"never touch my girl". -Alan
__________
"Yah, gak seru dong Nalla gak dateng." Ujar Dinda sambil mendengus kesal.
Ernon mengangguk. "Iya, emangnya tadi malem siapa yang udah gangguin dia sih? Gue kepo." Tanya Ernon.
Alisa menghela napas, lalu ia duduk di hadapan Dinda dan Ernon yang tengah menunggu jawaban darinya, untung saja masih pukul setengah tujuh pagi, tentunya hanya beberapa siswa saja yang baru hadir di kelas, jadi mereka bisa berbicara panjang lebar. "Gue juga, tapi gue curiga sama satu orang di kelas ini." Jawab Alisa seraya mengangkat sebelah alisnya.
Ernon menyipitkan matanya, lalu ia beralih menatap Chelin yang tengah duduk sendirian di sudut kelas, tampaknya cewek itu sedang bermain dengan ponselnya.
Dinda yang tahu arah pandang Ernon langsung berdiri, dan berjalan mendekati Chelin. Melihat itu, Alisa menepuk jidatnya, sepertinya Ernon dan Dinda salah sangka.
"Heh, gue mau nanya sama lo." Ucap Dinda kepada Chelin. Tentu saja cewek itu menjeda video yang sedang ia tonton, dan beralih menatap Dinda dengan malas.
"Apa?"
"Lo tadi malem kenapa udah buat Nalla nangis? Lo apain dia?" Tanya Dinda lantang, membuat beberapa teman kelasnya beralih menatap ke arah Dinda.
Chelin berdecak. "Udah ya, gue gak ada waktu ngobrol sama orang gak penting kayak lo." Ujar Chelin dengan penekanan.
Dinda tersenyum sinis.
"Semenjak lo putusin pertemanan kita, lo makin berani ya sama gue, waktu kita temenan, lo kayaknya sok lembut banget, sok polos, sok-"
"Dinda."
Dinda memberhentikan omelannya, ia menatap Alisa dengan kesal. "Kenapa sih, Sa? Gue belum selesai bicara sama-"
Dengan cepat Alisa menarik tangan Dinda menuju keluar kelas, di ikuti oleh Ernon.
Sesampai di lorong koridor, Dinda melepaskan pegangan Alisa yang kuat. "Lo ngapain sih, Sa. Gue belum selesai ngebentak dia."
Alisa menghela napas, "lo udah punya bukti belum kalo dia gangguin Nalla? Enggak kan? Please, Gue gak mau liat pertengkaran lagi."
Dinda melipatkan kedua tangannya, "yaudah. Jadi lo itu curiga sama siapa kalo bukan Chelin?" Tanya Dinda.
"Gibran deh kayaknya, soalnya dia belum dateng sekarang."
Dinda mengepalkan tangannya. "Gue tau dia ada di mana." Ucap Dinda yang langsung meninggalkan Ernon dan Alisa yang beberapa kali saling menatap.
"Ayo samperin Dinda, jangan sampe dia buat masalah sama tuh cowok." Ucap Ernon cepat.
Mereka berdua langsung bergegas mengejar Dinda yang sudah jauh melangkah.
____________
"Gue kaget pas denger lo suka sama Nalla, kok bisa? Kalian kan musuh abadi." Ucap Beni membuka percakapan lebih dulu.
Kini mereka berada di kantin dan tengah menyantap bakso panas yang baru saja di sajikan oleh mbak kantin.
Bukan menjawab pertanyaan Beni, Gibran malah asik senyum-senyum sendiri. Membuat Dion dan Beni menahan tawanya.
"Tuh kan, lo emang udah di butakan sama Nalla." Ucap Dion terkekeh.
"Gue suka sama dia, ya kalian tau sendiri lah. Dari jaman SD gue jailin dia, sampe dia nangis gue tetap ingin jailin dia. Ya gatau kenapa, seru aja gitu. Dari SD benih-benih cinta gue udah numbuh tuh, sayangnya dia sok jual mahal. Itu yang membuat gue benci sama dia. Bilang aja dia gak suka sama gue, pake acara bilang 'Gib, lo itu selalu ganggu gue, bla, bla, bla, bilang aja gak suka sama gue napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Fiksi Remaja"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...