41

780 37 6
                                    

Sudah dua pekan lebih Kiara tinggal bersama Om dan Tantenya. Awalnya Riska biasa saja, sebab setiap hari Azka selalu datang. Entah itu untuk makan malam, atau bahkan sarapan. Namun semakin hari semakin di perhatikan, Kiara tak pernah memberikan Azka senyuman

Memang sih di hari libur Azka habiskan waktu seharian di rumah itu. Tapi entah kenapa Azka tidak pernah menginap. Selalu pulang untuk tidur di rumahnya dengan alasan pekerjaan yang harus di selesaikan.

"Ra, kamu gak ikut pulang?"

Kiara terkesiap, menghentikan aktivitasnya. Menutup laptop dan menaruh perhatian penuh pada Riska.

Duh di keadaan perut gendut tuh banyak gak nyamannya. Duduk pun rasanya sulit. Tapi Riska nikmati prosesnya. Sebab ini adalah masa terindah yang kelak akan dia rindukan.

Mungkin ini sudah hari ke tujuh belas Kiara menginap. Barusan Azka pulang dengan senyuman palsu yang sudah sangat kentara lelahnya bagi Riska.

Riska sudah bosan menawarkan Azka untuk menginap. Lagi pula untuk apa ditawarkan. Jika mau tidur sekamar dengan istri kan sah sah saja.

Maka yang Riska tanyakan pada Azka adalah "Kiara belum mau pulang ya?"

Sedangkan Fajar sudah tidak mau berburuk sangka pada Azka. Cukup sekali dia pernah salah paham pada Azka. Kali ini apapun masalah mereka, Fajar tidak akan ikut campur. Makanya dia lebih pilih diam dan memperhatikan.

"Kiara kayaknya belum pulih betul, Ka. Aku takut kalau dia di rumah dia banyak ngerjain ini itu. Nanti dia kecapekan"

Padahal yang Riska tahu, tepat di minggu lalu itu adalah hari terakhir Kiara check up. Riska ingat kok apa yang Luna katakan.

"Syukurlah, besok kamu gak perlu kesini lagi. Keadaan kamu udah oke kok buat aktivitas kayak biasa."

Tapi kenapa Azka sampai berbohong?

"Tante tau ini urusan rumah tangga kamu. Tante juga tahu ini rumah kamu. Sebenernya Tante gak berhak buat ngomong ini. Tapi kamu kan udah berkeluarga. Azka tuh suami kamu, masa kamu biarin Azka sendiri di rumah. Ya walaupun dia tiap hari kesini. "

Kiara tertunduk, ingin sekali mengadu, tapi tak mampu, lidahnya seketika membeku.

"Kalau ada masalah, ada baiknya kamu bicarakan baik baik sama Azka. Jangan tinggalin dia kayak gini."

Kiara bukan lagi ABG yang kalau punya masalah kabur dari rumah. Tapi Kiara juga kan gak mau nangis darah kalau harus terus terusan ketemu Azka dirumah.

"Maaf ya, Tan. Kalau aku ngerepotin tante." Hanya itu yang bisa Kiara katakan

Da Riska menggeleng. Membelai lembut rambut yang terurai. Riska katakan, "Ngga sayang. Kamu gak ngerepotin sama sekali, kok. Tante seneng kamu disini. Tapi Tante lebih seneng kalau kamu baik baik aja sama suami kamu"

Kiara juga maunya gitu. Dia mau baik baik saja dengan Azka. Tapi keadaannya sekarang tidak bisa di bilang baik baik saja meski Azka selalu berbuat baik.

****

Baiklah. Jadi gini, kenapa Fisca sampai katakan Afka anak Azka? Jawaban yang menurut Fisca benar adalah. Pertama, Entah sudah berapa kali Fisca melakukan itu dengan Azka. Seperti yang Arka fikirkan, bahwa peluang Azka adalah ayah kandung Afka lebih besar.

Kedua, saat itu fikiran Fisca buntu. Dia tidak tahu lagi bagaimana cara menyelamatkan anaknya dari cengkraman Azka selain berkata seperti itu.

Yang terakhir, sudah jelas. Karena Fisca masih mencintai Azka. Wanita itu masih menginginkan Azka.

Uh betulan wanita yang picik. Kartika sekarang tidak tahan melihat wajah sok tidak berdosa itu. Kartika lihat, kali ini Fisca betulan menjukkan wajah aslinya. Di saat Azka datang, Fisca hampiri Pria itu.

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang