"don't ever touch my prince!"
-Nalla
__________
Dengan gerakan cepat, Alan menarik tubuh Nalla mendekat dan langsung mencium bibir Nalla, tidak ada jarak di antara mereka sekarang. Tampaknya bibir mungil itu akan menjadi candu bagi Alan.
Nalla mendadak kaku. Seluruh tubuhnya menegang. Ciuman itu semakin dalam saat tangan kiri Alan memegang kepala belakang Nalla. Nalla benar-benar tidak dapat bergerak saat ini.
Tiba-tiba bahu polos Nalla mendadak merinding, tangan Alan berada di sana. Ayolah, Nalla mulai terpengaruh. Alan tiba-tiba melepaskan ciumannya. detik berikutnya Nalla memejamkan mata ketika Alan menciumnya lagi. Namun Kali ini berbeda, Alan mencium tepat di lehernya, membuat Nalla merinding seketika. Bahkan Nalla menggenggam kuat kedua tangannya.
Tampaknya Nalla mulai terhanyut oleh suasana.
Gawat!
Nalla berada di situasi darurat. Lihatlah sekarang, tangan nakal Nalla berjalan ke arah baju yang Alan kenakan, baju seragam sekolah yang masih melekat di tubuh Alan.
Tangan Nalla berjalan ke arah kerah Alan. Menarik dasinya perlahan dan membuka kancing satu persatu.
Sementara Alan, cowok itu masih mengeratkan pelukannya dan masih setia pada leher Nalla.
Baru tiga kancing teratas baju Alan yang terbuka, tangan Nalla langsung di pegang oleh Alan. Serta Alan yang berhenti menciumnya. Di pandangnya Nalla dengan lekat. "Jangan sekarang, belum saatnya." Ucap Alan dengan suara seraknya.
Jantung Nalla berdetak kuat, ia langsung cepat-cepat mengalihkan tatapannya dari Alan. Tangannya langsung ia tarik kembali dan segera berdiri.
"Ma-maaf, gue gak ber-bermaksud k-kok." Ucap Nalla gelagapan. Ia lalu mengambil ponselnya dan langsung pergi keluar kamar.
Sementara Alan, cowok itu terdiam beberapa saat. Ini adalah salahnya. Mudah sekali dirinya terpancing oleh tubuh Nalla.
Alan berdiri, lalu melihat ke arah kerah bajunya yang sudah terbuka. Jika Nalla melanjutkan aksinya tadi, mungkin Nalla akan menyesalinya seumur hidup. Namun, Alan beruntung bisa mengendalikan dirinya.
____________
Nalla memilih duduk di ruang tengah, lalu menyalakan televisi. Memencet angka yang ada pada remot dengan asal. Lalu channel di televisi itu berhenti di film kartun. Nalla mengeraskan volumenya dan melemparkan remot dengan asal ke sofa lainnya.
Ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk yang ada pada aplikasi Linenya.
Dinda : Gue sama dua curut di depan pintu, bukain.
Nalla mendengus kesal. Baru saja ingin mengembalikan mood baiknya, tiga orang itu datang di waktu yang tidak tepat. Nalla melihat ke dinding, tepat ke arah jam yang menunjukan pukul 17.45 WIB.
"Ngapain sih, mau malem datang tuh anak." Dengan malas Nalla berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Benar saja, tiga orang itu tercengir sambil menerobos masuk ke dalam Apartemen. Nalla hanya mendengus lagi.
Alisa, Dinda dan Ernon duduk di Sofa, mereka meletakkan buah-buahan ke atas meja. Tentu saja hal itu membuat Nalla menyipitkan matanya. "Apa ni?" Tanya Nalla.
"Itu untuk lo, katanya lo sakit. Yaudah kita bawain ini." Ujar Dinda dan di angguki oleh Ernon dan Alisa.
Nalla tertawa singkat. "Yakali gue sakit, gak lah. Eh, tapi makasih banyak loh, kalian udah ngasih ini ke gue." Ucap Nalla sambil mengambil sebuah apel dan mengigitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...