Yeji POV
Aku Hwang Yeji, anak bungsu Hwang Jaeseok dan cucu Hwang Yeonseok--anak bapak penggemar otomotif Barat yang berhasil mendirikan perusahaan berdasarkan kegemaran itu. Perusahaan kakek dan ayah adalah perusahaan importir mobil-mobil dari Eropa dan Amerika.
Anggota keluarga utama lainnya adalah ibu dan kakak laki-lakiku si anak sulung--kami dua bersaudara--yang bernama Hwang Minhyun. Beda umur kami terpaut cukup jauh yaitu lima tahun.
Sejak menimba ilmu di SMP ayah mulai sakit-sakitan. Penyebabnya diketahui berasal dari kondisi jantungnya yang melemah. Dari kejadian itu seluruh anggota keluarga diwajibkan melakukan check-up untuk pencegahan atau pengobatan dini. Hasilnya, kakakku positif turunan memiliki jantung lemah seperti ayah. Sejak saat itu kakakku selalu diberi perhatian ekstra. Terlihat seperti kasih sayang yang lebih besar dari perspektifku.
Ayah selalu bilang kakak akan mewarisi perusahaan. Namun, perhatian ekstra yang mereka berikan itu tidak main-main. Suatu hari kakak bilang ingin menjadi idola ketimbang mengurus perusahaan. Orang tuaku setuju saja tanpa basa-basi. Aku yang dulu masih remaja berpikir, mungkin perusahaan akan diberikan kepada saudara atau kerabat. Ternyata saat aku akan masuk SMA dan berkata ingin menjadi seorang dancer orang tuaku menolak mentah-mentah. Alasannya? Aku harus mengurus perusahaan kelak.
Yang benar saja. Kenapa harus aku yang diberi tanggung jawab yang bukan keinginanku? Aku berontak dengan pergi dari rumah, mendaftar di salah satu SMA di Seoul. Beruntung kakek mengerti diriku dan bersedia memberikan bantuan finansial di awal aku menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kehidupan serba baru, dengan syarat aku harus mengabulkan permintaannya nanti. Yah, aku jelas tahu apa permintaan itu tapi aku setuju saja karena aku punya rencana lain. Jika kakek memintaku untuk menjadi penerus, aku akan menolak dengan mengganti seluruh uang yang aku pinjam setelah sukses.
Kemudian satu tahun berganti, aku bertemu Ryujin yang sampai sekarang menjadi sahabatku.
Menginjak usia 17 tahun aku berhenti "meminta" dari kakek dan mulai bekerja paruh waktu di salah satu minimarket. Sedari awal pun aku menyewa apartemen kecil yang biaya sewanya sangat murah dengan perhitungan sesuai kira-kira pemasukanku. Orang tuaku selalu berusaha memperbaiki hubungan kami dengan menelepon di akhir tahun untuk pergi jalan-jalan keluarga tetapi aku tidak pernah menggubrisnya sebab aku memang tidak suka bepergian jauh. Jalan-jalan yang paling berarti bagiku adalah pergi tur sekolah ke Jeju, bersama Ryujin di kursi pesawat sampingku, menggunakan hasil tabunganku.
Aku terus hidup mandiri sampai kerja, hanya pernah pulang kembali ke rumah sekali saat lulus SMA. Itu pun karena kakek menagih "hutang" dariku--sesuai dugaan memintaku menjadi penerus tetapi aku tolak dan berjanji akan mengganti semua uang yang kupinjam. Selain itu, maksud kedatanganku adalah menjenguk ayahku yang mulai harus dirawat seiring kondisinya melemah. Bertemu kembali dengan keluargaku pada waktu itu sungguh canggung. Aku merasa bersalah dan mereka juga sama. Kami lebih banyak diam. Bahasan topik soal perusahaan dan penerus yang diungkit kakek sempat membuatku emosi lagi. Aku belum sedewasa yang aku pikir. Aku kira aku bisa mengerti dan menyikapinya lebih tenang setelah hidup lama jauh dari keluarga. Nyatanya aku salah.
Setelah itu aku mencoba menjadi lebih baik lagi. Aku menjadi paham bahwa cita-cita pun bisa berubah haluan karena keadaan. Walaupun begitu, aku cukup bangga bisa menjadi seorang manajer di usia muda. Bayaran mahal dari sakit hati adalah motivasi.
Sekarang dengan kondisi ayah yang semakin buruk dan kakek menorehkan tinta pulpen emas pada kertas bercap lambang keluarga, mau tak mau, siap tak siap, aku harus mengambil tanggung jawab besar ini.
Pada hari Minggu aku mengurus kepindahanku dengan amat terburu-buru. Ryujin sahabatku itu bahkan tidak punya waktu bersedih tentang kepergianku karena ia juga sibuk membantuku mengurus semuanya. Aku pun mempersiapkan surat pengunduran diri dari Sky Living group.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossy
Fanfiction"...panggil saya nona Julia." Gaji besar sebanding kerja bersama bos seperti nona Julia? Masih muda dan cantik, tapi Yeji ragu dengan sikapnya yang sulit dikompromi. Bertahan atau berhenti? Atau pilihan ketiga: memahami bosnya itu dan cari titik lem...