18

220K 23.2K 4.7K
                                    


___________



"Alan, lo tau kan kita udah dari kelas sepuluh selalu sama-sama."

"Terus?"

"Gue selalu juara Lan,"

"Gue juga."

"Lan,"

"Apa?"

"Nyebelin banget sih, Alan!"

"..."

"Jawab dong, Alan."

"Gue mau ke ruang OSIS, ada rapat penting."

"Tapi ini lebih penting, Alan. Ini tentang perasaan kita."

Nalla menahan tawanya, ingin sekali ia tertawa sekencang mungkin, namun kini ia mencoba bersembunyi di balik tumpukan meja yang sudah tak terpakai, mengintip dan menguping Leona yang sedang memohon kepada Alan agar membalas perasaannya.

Hahaha.

Lucu sekali.

Seorang cewek yang cukup pintar dan berbakat dalam hal akademik, kini berlutut di hadapan Alan demi cinta.

Sangat tidak patut untuk dicontoh.

"Kalau gue gak bisa balas gimana?"

"Alan, please. Gue nolak Papa gue untuk pindahin gue ke luar negeri, demi, lo."

"Bukan urusan gue."

"Alan! Lo harus terima ya..."

"Kok ngatur?"

Kali ini Nalla mengacungkan jempol kepada Alan, ia sangat suka melihat gaya bicara Alan yang pastinya itu menyakitkan bila Leona mendengar. Lihatlah! Wajah Leona seperti itik yang baru saja tercebur got!

Baru saja Alan ingin meninggalkan Leona, tangannya tiba-tiba di cekal. "Alan, please..."

Nalla, saatnya lo keluar.

Nalla berjalan menuju mereka berdua, Leona sempat melototkan matanya melihat Nalla berjalan mendekati dirinya dan Alan.

Sambil melipatkan kedua tangan di depan dada, wajah Nalla terlihat penuh kemenangan. "Leona, Gue kasihan banget ya sama lo."

"HEH, CEWEK SINTING! LO NGAPAIN DI SINI, LO JANGAN GANGGUIN GUE SAMA ALAN YA, JANGAN JADI PELAKOR DEH LO!"

Nalla menahan tawa mendengar ucapan dari Leona. sementara Alan, ia memilih diam.

"Pelakor?" tanya Nalla menatap Leona sambil menaikan sebelah alisnya. "Yang ada lo yang pelakor." ujarnya sambil mendorong pundak Leona kasar.

Leona tertawa. "Bukannya lo cuma numpang ya di rumah Alan? Aduh, kasian banget ya. Udah numpang! Nyusahin!"

Tanpa aba-aba Nalla langsung mengangkat tangannya berniat ingin memukul Leona, namun Alan langsung menahannya.

"Denger ya, cabe! Gue udah tunangan sama Alan! Jadi lo jangan keganjenan deh sama Alan!"

Sontak mata Leona terbelalak mendengar penuturan dari Nalla. Ia menatap Alan tak percaya. "Alan, dia bohongkan?"

"Nalla benar, dia udah tunangan sama gue. Makanya dia tinggal di rumah gue. Jadi lo jangan ganggu gue lagi."

Leona memundurkan langkahnya perlahan, mencoba menahan airmatanya agar tidak jatuh.






***



Sudah sejak tadi, Nalla duduk di sebuah kursi kayu di depan ruang OSIS, namun Alan belum juga keluar dari ruangan itu. Sekolah sudah terlihat sepi, membuat Nalla menjadi jengah dan suntuk.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang