31

223K 22.1K 7.4K
                                    


"Sepertinya memang pantas mengagumi dari pada memiliki."

-Anhar




________

"Nal, udah dong. Tolong jangan buat gue khawatir gini." Ucap Alisa sambil memeluk Nalla yang menangis tanpa suara. Alisa bisa merasakan punggung Nalla bergetar.

"Zurra, ini bukan lo kan? Gue tau lo itu cewek yang kuat, lo gak akan nangis kayak gini gara-gara semua orang batalin-"

"Gak!" Ucap Nalla serak sambil melepas pelukannya dari Alisa.

"Bukan itu."

Alisa mengerutkan keningnya. Ia kira Nalla menangis karena semua orang sudah melihat sifatnya dan membatalkan pernikahan. Namun, Alisa salah. Mengapa Nalla terlihat begitu sedih.

"Terus, lo nangis karena-"

"Papa! Gue bener-bener gak sanggup, Saa... Gue gak sanggup liat sahabat gue yang dulunya gue percaya, saking percayanya gue gak tau kalo dia nutupin kalo bokap barunya itu Papa kandung gue, dia malah-"

Alisa langsung memeluk Nalla kembali. Mencoba menenangkan Nalla yang tampak sangat terpukul. Cewek di pelukannya itu merasakan beban yang begitu berat, di tinggal orang tuanya selama beberapa tahun, di titipkan di rumah orang asing yang awalnya  tidak ia kenal, kehilangan kakak laki-laki yang paling ia sayangi, dan mendengar tentang perceraian kedua orang tuanya, dan sekarang ia di jodohkan?

Alisa ikut meneteskan air matanya. Ia sangat tidak tega melihat sahabatnya itu menderita.

"Nalla, lo kuat ya. Gue janji gak akan ninggalin lo, gue janji suka duka gue sama lo selalu, gue janji selalu ada di dekat lo kok, gue sayang sama lo." Ucap Alisa menambah eratan pelukannya bersama Nalla.

"Thanks banget Sa, mungkin kalo gak ada lo, gue udah bunuh diri, atau kabur dari rumah ini. " Mendengar ucapan Nalla, Alisa langsung melepaskan pelukannya.

"Lo jangan ngomong kayak gitu! Lo gak boleh lakuin hal yang buat dirinya lebih buruk, Nal!" Ujar Alisa dengan serius. Ia lalu mengambil tangan Nalla dan menggenggamnya kuat.

"Ingat, besok hari bahagia lo."

Mendengar itu, raut wajah Nalla berubah total, ia langsung melepaskan tangannya dari Alisa.
"Gak ada hari bahagia, gue gak mau nikah, Sa. Gue takut, apalagi mereka udah tau kalo sifat gue gak baik, kayaknya..."

Alisa menunggu jawaban Nalla. "Apa?"

"Gue harus batalin-"

"Batalin apa?"

Sontak Nalla dan Alisa langsung menatap ke ambang pintu, disana sudah ada Alan yang sedang berdiri menatap lurus tepat ke arah Nalla.

"Sejak kapan lo disitu?" Tanya Nalla mencoba bersikap biasa.

Alan berjalan mendekat.

Nalla semakin was-was, ia mundur selangkah, namun ia telat ketika tangannya berhasil di tarik paksa oleh Alan, dan Alan membawanya ke luar kamarnya.

"Lepasin! Lo mau bawa gue ke mana?" Nalla berusaha menarik tangannya agar tarikan Alan terlepas, namun usahanya gagal.

Sementara Alisa, ia hanya cengo menatap kepergian mereka.

Alan menarik paksa Nalla menuju kamarnya. Untung saja Nalla tidak teriak meminta tolong seperti adegan-adegan film penculikan, jika ia teriak, semua orang di rumah ini pasti akan panik dan segera mendatanginya. Nalla tidak akan berteriak seperti anak berusia 8 tahun.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang