9

6.1K 738 125
                                    

Author POV

Hubungan mereka seperti langit yang tertutup awan abu-abu.

Mereka beraktivitas seperti biasa sesuai peran masing-masing. Terkadang awan abu-abu berubah menjadi lebih pekat; Lia akan marah dan mengomel tiada henti seharian, sementara Yeji pasti merasakan apa yang dinamakan gondok. Terkadang sinar matahari dapat menembus sela-sela awan abu-abu; Mereka bercakap-cakap santai berdua saja pada jam makan siang (jika Yuna lebih memilih makan di kantin bersama Ryujin atau manajer marketing yang baru bernama Chaeryeong).

Layaknya hujan yang belum turun membasahi bumi, mereka terus bergerak tanpa hambatan. Waktu terus berjalan, bukan?

Sampai tidak terasa Yeji sudah bekerja untuk seorang Choi Julia selama tiga bulan. Dalam rentang waktu itu banyak sekali kejadian yang terjadi di perusahaan. Seperti karyawan-karyawan yang tidak puas dengan kebijakan nona Julia yang terkesan terlalu memaksa, perombakan susunan kepegawaian yang terlalu mendadak, PHK tanpa alasan yang jelas, bahkan desas-desus yang beredar dari mulut Daehwi si lambe nyinyir menyebutkan ada musuh dalam selimut yang menyebabkan permasalahan pemerosotan dana belum terpecahkan.

Yeji tidak ingin asal menilai apa yang dilakukan Lia itu salah. Ya, Lia memang suka seenaknya sendiri. Sering sekali dia tiba-tiba menghilang dengan alasan malas bekerja dan menghibahkan seluruh pekerjaan pada Yeji dan Yuna. Tidak sekali atau dua kali dia pergi dari kantor begitu saja padahal sudah ada jadwal rapat atau temu kerja dengan orang penting. Di samping semua permasalahan-permasalahan internal dan sikap semena-mena bosnya, dari pengamatannya selama ini ia tahu bosnya tertekan. Seakan-akan tanggung jawab ini bukan kemauannya. Yeji salut--terlepas dari benar atau tidaknya spekulasi yang ia miliki--Lia masih bertahan menjalankan bisnis raksasa milik keluarganya di usia yang masih terbilang muda.

Yeji yakin sebanyak-banyaknya masalah yang dimiliki para pekerja di perusahaan, Lia memilikinya mungkin seratus kali lipat lebih banyak. Maka dari itu, Yeji tidak pernah mengeluh soal pekerjaannya sekarang.

Pernah pada suatu hari saat mereka makan malam setelah menghadiri acara jamuan antar pemilik perusahaan (Lia menolak untuk makan bersama mereka, hanya ingin setor muka sebentar lalu pulang), Yeji bertanya:

"Bukan bermaksud lancang atau terlalu ikut campur, apa kamu ada masalah akhir-akhir ini?"

"Ada lah."

"Masalah apa?"

"Ada deh."

Yeji menghela napas. "Kalau kamu ada masalah kamu bisa berbagi...mungkin aku bisa bantu."

"I'm all by myself in this."

Saat itu Yeji berpikir, mungkin ia terlalu cepat menganggap hubungan mereka berkembang. Hubungan mereka memang sudah lebih dari bawahan dan atasan namun kurang dari pertemanan. Mustahil seorang bos berteman dengan asisten pribadinya, bukan?

Seharusnya ia tidak bertanya seperti itu. Itu di luar ranahnya. Lia tidak cukup mempercayainya untuk berbagi masalah dan ya, ia harus mengerti.

Diam-diam Yeji berharap bisa dipercaya untuk meringankan sedikit saja beban Lia.

Ingin melihat senyumnya lagi.


■■■■■


"Kamu selesaikan laporan tanggapan dan presentasi buat perusahaan supplier bahan bangunan. Besok harus selesai. Bilang sama tuan Koh, kamu yang menggantikan saya di pertemuan lusa. Jadwal-jadwal yang lain juga kamu urus semuanya. Pokoknya, selama empat hari ke depan saya tidak datang ke kantor. Saya mau istirahat."

BossyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang