25

648 32 2
                                    

Yang katanya akan menelpon kembali ternyata tidak di lakukan. Yang katanya jika meminum susu bisa membuat cepat tidur ternyata itu pun tidak berefek untuk malam ini. Sudah hampir setengah jam Kiara sibuk bulak balik ke toilet, yang membuatnya jadi tidak bisa tidur.

Seingatnya hari ini dia hanya makan makanan yang sesuai dokter anjurkan. Sejak kejadian soda dua hari yang lalu, Kiara sangat menjaga makanannya. Camilannya pun hanya buah. Tak ada buah yang terlalu asam yang ia makan. Atau mengkosumsi makanan setengah matang. Tidak sama sekali.

Tapi malam ini, entah apa yang salah dengan dirinya. Pencernaannya tiba tiba terganggu.

Kiara lakukan pernafasan teratur. Exhale, Inhale.

"Kamu gak apa apa kok, sayang. Yang sakit itu perutnya Mommy. Bukan kamu"

Diusap usap perutnya. Kiara rebahkan tubuhnya di kasur, menghela nafas lelah. Syukurlah diarenya tidak semakin parah setelah dia minum air mineral hampir satu teko.

"Aaah"

Lagi dia rasakan perutnya sakit. Kali ini bukan karena ingin buang air. Tapi sakitnya ada pada perut bagian depan. Seperti kram.

Dia miringkan tubuhnya, menyamankan posisi. Tapi tetap saja, rasa sakit itu tidak berkurang.

Sementara itu, ponselnya terus berdering. Memang dia abaikan sejak tadi. Karena dia terlalu sibuk bulak balik ke toilet.

"Iya, Ka"

"Kamu udah tidur?"

"Oh, iya tadi aku udah tidur. Maaf ya" yang merupakan kebohongan belaka.

Kiara gak mau bikin suaminya khawatir. Mungkin jika ia lebih sabar sedikit, rasa sakit itu akan hilang.

"Aku bangunin kamu? Maaf ya, Baby. Aku khawatir sama kamu soalnya. Aku takut kamu kenapa kenapa. Tadi Fisca ngapain nemuin kamu?"

Selama Azka mengoceh peluhnya sudah deras bercucuran. Sakitnya semakin tidak tertahan. Kiara bahkan gigit bibirnya pelan. Semua dia lakukan agar tidak mengeluarkan suara yang mengkhawatirkan.

Sekian detik Azka menunggu. Tak ada jawaban dari pertanyaannya. "Ra, tadi Fisca ngapain?"

Yang terdengar bukan jawaban. Tapi rintihan kesakitan.

"Ra, kamu kenapa?"

Jelas Azka panik.

"Ra, jawab aku!"

"Az.. ka.. sa.. kit.."

Suara terbata bata itu membuat Azka khawatir. Tambah panik karena Kiara loloskan isak tangis bersama suara rintihan yang menjadi jadi.

Ya Tuhan, istrinya kenapa? Apa yang sudah terjadi?

Saat itu juga Azka putus panggilan teleponnya. Kini dua ponselnya aktif melakukan panggilan. Satu dia telpon Papah dan Kakaknya secara bergantian. Satunya dia telpon sekertarisnya.

"Pesan tiket ke Indonesia sekarang juga."

"Tapi pak besok ada.."

"Sekarang!!"

Oke. Zulfan tidak tahu apa yang terjadi. Tapi sepertinya ini darurat. Tidak mungkin Azka membentaknya jika hanya sekedar rindu ingin bertemu istri.

"Baik, Pak."

Karena tidak ada yang lebih penting dari Kiara. Pekerjaan bisa di tunda. Uang bisa di cari. Tapi Kiara, jika Azka kehilangan Kiara. Tidak akan ada yang bisa menjadi pengganti. Hidup Azka tidak akan sempurna tanpa Kiara. Maka, siapapun yang menyakiti istrinya itu, tidak akan Azka biarkan hidup tenang.

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang