43

880 31 2
                                    

Sejujurnya Kiara tak membenci Afka. Mungkin Kiara hanya cemburu di saat perhatian Azka yang biasanya tertuju hanya padanya. Kini terbagi walau hanya secuil. Kiara juga tidak sepenuhnya menyalahkan Afka atas gugurnya buah hati. Itu memang sudah kehendak Tuhan. Kiara tetap takut terjadi hal terburuk ketika mendengar anak itu alami kecelakaan.

Atensinya kini fokus pada Azka yang sedang menyetir. Pria itu kentara cemasnya. Sampai Kiara katakan, "Pelan pelan, Ka. Gak usah buru buru. Kamu tenang ya." Karena Kiara takut jika Azka hilang fokus.

Kiara tidak bisa bayangkan, sehancur apa Azka jika sampai terjadi hal buruk pada Afka. Sudah cukup anak dari Kiara yang pergi. Jangan Afka. Kiara tak ingin Azka kehilangan anaknya untuk yang kedua kali.

Singkatnya, mereka sampai di parkiran mobil rumah sakit. Dengan langkah lebar Azka bergegas buka kan pintu mobil untuk Kiara.

"Ra. Kamu yakin?"

Sejak di rumah. Kiara sudah bulatkan niat untuk ikut ke rumah sakit.

"Apa kita mau pulang aja?"

Loh. Baru juga sampai. Udah ngajak pulang. Anaknya pasti ayahnya saat ini. Kenapa sih Azka ngajak pulang mulu. Kiara juga gak akan macem macem kok sama Fisca. Kiara juga tahu tempat dan kondisi, kali.

"Kamu apaan sih. Afka lagi kritis malah ngajak pulang."

"Ya udah. Tapi kalau ada apa apa. Kita langsung pulang ya."

Kiara iya kan saja.

Dia bingung pada sikap Azka saat ini. Dia sedang cemas tapi masih sempat cemaskan Kiara. Terbukti ketika mereka langkahkan kaki memasuki rumah sakit Azka bertanya, "Kamu capek gak?"

Kiara menggeleng. Dia lebih capek hati ngadepin suaminya. Cuma berjalan seperti ini sih tidak ada apanya. Dia bergegas, sampai terhenti langkahnya. Dia melihat sosok Fisca di ujung koridor memeluk dua anaknya yang lain.

"Ra. Kenapa?"

Kiara menggeleng. Berat kakinya melangkah dengan terpaksa. Untung Kartika datang menghampiri. Menyapa dan merangkul Kiara disana.

Sementara Azka hampiri Arka yang penuh kecemasan di depan pintu ruang operasi.

"Gimana ceritanya?"

Yang selanjutnya Arka ceritakan kronologi kejadian. Kiara lihat. Sedari tadi tadi Kiara ingin fokus mendengar cerita Arka. Tapi nyatanya dia limbung melihat bercak darah di tangan dan baju Arka.

"Sayang, kamu gak apa apa?"

Ah semua mata jadi tertuju padanya.

"Aku bilang juga apa. Kamu di rumah aja gak usah ikut!" Azka membantak lagi. Tapi kali ini penuh dengan perhatian. Dia berjongkok di hadapan sang istri dengan menggenggam jemari mungil itu.

"Kamu masih belum pulih, Ra." Itu mamah mertua yang bersuara. Dia mengibaskan tangannya di depan wajah Kiara.

"Kita pulang aja!"

"Tapi kan, Afka .."

Ucapan Kiara terjeda, aktivitas Azka yang hendak menggendong juga di sela. Karena ada Dokter yang keluar dari ruang operasi.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Itu Fisca yang paling dekat dengan Dokter.

"Apa disini ada yang bergolongan darah B+? Pasien mengalami pendarahan yang cukup parah hingga memerlukan donor darah. Sayangnya pihak kami kekurangan stok untuk golongan darah B+"

Tanpa berfikir panjang, Arka maju selangkah lebih dekat dengan sang dokter, "Saya. Saya, Dok. Golongan darah saya B+. Ambil darah saya sebanyak mungkin. Yang penting anak saya selamat, dok" sampai Azka genggam jemari sang Dokter.

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang