Sebutin dong nama/inisial orang yang kalian cintai saat ini dan berharap dia jadi jodoh kalian😇
_______________
Alisa dan Ernon langsung kembali ke sudut kantin, mencoba mencari Gibran yang tadi satu meja bersama mereka.
"Tuh anak bukan bantuin malah ilang, aduh." Ucap Alisa kesal.
"Napa, gue disini."
Sontak Alisa dan Ernon membalikan tubuh mereka, menatap Gibran yang duduk di sebrang meja mereka dengan santai sambil mengemil makanan ringan di tangannya.
Alisa dan Ernon mendekat ke arah Gibran dengan wajah menggeram.
"Maksud lo apa gak bantuin si Dinda tadi? Padahal lo yang udah ngasih tau kebenaran, gue kira lo berubah Gib, ternyata sama aja ya!" Ucap Alisa sambil melipat kedua tangannya menyoroti Gibran dengan tatapan tajam.
"Ni cowok emang gak bisa berubah!" Tambah Ernon.
Gibran mendengus. "Lagian nih ya, gue itung-itung nolongin kalian, si Dinda barusan gue tolong." Ucap Gibran sambil tersenyum miring.
"Lo bicara apaan sih? Sumpah ya, selemot-lemotnya Dinda, gue lebih lemot dengerin lo bicara." Timpal Ernon.
Gibran mendengus kembali. "Gini ya, siapa tadi yang udah nolongin Dinda?" Tanya Gibran menatap satu persatu orang di hadapannya.
"Rava." Ucap Alisa dan Ernon kompak.
"Nah, Rava nolongin Dinda kenapa?" Tanya lagi Gibran membuat otak Alisa dan Ernon kembali berputar-putar. Gibran ini kenapa?
"Gak tau!" Cetus Alisa.
Gibran berdiri, mendekat ke arah Alisa dan Ernon, "Ikut gue, yok lihat Dinda sekarang." Ucap Gibran sambil berjalan meninggalkan Alisa dan Ernon yang saling pandang bingung.
Dengan cepat Alisa dan Ernon mengerjar Gibran yang entah menuju kemana.
"Eh, maksud lo apasih? Gue gak paham." Ucap Alisa.
Gibran berhenti melangkah, membalikan tubuhnya menatap dua orang di belakangnya. "Gue yang nyuruh Rava buat nolongin Dinda, gue bilang ke dia kalo Dinda suka banget sama dia." Mendengar itu Ernon dan Alisa menahan kaget.
"Santai girls, gue lakuin itu demi kebaikan Dinda, lo berdua mau kan liat temen lo bahagia?" Tanya Gibran sambil menaikan sebelah alisnya.
"Ja-jadi lo yang udah nyuruh Rava?" Tanya Alisa.
Gibran mengangguk, "yaudah, ayo liat mereka, kayaknya mereka di UKS." Ujar Gibran sambil meneruskan langkah kakinya.
____________
Sedari tadi Dinda mencoba menormalkan detak jantungnya. Matanya terus saja ia alihkan agar tak menatap Rava secara terang-terangan. Ia juga mencoba bersikap biasa saja, seolah Rava adalah orang asing.
Ya, Dinda melakukan itu untuk menjadi cewek yang tidak terlihat bodoh saat di depan orang yang ia sukai namun tidak peduli dengannya.
Saat ini Rava sedang menatapnya lurus, sambil melipat kedua tangan di depan dada. Walaupun jantung Dinda sedang berdetak hebat, Dinda mencoba berwajah cuek.
Dinda sedang duduk dia atas kursi tepatnya di dalam Ruangan UKS. Rava, cowok misterius itu menariknya kesini.
"Buka sepatu lo." Ucap Rava dingin.
Dinda mengatup mulutnya rapat-rapat, kakinya menggigil seketika. "Ke-kenapa gue harus buka sepat-tu?" Cetus Dinda plus gagu.
Rava mendengus kesal, lalu ia berjongkok. Menarik kaki Dinda pelan, lalu membuka sepatu kanan Dinda. Membuat cewek itu menjadi kaku seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...