Selamat memaki, readers :)
_____________
Rava membantu Nalla berjalan menuju kursi panjang yang ada di koridor tak jauh dari kejadian tadi. Banyak pasang mata menatap ke arah Nalla. Pasalnya, cewek itu sekarang sangat berantakan. Bodo amat apa pendapat mereka, Nalla tidak peduli dengan hal itu, yang pasti ia sudah mengeluarkan emosinya pada wanita gila itu, walau belum pas melakukannya.
"Lo tadi liat semua kejadiannya?" Tanya Nalla sambil memperbaiki ikat rambutnya.
Rava yang melihat Nalla sedang kepayahan dengan rambutnya yang berantakan, kini cowok itu menarik ikat rambut dan membalikan tubuh Nalla agar memunggunginya.
Lalu Rava mengikatkannya asal, membuat Nalla menahan senyumnya. Cowok itu mengingat rambutnya cepol, Nalla suka ikatannya.
"Makasih." Ucap Nalla saat Rava selesai mengikatkan rambutnya.
"Lo ada hubungan apa sama Chelin dan Mamanya?" Tanya Rava yang kini malah bertanya balik.
Nalla terdiam beberapa saat, hingga akhirnya ia menarik napas pelan. "Bokap gue nikah sama wanita jalang itu." Ucap Nalla dengan suara pelan namun terdengar tajam.
Rava menahan kaget. "Tapi kalian sahabatan kan? Maksud gue, lo sama Chelin-"
"Gak, gak lagi." Ucap Nalla dengan suara tegas.
Rava hanya mengangguk mengerti.
"Nalla." Panggil seseorang yang kini mendekat ke arah Nalla dan Rava sekarang.
Nalla sontak menjauh dari Rava dan segera berdiri mendekat ke arah Dinda. "Dinda, lo-"
"Gue ke kelas duluan, Nal." Ucap Rava yang kini melewati Dinda dan Nalla.
Dinda merasa jantungnya tidak baik-baik saja saat Rava melewatinya. Sebegitu sukakah dirinya dengan Rava? Jika benar, sekarang Dinda sedang di situasi cemburu, antara Nalla dan Rava.
Ada apa dengan mereka?
Oke, Dinda menepis pikiran buruknya. Mungkin saja Nalla menemui Rava untuk meminta nomor HP dan memberikannya pada Dinda.
"Lo berhasil gak minta nomor HP Rava?" Tanya Dinda antusias.
Raut wajah Nalla berubah. Ia memaksakan senyumnya. "Iya, tadi gue sama Rav-va ngobrol tentang lo, ka-katanya bakalan dikasih ta-tapi gak sekarang." Ucap Nalla gagu sambil tercengir.
Wajah Dinda langsung memancarkan sorot bahagia, ia berbinar. "Serius? Demi apa?" Ucap Dinda sambil kegirangan menarik tangan Nalla.
Nalla ikut mengangguk antusias.
"Akhirnya, dia mulai luluh juga dengan gue." Ucap lagi Dinda sambil menarik Nalla menuju ke kelas. "Ayo kita masuk kelas, beb. Nanti gue teraktir deh kalian makan di kantin." Ujar lagi Dinda dengan semangat.
Lain halnya dengan Nalla, ia sangat merasa bersalah telah mengatakan hal semacam tadi.
"Eh, btw sih Chelin kemarin mau minta maaf sama lu, dia juga di bully satu kelas." Ucap Dinda mengganti topik.
"Bagus dong di bully, ogah juga gue mau maafin dia." Jawab Nalla sambil bergidik jijik.
__________
Bel istirahat berbunyi, Nalla dan ketiga temannya menuju kantin. Namun, saat di pertengahan jalan, tepatnya di koridor, Rava melewati ketiganya dan cowok itu hanya menatap Nalla sambil tersenyum. Dinda yang mengetahui hal itu langsung berpura-pura biasa saja. Seolah tidak terjadi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...