24

209K 22.1K 2.5K
                                    


vote dulu ya sebelum baca, biar aku semangat nulisnya❤️







_____




Nalla membanting pintu kamarnya dengan keras. Ia berlari ke ranjangnya dan membaringkan tubuhnya serta menenggelamkan wajahnya di bawah bantal.

Ia sedang sangat kesal dengan seseorang. Ya siapa lagi jika bukan si anak tuan rumah ini, ralat, calon suaminya nanti.

Jelas, Nalla benci. Belum juga menjadi suaminya saja, dirinya sudah di atur-atur oleh cowok itu.

"Nalla? Kenapa?" itu suara Misha, ia sedang berada di ambang pintu kamar Nalla, melihat perempuan berbaring di ranjang dan sedang terisak-isak dengan tangisannya, Misha pun mendekat.

Misha mengelus pundak serta rambut Nalla. "Ayo cerita, kenapa tadi pulang-pulang langsung banting pintu, dan sekarang kok nangis?" tanya Misha.

Nalla segera mengelap air matanya. Lalu ia membalikkan badan dan langsung memeluk tantenya dengan erat.

"Tante, masa Nalla baru pulang  Alan langsung marah-marah gak jelas, lagian kan____" Nalla mengatup mulutnya ketika melihat seseorang yang sedang berada di depan pintu kamarnya.

"Tuh tante! Marahin dia dong!" adu Nalla ketika mendapati Alan mendekat ke arahnya.

Misha membalikan badan, menatap malas ke arah Alan. "Alan, kamu ini dari dulu gak berubah ya, selalu kamu buat Nalla kayak gini. Udah ah, kamu bujuk si Nalla nih, gak ngerti jalan pikiran anak remaja kayak kalian." Misha berdiri, menatap Alan sambil memijit pelipisnya. Lalu berjalan keluar kamar meninggalkan keduanya.

"Ngapain lo ngadu-ngadu segala? Gak sekalian lo aduin ke bokap gue, biar besok pagi di nikahin sekalian?" ucapan Alan menohok batin Nalla, membuat Nalla menjadi tambah kesal.

Satu bantal yang sejak tadi Nalla peluk kini melayang ke arah Alan, alhasil dengan cepat Alan takis. Membuatnya menatap Nalla dengan dingin.

"Lo bisa keluar gak sekarang?" perintah Nalla, suaranya parau.

Alan masih menatapnya.

"Lo kenapa sih? Lo belum jadi suami aja udah ngeselin tau gak!"

Alan menatapnya semakin lama dan tatapan itu begitu dingin. "Jangan ulangi lagi,"

"Ha?" Nalla masih tidak mengerti.

"Lo keliatannya kalo di biarin makin ngelunjak ya. Gak sekalian aja lo pulang jam dua malam!" setelah mengatakan hal itu, Alan langsung meninggalkan kamar Nalla tanpa menutup pintu.

Nalla melemparkan bantalnya ke lantai dengan kesal. "Tuh orang makin posesif banget sih!"










***









"Gue mau kasih tau rahasia sama lo berdua."

Ernon menganga, menjatuhkan biskuit yang ia pegang sejak tadi. Sementara Dinda, mendekat ke arah Nalla, sangat dekat membuat Nalla melototkan matanya. "Lo! Bisa jauh dikit gak, engap gue nih." perintahnya tajam.

"Iya iya, soalnya gue suka nih yang berbaur rahasia-rahasiaan." ucap Dinda sambil terkekeh.

"Gue juga belum di kasih tau rahasianya udah kaget, sampe biskuit gue jatuh lagi, untuk bukan oreo supreme." kata Ernon sambil memungut biskuitnya lagi.

"Ew, Ernon. Lo jorok banget sih jadi manusia, buang gak!" perintah Dinda ingin memukul pundak Ernon, namun bukannya bergidik takut, Ernon malah semakin memainkan amarah Dinda.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang