5

1K 43 0
                                    

Duduk di depan meja riasnya, tangannya bergerak berirama naik dan turun di kepala. Dengan alat yang berbentuk pipih dan bergigi itu, ia merapikan rambutnya.

Azka yang baru saja keluar dari kamar mandi menghampiri istrinya dan memberikan kecupan singkat sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di kasur. Jangan pikir Azka sudah mengibarkan bendera damai. Belum. Kecupan itu ritual khusus yang tidak boleh terlewatkan bagaimana pun suasana hati.

"Kak Ficsa itu orangnya kayak gimana sih Ka?" Pertanyaan itu mengalun dengan lembut, ia tak ingin kalah lembut dengan seseorang yang ia tanyakan.

1 detik
2 detik
3 detik

Kiara menunggu tapi tak ada jawaban, ia tolehkan kepalanya menuju ranjang besar di belakangnya setelah melirik dari cermin riasnya.

Disana, di atas ranjang, prianya menutup mata dengan tubuh terlentang serta kedua tangan yang ia rentangkan.

Azka tidur? Tidak.

Azka belum pergi ke alam mimpinya. Kakinya saja masih terjuntai ke lantai pun dengan jari jarinya yang masih bergerak. Dia masih sadar.

Kiara putar tubuhnya, sepenuhnya duduk menghadap ranjang dan badan besar milik suaminya.

"Ka.." masih mengalun lembut. Tapi tidak jua mendapat jawaban.

Nyebelin deh. Kiara kan jadi emosi.

"Azka, denger aku gak?!" Lagi Kiara bersuara. Kali ini agak tegas.

Tapi jawabannya hanya sebuah gumaman pendek. Tak apa. Yang penting di respon. Walau seperti orang yamg tidak berniat merespon. Sebab matanya tertutup. Bahkan posisinya masih sama. Benar benar tidak menunjukkan respon yang interaktif.

Sekali lagi ia serukan "Aku tanya sama kamu. Kak Fisca itu orangnya kayak gimana?"

"Kayak yang kamu liat"

Sabar sabar. Sudah biasa. Sudah sangat biasa Azka seperti itu. Tak usah di bahas dan tak usah di permasalahkan.

Kiara tarik nafasnya dalam dalam. Dan dalam sekali tarikan nafas Kiara ucapkan "katanya kamu deket sama dia" sambil memincingkan mata.

Itulah inti dari pertanyaan Kiara. Dia ingin tahu sejauh mana Azka jujur padanya. Tapi yang di tanya diam tanpa kata. Tidak bergerak. Seperti mayat hidup.

Ah tau ah. Kiara capek. Malam sudah larut. Hari ini banyak aktivitas yang sudah Kiara lakukan. Jadi Kiara gak mau capek hati sama sikap Azka.

Akhirnya dia beranjak dari kursi riasnya. Menyingkap selimut yang tertindih oleh badan besar suaminya.

"Awas! Aku mau tidur. Aku capek" ketusnya.

Azka jadi berguling ke sisi satunya. Ya sekalian saja, ia bangun dan ikut menyingkap selimut. Berlindung dari dinginnya AC dalam selimut yang sama. Yang kemudian ia peluk tubuh mungil sang istri yang memunggunginya.

"Gak usah peluk peluk deh!"

Sensi sekali. Azka jadi kecewa. Padahal seberapa pun sebalnya Azka pada Kiara, dia tidak pernah menolak sentuhan istrinya.

"Aku sebel sama kamu."

Tunggu. Azka kerutkan keningnya. Ini seharusnya tuh dia yang berkata seperti itu pada istrinya. Azka loh yang sebel sama Kiara dari kemarin malam karena istrinya gak nurut. Ini kok tiba tiba malah dia yang bilang sebel.

"Perasaan, aku deh yang lagi sebel sama kamu. Kenapa sekarang jadi kamu yang sebel sama aku?"

Mendengar ucapan Azka, Kiara berbalik memiringkan badannya menghadap sang suami yang tidur dengan posisi terlentang

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang