VOTE ITU GRATIS.
...
Happy Reading❤️
nemu typo? Tandain yaa.____________
Sudah 10 menit yang lalu, Dokter dan beberapa perawat kembali ke rumah sakit. Hanya tinggal Alan yang menetap di Rumah Leona. Ini semua karena Wira. Pria itu memohon pada Alan untuk menunggu agar Leona kembali tenang.
Ya, cewek itu sedari tadi terus memegang tangan Alan tanpa melepasnya. Ia terus saja bercerita panjang lebar tentang asal mula ia menyukai Alan.
Alan hanya menjadi pendengar sejak tadi.
"Alan, kamu kok diam aja sih. Kan aku nanya loh dari tadi!" Ucap Leona kesal.
"Lo gak ada nanya apapun." Jawab Alan setengah membentak.
Wajah Leona memerah, ingin marah.
Wira keluar dari kamarnya, ia berjalan mendekati Alan dan Leona yang tengah duduk di ruang tengah. "Alan..." Panggil Wira, lalu Alan beralih menatap Pria itu.
Wira mengekpresikan wajahnya seperti memerintahkan Alan untuk tidak kesal atau memarahi Leona.
"Tolong ya, Alan." Ucap lagi Wira.
Alan mengangguk pelan. Sejak di sekolah tadi, ketika ia terus melihat Leona yang mengamuk tak jelas bahkan sampai berhalusinasi tentang dirinya, ia merasa kasihan pada Leona. Rasa empatinya timbul. Seketika dirinya peduli pada perempuan itu.
Wira mengambil sepiring bubur di atas meja. Lalu mengarahkan kemulut Leona.
Prang!
Alan dan Wira terkejut, Leona dengan mudahnya mengempaskan piring yang ada pada tangan Wira hingga jatuh ke lantai dan pecah berserakan.
"Aku gak mau makan, aku mau cerita sama Alan, Papa sana deh jangan ganggu!" Ucap Leona sambil terus memegang lengan Alan.
"LEONA, KAMU__"
"Om, udah. Biar Alan aja." Ucap Alan sambil mengambil kembali sisa bubur yang ada dalam plastik dan menuangkan ke piring kosong yang tersedia di atas meja.
"Alan, tolong ya suruh dia makan. Dan ini..." Wira mengeluarkan beberapa obat dari dalam plastik kecil, lalu meletakannya di atas meja tepat di hadapan Alan. "Ini obat, suruh anak ini minum. Jika tidak, mentalnya tetap saja seperti ini." Ucap Wira.
"Gak, aku gak mau. Pahit itu!" Tolak Leona sambil terus merapatkan tubuhnya pada Alan.
Alan mendadak risih.
"Alan, tolong ya jagain dia sebentar. Ada hal penting yang harus saya urus." Ucap Wira yang kini berdiri sambil mengeluarkan kunci mobilnya.
Alan mendadak bingung. "Tapi Om, saya harus__"
"Sebentar saja, Alan. Saya harus ke kantor. Ini mendesak. Ya, Alan. Tolong..." Ucap lagi Wira.
Akhirnya Alan mengangguk, "Iya, Om."
_____________
Nalla baru saja mendapatkan telepon dari sang Mama. Bahwa Mamanya sudah sehat dan sudah beraktivitas seperti biasa. Nalla sangat senang, seketika moodnya kembali membaik setelah dibuat hancur oleh Alan tadi.
Namun, hal yang membuat Nalla terus kepikiran hingga sekarang adalah Lia mengatakan belum bisa menerima Bryan kembali padanya.
Nalla tahu, sang Mama pasti merasa trauma dan takut akan terulang kembali. Nalla juga berpikir bahwa ia takut. Takut akan hal seperti itu menimpah dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Fiksi Remaja"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...