36

693 25 2
                                    

Ayo Flashback lagi 😁

***

"Jadi, udah berapa kali?"

Wanita itu membulatkan matanya.

"Kamu gak usah kaget. Aku tahu kok." Senyum miring ditampakkan. Kemudian di suarakan, "Aku pernah gak sengaja lihat kalian."

Semakin membulat saja matanya. Sudah seperti mau keluar dari tempatnya.

"Masih mending sih aku yang lihat. Daripada Mamah yang lihat. Atau bahkan Papah yang lihat kalian lagi begitu. Gak kebayang deh marahnya kayak apa." Dia tertawa sebelum berkata, "Ya, walaupun aku tahu. Kalian lakuin itu buat batalin perjodohan ini kan?"

"Kak, aku .."

"Ssst.." Di tutup mulutnya dengan telunjuk. "Kamu gak perlu minta maaf, Fis. Aku gak masalah kok dapet bekasannya Azka."

Fisca yang duduk sisi ranjang semakin mengkerut kala wajahnya disentuh oleh jari jemari itu.

"Tapi sekarang.."

Fisca tersentak. Dagunya di cengkram erat.

"Kamu milik aku!"

Arka tidak pernah sekalipun berurusan dengan wanita. Sejak dulu yang dia lihat hanya Fisca. Dari gadis itu balita. Sampai gadis itu bau matahari pun sebenarnya hanya Fisca yang bisa membuatnya jatuh cinta.

Tapi kenapa cinta yang dulu ada untuknya kini berpindah ke lain hati. Ke hati seseorang yang dulu Fisca benci. Seseorang yang tidak pernah Fisca harapkan akan berdamai. Tapi malah merajai.

Ah, cinta itu sulit.

Azka
Nama yang Fisca lafalkan dalam hati. Nama yang terlintas dalam otaknya.

Wanita itu tidak tahu harus berbuat apa. Wanita itu hanya bisa berharap kekasihnya datang dan membawanya pergi dari pria yang kini ada dihadapnya.

"Kak.. aku mohon. Aku gak mau.." Fisca mengiba, tapi Arka tidak perduli.

Arka tahu ini salah. Dia sempat mengutuk Azka saat melihat adiknya ada di dalam wanita yang dipilihkan Papah untuknya. Tapi anehnya dia tidak bisa membenci Fisca. Justru malah semakin ingin milikinya.

Di luar sana, masih ramai orang. Musik masih mengalun. Tapi Arka bawa Fisca ke kamarnya di hari pertunangannya.

Baginya, pertunangan saja belum cukup. Mengikat Fisca dengan cincin saja belum tentu menjamin Fisca menjadi miliknya. Apalagi, Bramantyo bilang : tunggu Fisca lulus kuliah baru kalian menikah.

Jadi, sebelum Azka berhasil hamili Fisca. Lebih baik Arka lakukan hal serupa. Jahat ya.

"Cuma aku yang boleh milikin kamu, Fis. Aku gak ngerebut kamu dari Azka. Tapi Azka yang udah rebut kamu dari aku."

Jika bisa menangis. Fisca akan menangis sekuat tenaga. Tapi sayangnya, tangisan itu tidak bisa keluar dengan semestinya.

Lagipula orang orang di luar sana tidak akan percaya jika Arka menyakitinya. Ini acara pertunangan mereka. Kalaupun ketahuan apa yamg sedang mereka lakukan, orang orang mungkin akan memaklumi. Akan di anggap bahwa mereka tidak sabar menuju pelaminan.

Fisca hanya bisa salahkan diri sendiri. Dia sudah berjanji akan lakukan apapun untuk gagalkan perjodohan ini. Dia bahkan sudah katakan pada Azka bahwa pertunangan ini hanyalah sebuah formalitas. Fisca cintanya sama Azka. Tapi kenapa tubuhnya merespon pada sentuhan Arka?

Menyedihkan.

***

"Dek, kakak kamu sama Fisca kemana sih? Banyak tamu gini mereka malah ngilang"

*** BAMBINO PICCOLO *** S-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang