Malam itu, setelah Yeji menemui bosnya terkait pekerjaan barunya, ia datang berkunjung ke apartemen Ryujin. Bukan hal yang sulit karena ruang apartemen mereka hanya dipisahkan koridor panjang. Ya, tepatnya ruangan mereka saling berhadap-hadapan.
Jika kalian bertanya, kenapa mereka tidak tinggal di satu apartemen saja untuk menghemat biaya sewa? Jawabannya adalah mereka ingin hidup lebih mandiri dan sudah bosan harus melihat wajah yang sama pertama kali mata mereka terbuka setiap bangun pagi setiap hari. Sejak dari SMA hingga kuliah rutinitas itu selalu terulang. Walaupun Ryujin lebih muda setahun darinya, entah bagaimana mereka selalu berakhir di kamar asrama yang sama. Sekarang mereka sudah dewasa dan bisa menghasilkan uang sendiri jadi mereka memutuskan untuk tinggal di satu gedung apartemen berbeda ruangan. Ingin berpisah namun ingin selalu dekat.
"Aku nggak nyangka, Ji sumpah dah. Tapi bagus deh, kamu nggak jadi pengangguran."
Cerita Yeji sudah selesai. Ryujin tertawa sepenuh hati mengingat wajah jelek Yeji yang tiada henti menangis tempo hari. Yeji yang sedang ngemil persediaan makanan ringan sahabatnya menghela napas pasrah. Sudah biasa dijadikan bahan olok-olok olehnya.
"Oh iya, pengganti kamu udah ada loh. Perempuan. Kayaknya sih umurnya nggak beda sama kita. Cuma dia itu jutek BANGET. Sebelas dua belas lah sama si Juleha."
"...Juleha? Siapa?"
"Ya ampun, Ji lemot banget deh. Si bos baru lah."
Yeji menggelengkan kepala mendengar nama pelesetan si bos. "Nama udah bagus Julia diganti Juleha. Jauh banget, Jin. Jauh. Parah, kasih tahu ah~"
"Jangan! Nanti aku kena pecat kayak kamu lagi. Awas ya kamu kalau sampai bilang ke bos."
"Nggak lah. Lagian menurut aku bagus kok nama pelesetannya. Mulai sekarang kalau kita bicarain dia di kantor pakai nama itu ya, biar nggak ketahuan."
Ryujin mengacungkan dua jempol. Mereka kembali asyik memakan cemilan sambil menonton idol reality show. Mereka tidak terlalu memerhatikan karena bukan penggemar grup idola yang menjadi bintang tamu.
"Ryuddaeng."
"Hm."
"Kalau pengganti aku umurnya nggak beda sama kita, terus kenapa Juleha bilang mau ngetes aku?"
Ryujin menoleh, mengabaikan TV. "Hah? Nggak ngerti."
"Dia bilang dia mau ngetes aku karena dia bingung kenapa tuan Choi milih aku jadi manajer padahal aku masih muda. Lah, terus kenapa dia milih pengganti aku yang masih muda juga, yah?"
"Lah iya, ya. Hayoloh pasti ada 'sesuatu' tuh si Juleha. Jangan-jangan dia suka sama kamu?!"
Sebuah kepalan tangan mendarat mulus di atas kepala Ryujin. "Apaan sih? Nggak kamu, nggak Yuna, sama-sama kebanyakan mengkhayal deh. Aneh!"
"Yuna teh saha?"
"Sekretaris pribadi si bos. Mana kalian sama-sama marga Shin pula. Do you guys share the same braincell?"
"Well, I think this Yuna girl is interesting. I wanna meet her!"
Yeji berjanji akan mengenalkan sahabatnya itu pada Yuna besok. Ada sedikit keraguan mengenai keputusannya itu. Kalau pun ingin menolak, dia tidak bisa karena Ryujin akan merengek dan mengeluarkan aegyo. Membayangkan saja membuatnya merinding.
Setelah itu mereka kembali menonton dan menghabiskan makanan. Sudah lama mereka tidak menghabiskan quality time bersama.
Malam Rabu itu mereka lewati dengan canda tawa. Sesekali mengenang masa-masa kehidupan mereka saat semuanya belum terasa rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossy
Fanfiction"...panggil saya nona Julia." Gaji besar sebanding kerja bersama bos seperti nona Julia? Masih muda dan cantik, tapi Yeji ragu dengan sikapnya yang sulit dikompromi. Bertahan atau berhenti? Atau pilihan ketiga: memahami bosnya itu dan cari titik lem...