23

219K 23.7K 2.2K
                                    






Sejak tadi, Misha terus saja bercerita tentang pernikahan dirinya dengan Ardi sewaktu dirinya berumur 22 tahun.

Misha bangga dengan umur segitu ia bisa cepat mendapatkan jodoh. Tidak lupa Misha menceritakan bagaimana ia mengandung Alan hingga membesarkannya dengan susah payah.

Ayolah, Nalla mulai jengah.

"Nah, akhirnya sampai juga." ucap Misha dan segera mengambil tasnya di samping lalu menarik tangan Nalla keluar dari mobil.

Nalla di bawa ke tempat di mana banyak sekali gaun serta perhiasan yang membuat wanita mana saja betah di tempat ini, tidak dengan Nalla. Camkan itu.

Nalla langsung duduk di sebuah kursi sofa mewah di sana. Sementara Misha pergi ke dalam untuk mencari seseorang.

Nikah? Ya kali gue nikah di umur 17 tahun, apa kata orang-orang, ntar. Dikira gue bunting lagi.

Nalla berdiri malas ketika suara Misha melengking menyebut namanya. Dengan langkah terseret-seret, Nalla pergi menuju Misha yang saat ini sedang memegang gaun berwarna putih.

"Ayo, coba dulu yang ini." perintah Misha sambil memberikan gaun itu kepada Nalla.

"Mau saya bantu mbak?" tanya seorang asisten yang berpakaian merah mencolok.

Nalla tersenyum manis. "Saya bisa sendiri kok." oke, Nalla fake smile.

Nalla berjalan menuju ruang ganti. Lalu mulai melepaskan pakaiannya dan memasang gaun tersebut.

Jarum jam terus bergerak.

Sudah hampir setengah jam Nalla berada di ruang ganti ini, namun nihil. Ia sangat kepayahan memasang gaun ini, bahkan kancing belakang punggungnya, oh astaga!

Nalla mulai panik!

Seolah ucapan sisiten tadi terbayang di benaknya. Kemudian, Nalla mengintip ke arah luar, dan...

Shit!

Asisten dan tante Misha sudah tidak ada di sana, tapi siapa yang sedang duduk di sofa itu?

Astaga! Itu Alan.

Nalla terduduk di dalam ruang sempit itu, otaknya terus berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini, fake smile nya kepada asisten tadi benar-benar mengutuk dirinya.
Bodohnya Nalla menolak mentah-mentah bantuan wanita berbaju merah mencolok itu.

Gak mungkin banget gue minta bantuan, Alan!

Tapi, Cuma ada dua cara. Lepas gaun bodoh ini, atau meminta Alan untuk memasangkan reslet___

"Lama banget sih lo!" Alan menggerutu di luar sana, membuat Nalla kembali panik.

"Gue hitung sampe tiga, kalo lo gak keluar, gue bakalan pulang!"

Lagi-lagi Alan mengancam dirinya.

"Satu..."

Nalla berdiri, ia melihat pantulan wajahnya di cermin, sungguh tidak buruk.

"Dua..."

Tangan Nalla kembali menaikan resleting di punggungnya, namun tetap saja, benda kecil itu tidak mengikuti kata hatinya.

"Tig___"

"ALAN, TOLONG GUE."  Nalla tiba-tiba mengeluarkan kepalanya di balik tirai sedikit, menatap Alan dengan penuh kesedihan.

Oh sungguh, wajah Nalla sekarang membuat Alan ingin melemparkan benda apa yang terlihat olehnya.

"Lo ngapain lama banget di dalam sana? Lo abis tidur?"

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang