Di sini mereka sekarang. Tempat yang mungkin akan mampu membuat Nalla merasa berbeda dari biasanya. Tempat yang mungkin juga akan membuat dirinya melupakan sejenak masalah yang terjadi.
Dengan di temani oleh Alan, ia mulai merasakan sesuatu yang begitu nyaman.
Sungguh, hari ini berbagai masalah terus menyerang Nalla, namun ia baru sadar jika di sisinya selalu ada Alan yang selalu menemani dirinya.
Mungkin Nalla selalu kesal dan jutek jika Alan membuat suatu kesalahan atau memberi nasihat padanya.Tapi, itu mungkin adalah hal yang perlu ia perbaiki selama sisa hidupnya. Mungkin masalah yang selalu hadir adalah karma dari tuhan karena Nalla selalu bersikap seenaknya.
Ia beruntung memiliki Alan di sisinya. Orang selalu peduli tentang semua masalah yang ia hadapi.
"Lan, kenapa lo bawa gue ke sini?" pertanyaan Nalla membuat Alan terhenti dari aktivitasnya.
Sedari tadi mereka berdua sibuk memasang lampu tumbr disekitar tiang yang ada tepi pantai. Lampu itu memang sudah Alan bawa dari mobilnya.
"karena di sini seru."
Nalla berhenti mengikat tali. Matanya menatap sinis ke arah Alan. "Gue serius!"
"Terserah lo kalau gak mau dengar jawaban itu. Bagi gue di sini seru. Gue udah merasakan pengalaman punya masalah berat dan lari ke sini." ujar Alan dengan suara terdengar serius.
Nalla mengerutkan dahinya. Ia mulai penasaran. "Maksud lo?"
Alan diam. Lalu ia pergi ke tepi pantai dan duduk di atas bebatuan besar. Nalla mengikutinya dan juga ikut duduk di samping Alan.
"Cerita aja, gue juga udah ceritain masalah gue ke elo kan?" ucap Nalla menatap Alan.
Kemudian Alan melemparkan batu kecil ke arah laut. Lalu ia beralih menatap Nalla.
"Banyak Nal, lo juga gak akan bisa memahami intinya." kali ini pandangan Alan dingin.
Nalla mulai yakin bahwa Alan benar-benar sangat terpukul. "Percaya sama gue Lan, gue bisa memahami apa yang lo ceritain." ucap Nalla, lalu ia memegang pelan pundak Alan.
Alan beralih menatap laut.
"Lo tau? Semua anak berbakat dan berprestasi itu awalnya baik-baik aja?atau yang terburuk?" tanya Alan. Membuat Nalla semakin penasaran dengan cerita itu.
Nalla menggeleng. "Gue rasa semua anak kayak gitu dapat didikan lebih dari kedua orang tuanya."
Alan mengangguk. "Ya, lo benar. Semua anak akan dapat hal semacam itu."
Nalla semakin bingung.
"Tapi itu bukan gue Nal. Sejak awal masuk sekolah dasar, gue gak bisa konsentrasi belajar Nal, gue selalu dapet nilai di bawah KKM. Gue gak pernah dapet ranking,"
Alan kembali melempar batu ke laut.
"waktu itu, hampir setiap hari bokap sama nyokap gue gak pernah akur. Itu karena gue, mereka selalu berantem setiap gue buat masalah dan dapet nilai jelek di sekolah. Papa, dia orang yang paling keras yang pertama kali gue temuin, dia selalu nuntut gue untuk belajar, sampai dia rela ngehukum gue hanya gara-gara gak nunjukin nilai ulangan."
Nalla menyimak setiap kata-kata yang Alan sampaikan, hingga ia benar-benar tidak percaya bahwa Alan dulunya pernah terpuruk seperti itu.
"gue dulu nakal Nal, wajar karena gue masih murid sekolah dasar yang lagi giat-giatnya nemu temen baru, bahkan bokap gue juga pernah mukul nyokap hanya karena gue belum pulang dari rumah temen, sampai bokap gue datengin rumah temen gue dan memaki Ibu temen gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...