32

731 33 0
                                    

Kiara kembali ke kamar setelah menyelesaikan acara masaknya. Rutinitas paginya kali ini gagal. Sebab pria yang biasa terbangum karena kecupannya itu sudah berdiri di hadapan kaca besar lemari pakaiannya. Dia sedang kancingkan lengan kemejanya.

"Kamu udah bangun?"

Tidak di jawab. Pria itu hanya melirik si penanya sekilas dalam pantulan cerminnya.

Ah, sepertinya Azka masih marah. Baiklah, Kiara tidak akan membahas. Dia hanya akan lakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Memasangkan dasi suaminya.

Kiara tarik sebuah kursi. Dia dekatkan di sebelah Azka.  Yang sudah dia naiki. Kiara kalungkan dasi warna abu yang senada dengan stelan jas suaminya.

Dalam diam Kiara pasangkan dasi itu. Dalam diam Azka perhatikan mata bengkak itu. Kali ini dia merasa bersalah. Pasti semalam istrinya banyak menangis. Apa semalam dia keterlaluan? Padahal dia tahu, ibu hamil ini tidak boleh stress. Tapi sudah berapa kali dia buat istrinya stress?

Tapi gimana? Azka kesal. Dia kecewa. Kiara lebih mesra dengan pria lain di banding dirinya. Suaminya sendiri. Sampai orang lain salah paham akan kedekatan Kiara dengan Nata. Ah, pria itu akan Azka beri pelajaran nanti.

Selama Azka mengumpati Nata, selama itu pun dasinya sudah terpasang sempurna.

"Ra! Hati hati dong!"

Hampir saja Kiara terjatuh jika Azka tidak sigap menangkap tubuhnya. Barusan Kiara hendak turun dari kursi. Tapi dia malah salah pijak.

"Kalau jatuh gimana?!"

Meski dia tuntun Kiara untuk turun dari Kursi secara perlahan. Tapi suaranya membentak.

"Kalau sweety pie kenapa kenapa kita bisa bikin lagi"

Endasmu. Iya, bikinnya gampang. Tapi hasilnya kan gak tahu kapan datang. Yang ini aja nunggu bertahun tahun.

"Tapi kalau kamu yang kenapa kenapa gimana?!"

Semakin keras suara Azka. Semakin jadi juga tangisan Kiara. Azka buat Kiara menangis lagi.

"Ra. Kok nangis? Kamu kenapa?"

Ah jangan jangan .. "Aku gak maksud buat bentak kamu kok. Cup cup cup. Udah ya Baby. Aku minta maaf."

Kali ini Azka sibuk menenangkan istrinya yang menangis. Sampai dia peluk. Padahal sewaktu istrinya datang sampai dasi di lehernya terpasang dia tidak bereaksi sama sekali.

Semakin kencang tangisannya, semakin kencang juga dekapanmya. Kiara Bingung. Kenapa Azka masih pedulikan dirinya disaat semalam dia menyesali semuanya?

"Maaf.. Maafin aku." Kiara yang bersuara. "Maafin aku, Ka."

Ah, semalam isak itu tidak tampak. Azka campakkan tangisan istrinya karena keegoisan dirinya. Tapi kali ini tangisan itu memilukan. Apalagi saat Kiara katakan, "Aku gak mau kamu ngerasa bodoh karena aku. Aku yang bodoh kalau aku sampe pergi ninggalin kamu. Jangan nyesel nikah sama aku. Aku cinta sama kamu, Ka. Jangan raguin aku."

Sejujurnya Azka tidak pernah meragu pada Kiara. Pun tidak pernah menyesal bertemu dengannya. Apalagi menyesali pernikahannya. Hanya saja ..

"Aku nih udah tua. Sedangkan kamu masih muda, masih cantik. Pasti banyak lelaki .."

"Nggak!" Kiara menggeleng dengan tegas.

Demi apapun Kiara cinta pada pria di hadapannya. "Aku gak mau denger kamu ngomong kayak gitu. Cinta itu gak bisa di batesin sama umur. Cinta itu gak bisa di nilai dari penampilan. Aku cinta sama kamu yang begini atau atau yang bagaimana pun aku cinta. Karena aku cintanya sama kamu Azka. Aku maunya sama kamu. Bukan yang lain."

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang