12

781 30 0
                                    

Tidak ada yang menjalani hidup tanpa cedera. Contohnya Kiara, meski ia bisa di katakan beruntung karena memiliki Azka, tapi nyatanya ia tak seberuntung Fisca yang memiliki 3 orang anak. Ia adalah seseorang yang menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu. Mendedikasikan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, bahkan tahun, untuk menyambut sebuah kedatangan.

***

Matanya sibuk menatap layar datar di genggaman. Sedang kakinya melangkah maju berirama seiringan dengan ketukan wedgesnya. Yang katanya dulu tidak bisa pakai sepatu berhak. Kali ini dia sungguh mahir berlenggak lenggok bagai di catwalk.

Bugh
Untuk tentengannya tidak sampai jatuh. Tapi, oh ya ampun. Yang jatuh adalah seorang anak kecil.

Anak perempuan yang usianya lebih muda dari Kenzo. Ia terjatuh karena menubruk kaki Kiara. Kiara berjongkok, menatap sedih anak kecil yang jatuh terduduk itu. Hebatnya dia tidak menangis. Padahal coklat yang dia pegang jatuh mengotori dress kuningnya.

Seorang kepala keamanan datang, dan pergerakannya Kiara tahan.

"Maaf bu saya lalai karena membiarkan anak kecil berlarian sendiri disini. Mari bu, biar saya bawa anak itu ke resepsionis"

"Gak apa apa kok, Pak. Biar sama saya" begitu jawab Kiara.

"Tapi, Bu ..."

Dengan satu gerakan, Kiara meminta kepala keamanan itu untuk menjauh.

"Kamu mau kemana sayang?" Tanya Kiara kemudian

"Pap..pih" jawabnya dengan terbata khas anak kecil yang baru lancar bicara.

Ah, orang tuanya pasti bekerja di perusahaan suaminya ini. Kiara tebak, mungkin dia datang bersama ibunya untuk membawakan bekal makan siang untuk ayahnya. Sama seperti yang kiara lakukan saat ini. Memikirkannya saja Kiara jadi tersipu malu.

"Papih kamu disini?"

Anak kecil itu mengangguk, lalu berkata "Kata ma..mih ini kan..tornya pa..pih, papihnya Veena itu bosss"

Jadi nama abak kecil itu Veena. Nama yang cantik, secantik mata besarnya yang bulat hitam dan terang. Pipinya chubby dan berlubang ketika anak kecil itu tersenyum. Rasanya ingin Kiara gigit pipi itu saking gemasnya.

"Ikut tante yuk." Kiara ulurkan tangannya.

Daripada menitipkannya ke resepsionis. Lebih baik Kiara bawa saja gedis kecil itu ke ruangan suaminya. Kiara ingin pamerkan pada Azka, kalau dia mau yang seperti ini.

Masalah orang tuanya yang mencarinya, biar kan saja. Siapa suruh teledor menjaga anak secantik Veena. Untung bertemu dengan Kiara, coba kalau ketemunya sama orang jahat. Nangis 7 hari 7 malem deh pasti ibunya.

"Nan..ti kalau udah be..sar Veena yang ja..di bos.. gan..tiin pa..pih. Tan..te mau kerja di kan..tor pa..pihnya Veena ya?"

Kembali Kiara tersenyum gemas. Lucu sekali. Kiara tidak perduli bajunya ikut ikutan kotor karena coklat karena menggendong Veena. Baju Kiara lebih dari satu lemari kok.

"Kamu sama siapa kesini? Mamih kamu mana?"

"Deveena!"

Seruan itu mengalihkan atensi Kiara, sebab anak kecil bermata hitam nan besar itu menoleh saat nama itu di sebutkan. Ia meronta meminta Kiara melepaskannya dalam gerakan. Maka anak kecil itu berlari setelah Kiara menurunkannya, menghampiri seseorang yang ia panggil "Papih..!"

Yang di panggil Papih menyambut anak kecil itu dalam gendongannya. Sementara Kiara menutup mulutnya yang menganga dengan mata yang melebar.

Prak
Kotak makanan yang di genggam Kiara terjatuh begitu saja, memporakporandakan isinya. Beef wellington yang ia bawa dari rumah mamah mertua, jatuh ke lantai karena keluar dari tempatnya.

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang