~••~
Nalla, Dinda, dan Ernon berjalan menuju kelas mereka. Pagi ini mereka terlihat kompak dengan memakai cardigan hitam secara bersamaan. Awalnya Nalla merasa agak aneh dan terlihat alay untuk sekedar hanya pamer ke orang-oramg kalau mereka kompak, tapi sejak melihat sikap Chelin yang mulai berubah, Nalla mencoba memancingnya.
"Gue aja juga kaget waktu pertama liat dia keluar dari grup tiba-tiba, gue sempat mikir, hidupnya kenapa sih?" pertanyaan Ernon membuat kedua orang di sampingnya menghela napas.
"Gue juga bingung, kemarin dia sempat telpon gue, terus katanya, di antara kalian gue cuma benci satu..."
Mendengar ucapan Dinda, Ernon langsung menutup buku yang sedang ia baca. "Terus, apa katanya, lagi?"
"Terus, gue bilang, maksud lo apa Chel? Terus di matiin teleponnya." Nalla dan Ernon terlihat sedikit kesal karena mendapat jawaban yang tidak mereka inginkan.
Nalla berhenti melangkah, begitu pun dengan Ernob dan Dinda.
Kedua tangan Nalla, ia lipatkan di depan dada. Matanya sesekali menatap tajam ke depan. Di sana sudah berdiri seseorang yang Nalla benci kehadirannya, Gibran.
Jarak menuju kelasnya tinggal beberapa langkah lagi, namun ia terpaksa berhenti ketika cowok itu menyodorkan tangannya tepat di hadapan Nalla.
"Minta duit, lima ribu doang untuk makan nanti." suara Gibran terlihat santai bak tak ada masalah di antara keduanya.
Nalla, Dinda dan Ernon ternganga.
"Eh. tukang palak, lo bener-bener gak tau malu setelah apa yang lo lakuin sama___"
"Gak ada urusannya sama lo." potong Gibran, membuat Dinda ingin sekali memberi bogeman pada cowok di depannya ini.
"Dan gue juga gak ada urusan sama lo." ucap Nalla lantang.
Gibran berdecak.
"Dan lo masih punya muka natap gue?" tambah Nalla.
Gibran memaksakan senyumnya. "Gue minta maaf." ucapannya membuat ketiga orang di hadapannya menahan tawa.
"Lo___"
"Iya, gue serius."
Kali ini Nalla dapat melihat di matanya yang sungguh-sungguh menatap Nalla. Sejak sekolah dasar, Gibran tidak pernah seperti ini padanya. Jangankan minta maaf, menegur juga jarang.
Tapi, pikiran tadi ia buang jauh-jauh. Ia hapal bagaimana sifat Gibran. Sifat yang selalu kejam dan ingin menang sendiri membuat Nalla mendadak kesal kembali.
"Minggir, gue mau ke kelas."
Nalla menyenggol bahu Gibran untuk memasuki kelas. Di susul oleh kedua temannya yang juga ikut menyenggol bahu Gibran.
***
Oke, Nalla mulai mengabaikan sifat aneh Gibran tadi. Kini ia beralih menatap Chelin yang baru saja masuk ke kelas. Terlihat ia mengenakan tas baru dan sepatu baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...