7

937 32 2
                                    

"Mommy, I want it"

"I wat that too!"

"This one too, Mom"

Itu semua adalah suara Kafa. Dia merengek minta dibelikan ini dan itu. Berlarian kesana kemari mengambil beberapa pakaian yang ia suka. Sangat berbeda dengan Afka yang lebih tenang. Ia hanya mengamati beberapa macam model. Hingga akhirnya mengambil dua atasan dengan warna senada.

"Yang ini cocok buat kamu Ka."

Kiara pilihkan satu kemeja berwarna dasar putih dengan bintik biru.

Karena tidak jadi bertemu dengan Silva, akhirnya ia menemui kakak iparnya. Berhubung lagi mumet gara gara skripsi. Cuci mata di mall bukan ide yang buruk kan. Walau cjma sekedar menemani, tapi lumayan lah buat refreshing.

Anak lelaki itu menilik dan memperhatikan kemeja yang dipilihkan Aunty-nya. Membolak balikan kemeja itu bahkan ia juga memperhatikan jahitannya. Seteliti itu anak kecil ini.

"Bagus?" Ucapnya meminta saran pada Kiara saat ia memadankan kemeja itu di badannya.

Kiara acungkan kedua jempolnya, "Bagus! Cocok sama kamu. Jadi makin ganteng" begitulah kata Kiara seraya ia lebarkan senyumnya.

Tapi, Afka tak butuh kalimat hiperbolis Kiara. Azka hanya butuh jawaban iya atau tidak. Kenapa orang orang selalu bertindak melebih lebihkan sih.

"Hebat kamu, Ra"

Kiata tersenyum. Menoleh pada si sumber suara.

"Biasanya kalau aku yang pilihin dia gak mau. Maunya pilih sendiri."

Kakak beradik itu sudah berlari terlebih dulu menuju Kassa.

"Kayaknya dia seneng sama kamu. Afka itu pendiem bangat. Biasanya dia gak terlalu suka sama orang baru."

"Aku juga gak tau sih, Kak. Aku cuma ngerasa itu cocok buat dia. Soalnya kalau di lihat lihat, Afka itu agak mirip sama Azka."

Fisca hanya tersenyum, namun beberapa detik kemudian ia katakan, "Iya. Afka emang mirip bangat sama Azka. Kelakuannya, bahkan garis wajahnya juga. Liat deh."

Kiara lalu mengikuti apa yang diintruksikan kakak iparnya. Memang. Azka banget. Lesung pipi tunggal yang dia punya, seolah di turunan dari Azka meski berbeda posisi. Terlebih sikapnya, yang terkesan dingin. Membuat keponakan dan om nya itu tiada beda.

Jauh berbeda dengan sang adik. Kafa lebih banyak bicara dan banyak merengek. Seperti anak kecil pada umunya. Wajahnya pun dominan pada Fisca.

Kok bisa begitu ya?
Biasanya seorang anak akan lebih mirip ayah atau ibunya. Tapi,

"Mitosnya kalo anak kita mirip sama seseorang, pas hamil pasti lagi sebel bangat sama orang itu"

Fisca kembali tersenyum. Namun senyumnya seolah memiliki arti yang berbeda. Maka entah kenapa hati Kiara meringis.

"Azka emang pantes disebelin" adalah kalimat terakhir Kiara saat mereka sampai di Kassa.

***

"Aku kasian deh sama mereka" seruan itu adalah dari Fisca

Yang wanita bersandar pada dada sang pria yang sibuk memainkan ponselnya. Bukan untuk bermain game 'mobile legend' atau bahkan 'PUBG' seperti pria kebanyakan saat ini. Bukan, dia pebisnis. Mainan ponsel ya untuk urusan pekerjaan lah.

"Siapa?" Dan itu adalah Arka, bukan Azka.

"Adik kamu"

Arka kerutkan dahinya. Ia menundukan kepalanya untuk menatap sang istri. Kenapa Fisca harus mengasihani adiknya?

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang