Mau tanya, selain Alan & Nalla, kalian ngeship siapa?
_______
Kalo nemu typo, kasih tau yaa☺️
Selamat membaca;)
______________
Untung saja Gibran berhasil membuat Alan meredakan emosinya. Mereka berhasil masuk ke dalam Apartemen Alan dan kini duduk di sofa sambil menatap bingung satu persatu. Pasalnya, Alan kini masih berdiri di hadapan mereka dengan kedua tangan di lipat di depan dada dan pandangan menyorot tak suka.
"Lan, men-mending lo..." Alisa mencoba untuk tidak melihat Alan, apalagi dada bidang itu. Oh, tuhan. Sangat susah mengelaknya. Alisa mengakui hal itu. "Pakai baju dulu sana." Ucap Alisa dengan setengah meringis.
Alan tak menanggapi ucapan Alisa, kini ia beralih menatap Gibran dengan sebelah alis terangkat. "Lo..." Panggil Alan kepada Gibran, membuat Gibran langsung menatap ke arah Alan, menunggu cowok itu menyelesaikan ucapannya. "Udah dari awal gue tekanin sama lo, jangan pernah jumpai Nalla lagi, lo tuli atau gimana!" Tanya Alan dengan emosi.
Gibran mengulumkan senyumnya. "Gue-"
"Udahlah alan, lagian dia kesini cuma mau nemenin gue doang ambil koper." Relai Dinda sambil takut-takut menatap Alan, "yakan, Gibran sayang." Ucap lagi Dinda beralih menatap Gibran.
Mendengar itu sontak Alisa dan Ernon menatap jijik ke arah Dinda, ingin sekali mereka mengarungi cewek itu sekarang.
Gibran mengangguk. "Cepet, ambil kopernya sayang." Ujar Gibran sambil tersenyum smirk ke arah Dinda.
Bukan malah senang Gibran menjawab seperti itu, Dinda kini menjadi kesal. "Najong banget sih lo!" Ucap Dinda sambil mencebikan bibirnya. Lalu Dinda berdiri, dan kini berani menatap Alan terang-terangan. "Mana kunci kamar tamu?" Pinta Dinda sambil mengadahkan tangannya ke hadapan Alan.
"Bisa sopan sama gue?"
Dinda langsung meringis. "Eh, iya kak Alan, maaf. Dinda yang cantik ini boleh gak minjem kunci kamar tamunya bentar, soalnya-"
"Bacot lo, masuk aja sono. Gak gue kunci!" Cetus Alan kesal.
Alisa, Ernon dan Gibran menahan tawa mereka.
Sementara Dinda, cewek itu mengepalkan tangannya. Mengapa Alan jadi sensian seperti ini? Dinda jadi curiga. Alan dan Nalla pasti ada masalah. Bodo amat, Dinda kini berjalan dengan kesal ke arah kamar tamu untuk mengambil kopernya.
Sementara Alan kini kembali menatap tiga orang di hadapannya. "Ada perlu apa kalian kesini? To the point !" Ujar Alan.
"Kita mau minta maaf sama Nalla, kemarin sempet ada selisih paham. Jadi, kita perlu lurusin masalah ini. Nalla ada kan di atas?" Tanya Alisa.
Alan menggeleng. "Nalla ada di rumah gue." Jawab Alan datar, lalu ia beralih menatap ke belakang, Dinda keluar dari kamar tamu itu sambil membawa koper dengan menggeretnya.
Alisa menyipitkan matanya. "Loh, kenapa Nalla di-"
"Lo semua keluar dari apartemen gue!" Ucap Alan menggema.
"Loh, kok mas ganteng ngusir-ngusir kita? Kan kita belum jumpa Nalla." Oceh Dinda yang kini bergabung duduk dengan ketiga temannya.
"Lo bawel banget sih jadi cewek!" Ujar Alan geram. Lalu ia melihat jam yang tergantung di dinding. "Pulang gue bilang!" Ucap Alan lagi sambil menatap tak suka ke empat orang di hadapannya.
Gibran berdiri. "Oke, kita pulang." Ucap Gibran mengalah.
Lalu Gibran memberi kode kepada tiga cewek tersebut untuk segera meninggalkan tempat ini dengan cara mengedipkan sebelah matanya. Sontak Alisa, Ernon dan Dinda pun langsung segera berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...