Malam harinya, Nalla terus saja memohon kepada Alan agar berpisah kamar. Namun Alan tidak menanggapinya, ia malah asik menonton berita di ruang tengah. Membuat Nalla menggeram seketika. Ia berdoa listrik malam ini padam, dan Alan berhenti menonton televisi.Nalla yang tadinya mengambil air minum di dapur, kini ia berjalan ke arah ruang tengah, tepat dimana Alan sedang menonton.
"Lo itu denger gak sih, gue minta pindah kamar, kasih gue kunci kamar lain." Rengek Nalla yang berdiri tepat di depan Alan, membuat cowok itu terhalang untuk menonton.
"Minggir."
"Gak mau, gue maunya minta kunci kamar bawah, malam ini gue gak mau tidur sama lo." Bantah Nalla sambil menatap tajam ke arah Alan.
Tiba-tiba ponsel Alan berbunyi, dengan cepat Alan mengambil ponsel dari saku kirinya.
Nama Mama terpampang jelas di layar ponsel, membuat Nalla yang melihat itu langsung diam, menunggu Alan mengangkat telepon itu.
"Halo, Ma." Sapa Alan lebih dulu.
"Malam ini Mama mau nginap di Apartemen kamu, soalnya kalian baru pertama kali tinggal disana..."
Nalla yang mendengar langsung melototkan matanya, sontak ia merebut ponsel yang Alan pegang.
"Halo, Bunda. Bunda malam ini beneran mau tidur di Apartemen ini?" Tanya Nalla antusias.
"Iya, kok kamu kayak panik gitu?"
Nalla menggigit bibirnya kuat, ia langsung menatap Alan dengan kesal. "Enggak kok, Bun. Yaudah kesini aja sekarang." Ucap Nalla pasrah.
"Oke, Bunda Otw." Detik berikutnya sambungan terputus.
Dengan cepat Alan merebut ponselnya. Lalu menatap Nalla dengan penuh selidik. Sementara Nalla tidak peduli dengan tatapan itu, ia lebih peduli dengan pikirannya sekarang. Bunda mau menginap malam ini? Disini? Dan Nalla? Bagaimana nasibnya malam ini.
Otak Nalla seperti ingin pecah, ia lalu berdiri dan berjalan menuju kamar, namun baru beberapa langkah ia berjalan, tangannya di tarik oleh Alan, sontak saja Nalla langsung berbalik.
"Kenapa sih?" Ucap Nalla sedikit membentak.
"Sejak kapan lo manggil Mama gue dengan sebutan Bunda?" Tanya Alan sambil menaikan sebelah alisnya.
Baru Nalla ingin menjawab, bel Apartemennya berbunyi.
________
"Bunda gak mau tau, Nalla malam ini harus sekamar sama Alan. Kalian kan udah sah." Ucap Misha dengan jelas.
Nalla mengecutkan bibirnya, dengan wajah yang tidak bisa di artikan. Lalu ia memandang Alan yang sedang asik mengetuk sesuatu di laptopnya tanpa peduli dengan keadaannya sekarang.
Apalagi Misha, ia tidak melihat sedikit pun wajah murung Nalla. Namun, Nalla berharap Misha bisa tahu hal ia inginkan.
"Bunda."
Misha yang asik memakan kuaci di hadapannya kini menatap ke arah Nalla. "Kenapa lagi, sayang?" Tanya Misha lembut.
Nalla menghembuskan napas. "Malam ini Nalla tidur sama Bunda ya, kan Ayah Ardi gak ikut." Baru saja Nalla mendapat ide bagus ini, tiba-tiba ia di buat kaget dengan datangnya seseorang.
"Siapa bilang Ayah gak ikut?" Sesosok Pria berjalan menuju sofa dan duduk tepat di samping Istrinya, Misha.
Misha tertawa. "Nalla, biasakan ya. Bunda mohon."
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...