"Sekolahnya gak jauh beda sama sekolah kita yang lama. Aku bahkan bisa ikut kelas robotika. That was fun.
Ini sudah akhir Agustus. Mereka juga sudah sebulan di Indonesia. Arka sudah putuskan untuk menetap di tanah kelahirannya. Jadi mau tidak mau dia sekolahkan anaknya di Indonesia.
Kalau di London, liburan sekolah tuh hampir 3 bulan. Beda sama di Indonesia yang cuma dua minggu. Tahun ajaran baru di London itu di mulai di bulan September. Beda dengan di tanah air yang mulai di bulan Juli.
Arka sekolahkan Kafa di sekolah internasional yang paling bergengsi dan berkualitas pastinya. Kafa itu mudah bergaul. Dia bocah yang lincah, agresif dan sangat ingin banyak tahu. Jadi gak susah deh buat Kafa dapet temen.
"Maaf Den Kafa, ada telpon buat Aden, katanya dari temen sekolahnya."
Tuh kan, baru hari pertama dia sudah bertukar nomor telepon dengan teman sekelasnya.
"Oh, Hi Juno, what happened?"
"Yeah, sounds great. I think it's good idea"
"Hmm..., saturday would be perfect"
"Oke, see you tomorrow, Juno"
Itulah yang Afka dengar dari pembicaraan adiknya di telepon. Sepertinya adiknya itu merencanakan sesuatu.
"Itu Juno, my classmate. Juno sama Daren itu ternyata rumahnya di komplek sini, Kak. Hari sabtu mereka ngajak aku buat main futsal di rumahnya Daren"
Antusias sekali bukan. Baru hari pertama sudah seakrab itu dengan teman baru. Apalagi temannya masih satu kompleks dengan rumah kakeknya. Pasti bakalan sering main bareng. Dan Afka akan sering di tinggalkan.
Tapi, yang menjadi pendengar hanya mengangguk angguk saja sembari membaca komik Marvelnya.
"Kakak yakin mau Home Schooling?"
Anak sulung Fisca ini, sepertinya tipe orang yang introvert. Dia gak nyaman kalau harus ketemu orang banyak. Apalagi ada di lingkungan baru. Tipe orang yang susah untuk berkomunikasi dengan orang baru. Makanya dia sempat protes waktu Daddynya bilang kalau mereka akan menetap di Indonesia.
Dia gak suka memulai sesuatu yang baru. Dia sudah nyaman dengan lingkungan dan temannya di London. Dan sekarang harus memulai semuanya dari awal itu membuatnya stress.
Ya ampun, anak kecil aja bisa stress ya.
Jadi, mungkin inilah alasan Afka lebih sering terlihat diam. Mungkin ini juga alasan Afka bersikap dingin pada orang lain. Bukan tidak ingin di tegur, hanya saja Afka bingung. Dia hanya tidak tahu caranya berkomunikasi yang benar.
"No problem."
Berkomunikasi dengan satu orang lebih baik daripada harus bertemu dengan orang banyak.
***
"Dianter siapa kamu?"
Kiara mengerjap. Baru juga buka pintu. Udah ada pintu lagi. Kaget tau gak. Badan besar Azka benar benar menghalangi jalan masuknya Kiara.
Tanpa menjawab Kiara molos ke celah celah dimana dia bisa lewat. Udah kayak tikus aja nih.
"Ra."
Bisa gak sih Azka lihat Kiara dulu. Dia itu capek. Habis sidanh skripsi. Dia bawa tas besar di punggung yang isinya tiga tumpuk skripsi dan laptop. Terus tangannya juga sibuk bawa buket bunga dan sekantong siomay. Azka gak ada niat bantu bawa gitu?
Uh.
Kiara hempaskan tubuhkan di sofa. Dia menghela setelah melepaskan punggungnya dari cengkraman ransel besar yang memberatkannya. Buket bunga yang dia simpan disisi kirinya tergeletak begitu saja di atas sofa. Sedang kantong plastik siomaynya dia taruh di atas meja.
Tuk
Suara ketukan gelas yang beradu dengan meja itu membuat matanya terbuka. Dia sempat pejamkan matanya demi membunuh lelah. Ingin sejenak merebahkan diri sebelum pergi mandi dan beristirahat.
Semakin terbuka lebar matanya tatkala kakinya terangkat. Azka yang duduk di sisi Kiara membawa kedua kaki itu ke pangkuannya. Praktis tubuhnya ikut berputar. Sepenuhnya menghadap pria bertubuh besar.
Kalau mau marah, Azka sangat bisa. Kiara sudah memutus telponnya secara sepihak. Bahkan mematikan ponselnya. Ditambah dia lihat dengan nata kepalanya sendiri Kiara di antar pulang oleh lelaki lain. Bisa bisanya dia menumpang pada mobil lain disaat wanita itu punya tauma saat menumpangi mobil. Awas saja. Lelaki mata sipit itu akan Azka beri pelajaran nanti.
Tapi, untuk saat ini, akan Azka kesampingkan emosinya. Dia lebih tidak tega ketika melihat wajah lelah sang istri.
Masih Kiara perhatikan dalam diam atas apa yang suaminya lakukan. Pria itu melepaskan sepatu dan kaus kaki yang sudah seharian di pakai. Untung Kiara orangnya bersih. Jadi meskipun seharian, gak ada tuh bau yang menyengat. Tapi mau bau atau nggak. Kalau cinta mah gak perduli. Bukan begitu?
Kiara mendesah ketika Azka lakukan pijatan di betisnya. Ini nyaman sekali. Memang ini yang ibu hamil inginkan. Sebuah pijatan di kaki.
Bermenit menit berlalu. Dua insan ini tanpa kata. Hingga Kiara putuskan untuk menyudahi apa yang Azka lakukan padanya. Dia turunkan kakinya tanpa meminta. Lalu menenggak habis air di gelas tanpa sisa.
Aah
Desahan itu hadir bersamaan dengan habisnya air dalam gelas. Maka saat itu juga tubuh Kiara di putar arah oleh Azka."Kamu .."
Tadinya sih mau marah. Tapi gak jadi. Karena Azka kali ini lakukan pijatan di bahu sang istri. Azka emang gitu, suka semaunya sendiri. Bertindak tanpa persetujuan. Melakukan perhatian tanpa banyak bicara.
"Aku minta maaf" Seruan mereka berbarengan.
Kiara tolehkan kepalanya menatap langsung pada iris yang kelam. Meski sendu, bola mata itu tetap terlihat besar karena kelopak mata yang lebar. Ada pancaran penyesalan disana, begitu pula pada iris coklat milik Kiara. Mereka sama sama menyadari kesalahan masing masing.
"Aku gak maksud buat ngelawan sama suami. Tapi hari ini kamu nyebelin bangat. Aku udah nungguin kamu. Jam 12 kamu bilang udah mau jalan. Tapi kamu gak sampe sampe. Seenggaknya kamu kabarin aku kalau kamu gak bisa anter. Aku kan gak mesti nunggu kamu dan marah marah gak jelas."
"Maafin aku, Baby. Aku tahu kok aku salah. Lain kali aku gak akan kayak gitu lagi."
Ya udah gitu aja, kesalahlahaman mereka selesai. Kiara sudah memeluk suaminya dengan cinta. Dan Azka sudah memberikan tanda cintanya lewat sebuah ciuman.
Kalau aja Azka gak jemput Afka. Ah bukan, tapi kalau Fisca tidak menghubunginya. Mungkin semua ini gak akan terjadi. Tapi biarlah, asal Kiara gak marah lagi, dia gak perlu tahu kenapa Azka sampai kesampingkan istrinya.
Jadi lebih penting siapa? Afka atau Kiara?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
*** BAMBINO PICCOLO *** S-2
Romantik"...karena pebisnis seperti kita, punya keturunan itu penting..." "...buat apa punya istri cantik dan muda kalau gak bisa kasih keturunan" Menjelang 6 tahun usia pernikahan mereka sudah kah Tuhan berikan kepercayaan pada mereka? Sequel 'BABY GIANT B...