Nalla terbangun dari tidurnya ketika mendengar benda pipih yang berada di atas nakas terus mengalunkan musik favoritnya, membuatnya terusik dan segera meraih benda itu.
Nomor yang tidak ia kenali terus menghubunginya, membuat ia mengerutkan dahinya. Baru saja ia ingin mengangkat, namun nomor itu langsung berhenti menelpon.
Hal itu tentu membuat Nalla menjadi penasaran. Ia lalu bangun dari tidurnya dan melihat ke arah dinding. Menggantung sebuah jam berwarna pink, membuat Nalla menahan kagetnya.
"Udah jam tujuh? Dan gue masih pakai baju sekolah?" Nalla melihat ke arah tubuhnya yang masih mengenakan baju putih abu-abu, kemudian ia menepuk jidatnya.
Nalla kembali menatap ponselnya. Lima panggilan tak terjawab dan sebuah pesan WhatsApp yang membuat Nalla segera mengecek pesan tersebut.
+628*** : hai Azzura.
Beberapa detik kemudian ia terdiam dan langsung cepat-cepat keluar dari Aplikasi tersebut dan mematikan ponselnya.
Gak, gak mungkin.
Nalla menjauhkan ponselnya, menggigit bibirnya dengan kuat, mencoba untuk melupakan sesuatu yang masih membekas di dalam hatinya.
Setelah cukup lama ia diam. Ia memilih turun dari ranjang dan mengambil handuknya.
Nalla segera berjalan ke kamar mandi yang ada dikamarnya. Walaupun jaraknya sangat dekat, tetap saja ia merasa sedikit mager.
"Non Nalla."
Baru saja Nalla membuka pintu kamar mandi, seseorang memanggilnya dari depan pintu kamar. Membuat Nalla menghela napas dan berjalan membuka pintu kamarnya.
"Kenapa, Bi?" tanyanya dengan suara khas habis bangun tidur.
"Pak Ardi dan Ibu Misha suruh non turun, untuk makan malam non." ucap Bi Wina, pembantu rumah tangga yang hampir berumur empat puluhan, ia juga sudah lama berada dirumah ini.
"Yaudah, Bi. Nalla turun bentar lagi."
Oke, kali ini Nalla gagal mandi sore untuk yang kedua kalinya.
***
Baru saja Nalla menuruni dua anak tangga, terlihat Alan yang baru saja menaiki tangga dan mulai berpapasan dengannya, membuat Nalla kini menatapnya dengan kesal, mengingat kejadian disekolah tadi yang cukup menguras emosi.
Beda halnya dengan Alan yang justru menganggap Nalla tidak terlihat. Ia berjalan menuju kamarnya tanpa sepatah katapun, apalagi enggan melirik cewek itu.
Nalla menjadi kesal sendiri.
Dia yang salah, kenapa gue yang kesel banget sih! batin Nalla sambil menghentakkan kakinya beberapa kali, menahan kesal.
Melihat cowok itu sudah hilang di balik pintu kamar, Nalla mendengus kesal, sangat kesal.
Ia pun kembali menuruni anak tangga satu persatu sambil terus mendumel di dalam hati.
Sesampainya Nalla diruang makan, ia langsung disuguhi senyuman dari dua orang di hadapannya. Ardi dan Misha.
"Kok belum ganti baju?" tanya Misha sembari menarik sebuah kursi yang ada disampingnya,
Membuat Nalla segera duduk disana."Nalla ketiduran, Tante." jawabnya dengan wajah masih memelas.
"Jadi belum mandi? Aduh, anak cewek kok belum mandi sih?" ucap Ardi kali ini, membuat Misha terkekeh sambil menatap Nalla.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN
Teen Fiction"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca ya🙆// #1 School (23/sept/2020) #1 Diary (23/sept/2020) #1 Ketua Osis (27/okto/2020) #1 Satu Atap (27/okto/2020) #1 fiksi penggemar (6/november...