Nalla terduduk dengan muka bantal. Di tambah pikiran yang masih terus memutar mengingat kejadian tadi malam. Di mana dirinya di libatkan lagi dengan Gibran. Lelaki yang sudah tidak waras menurutnya. Hampir saja Alan ingin menghajar cowok itu ketika terus memaksa minta nomor ponsel Nalla. Untung saja Nalla menolak sambil memasang wajah singa yang ia punya.
Drtt...drtt...
Ponselnya bergetar. Nalla segera mengambil dan membuka pesan yang masuk.
08xxx :
Save, Gibran tercakep seantero sekulaaa:))
Nalla menganga lebar. Matanya benar-benar menatap serius pada layar HP-nya. Ini tidak bisa di biarkan, siapapun yang sudah memberikan nomor ponselnya pada cowok sialan itu, awas saja. Nalla benar-benar kesal, mengapa Gibran seperti ini.
Tunggu dulu.
Atau jangan-jangan Gibran...
Ah sudahlah.
Nalla melemparkan ponselnya ke atas ranjang, lalu membenamkan kepalanya ke bawah bantal. Mencoba menghilangkan pikiran anehnya. Otaknya benar-benar sakit saat ini.
Drtt...drtt...
Ponselnya bergetar lagi.
Nalla kembali mengambilnya.
Ernon :
Tadi si Gibran pc gue, minta no lu.
Yaudah, gue kasih :D
Nalla menganga melihat isi pesan itu, semua orang membuatnya pusing hari ini. Entah mengapa orang-orang bisa terlibat di dalam pikiran Nalla. Jika itu bukan Ernon mungkin Nalla sudah menelpon orang tersebut dan mencaci makinya.
Drtt...drtt...
Lagi? Nalla benar-benar ingin bunuh diri.
08xxx :
Nalla, kita bisa berjumpa hari ini? Papa ingin menuntaskan semua masalah. Papa belum melepas rindu juga sama kamu, dan Papa janji gak akan bawa siapa-siapa. Kita berdua saja.
Nalla melemparkan ponselnya ke ranjang, lagi. Moodnya kembali menjadi buruk. Ralat, bertambah buruk. Bahkan sangat buruk!
***
Sudah hampir lima kali, Nalla terus bolak-balik di dalam kamar. Ia masih terus berpikir apa dirinya harus menelpon sang Papa atau tidak. Otak sama hati memang selalu berselisih. Apalagi dengan masalah rumit seperti ini.
Tanpa berpikir panjang, tangan Nalla mengetik sebuah nama Papa yang ada di ponselnya, lalu ia menekan tombol panggil.
"Hallo, Nalla... Akhirnya Ayah bisa..."
"kita ketemuan sekarang! Di kafe tadi malam dengan syarat jangan bawa anak itu! Kita selesaikan masalah yang belum tuntas."
Tut!
Kasar? Ya mau bagaimana lagi. Nalla benar-benar sakit hati ketika Mamanya menyebutkan bahwa mereka sudah bercerai, di tambah anak tiri dari Papanya yang merupakan sahabatnya sendiri.
Huh, dunia ini benar-benar begitu sempit.
Nalla langsung mengganti baju dan mengambil tas selempang putih miliknya. Tidak lupa dengan liptint dan bedak tipis di wajah.
Nalla terdiam sesaat, siapa yang akan mengantarkan dirinya ke sana?
Sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...