16

839 27 1
                                    

Sepertinya memang Azka tidak di takdirkan untuk memahami apapun itu tentang kedokteran. Buktinya dia sipitkan mata ketika melihat layar monitor USG. Kernyitkan alis ketika Dokter berkata, "Nah ini pak. baru ada kantung kehamilannya aja. Usianya sekitar 3 minggu."

Kantung kehamilan itu apa? Terus janinnya kemana? Kan udah garis dua. Kok gak ada janinnya?

"Maksudnya, Dok?" Sumpah mati Azka gak paham.

"Jadi, karena kehamilan Kiara terdeteksi lebih awal, disini baru ada kantung kehamilannya aja, Pak. Masih kosong belum ada janinnya"

"Loh terus? Anak saya kemana?"

"Kok bisa kosong?"

"Tapi istri saya hamil kan dok?"

Azka yang biasanya irit suara kali ini mulai aktif. Maklumlah calon bapack bapack.

Luna hanya tersenyum bersamaan dengan jemari dan matanya yang tersibuk pada alat ultrasonografinya.

"Tenang, Pak. Gak usah khawatir. Ini normal kok. Karena janin baru akan terlihat di usia kehamilan 6 minggu. Pak Azka sama Kiara bisa balik lagi kesini 3 atau 4 ming.."

"3 minggu lagi dok. 3 minggu lagi"

Semangat sekali. Dari sejak Tristan menyuruhnya membeli testpack Azka sudah tunjukkan semangat 45nya. Betulan tuh suaminya Kiara?

"Iya, boleh. Tolong di jaga kehamilannya ya, Ra. Jangan terlalu capek dan jangan di buat stress, biar janinnya bisa berkembang dengan sehat"

"Iya dok"

Hanya itu seruan Kiara,
Tapi Azka ..

"Kalo mual muntah gitu gimana dok? Soalnya tadi pagi dia mual mual gitu. Padahal sebelumnya nggak. Terus Kiara juga kayaknya gak nafsu makan. Gak ada obat yang buat ngurangin mual atau nambahin nafsu makan gitu dok? Kalau dia gak makan gimana janinnya bisa berkembang?"

Rempong. Tapi wajar. Namanya juga anak pertama. Luna sih maklum. Sudah biasa menemui yang seperti ini.

"Iya pak, nanti saya akan resepkan vitamin untuk Kiara. Bapak gak usah khawatir  Bapak juga jangan terlalu membebani pikiran istri bapak ya."

Eh.
Enak aja. Mana ada Azka membenani pikiran Kiara.

"Saya suami siaga. Siap antar jaga."

***

"Ra, jalannya pelan pelan dong. Nanti kamu kesandung."

Was was. Lebih tegang liat istri jalan lompat lompat pas lagi hamil dari pada ikut tes SMBPTN.

Padahal mereka sedang berjalan di rumput hijau yang luas. Bukan lapangan. Bukan juga taman. Lebih tepatnya tempat pemakaman.

Iya. Tempat pertama yang mereka tuju sepulang dari rumah sakit itu adalah tempat peristirahatan terakhir Ayah dan Ibunya Kiara. Mereka sedang berziarah. Kiara yang pinta.

"Ayah, Ibu, Kiara disini." Kiara tabur bunga. Mengusap batu nisan yang berdampingan. Orang tuanya itu benar benar sehidup semati.

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang