayi namun sekarang anak gadis nya itu sudah lepas tanggung jawabnya.
Sampai di bawah, Raida duduk di samping Arvan yang sangat gagah dengan jas putihnya. Di lanjut setelah itu acara pertukaran cincin, lalu gadis itu mencium takzim tangan Arvan dan dibalas oleh ciuman di kening Raida.
Di antars mereka tidak bisa lagi berkata-kata atas semuanya, mereka saling berbicara lewat tatapan dan itu sudah menjadi pahala di antara keduannya.
Usai mendatangani berkas-berkas nikah, dilanjutkan dengan prosesi sunda yang memang wajib dilakukan. Prosesi itu mampu memakan waktu beberapa menit, hingga terakhir adalah prosesi yang ditunggu-tunggu para undangan ataupun keluarga yang ada di situ yaitu upacara pedang pora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Army(END)
Ficção GeralJarak mengikis kebersamaan kita, namun jarak tak akan pernah meleburkan rasa cinta. Ketika mencintai tak harus terus berada didekatnya, cukup bangunlah kepercayaan di hatimu dan lantunan doa yang akan menyampaikan rindumu. Kini, kesetiaan dan cinta...