Lia sadar.
Lia tidak tahu siapa yang memulai.
Saat ini melihat belahan hatinya tertidur pulas bersandar pada kursi kebesarannya, layar laptop berdiri namun gelap pekat--tanda istirahat karena sudah terlalu lama stand by hanya saja tidak digunakan lagi. Lagi-lagi Yeji bekerja terlalu keras. Ia pasti lupa Lia memang ada jadwal berkunjung setiap malam (jika dirinya sendiri tidak sibuk) untuk membawakan kotak berisi makan malam hasil buatan sendiri. Padahal mereka sudah berbagi pesan tadi.
Yeji memang pelupa.
Bahkan lupa hari ini tanggal anniversary mereka.
Lia menghela nafas berat. Kotak makan yang ia genggam berpindah tempat ke atas meja kerja Yeji. Pelan-pelan ia menghampiri Yeji, menyingkap helai-helai rambut yang menutupi wajah kekasihnya. Ia menangkup wajah Yeji dan memandangi pahatan Tuhan paling sempurna di matanya itu. Kelihatannya Yeji sangat lelah. Lia bertanya-tanya, berapa jam ia tertidur semalam? Untuk membangunkan jadi tidak tega.
Menit berlalu, Lia memutuskan untuk pergi. Sebelum berhasil balik badan, sebuah tangan melingkar di pinggangnya, menahan pergerakannya. Menengok ke belakang, kedua mata sipit itu telah terbuka dan menatapnya penuh sayang. Sinar lelah tertutupi begitu saja. Yeji duduk lebih tegak setelah mengusap wajahnya beberapa kali. Lia pun sekarang menghadapnya.
"Udah dari tadi?"
Lia menggeleng lalu meletakkan kotak makan di pangkuan Yeji.
"Thanks," Yeji tersenyum kecil.
Yeji beranjak dari kursi kemudian menarik Lia untuk duduk di sofa depan meja kerja. Mereka duduk saling berdampingan. Lia memerhatikan Yeji membuka kotak makan dan berbinar melihat isinya. Yeji memakan sesuap banchan disusul nasi. Tak lupa ia menyuapi Lia untuk berbagi. Sekeliling mereka hening. Mereka fokus dengan kegiatan masing-masing--Lia sekarang mengecek HP dan Yeji terlalu menikmati makanannya.
Lia sadar mereka diam-diam semakin berjarak.
Lia tidak tahu siapa yang memulai.
Jarang sekali bercakap-cakap. Hening semakin berisik terdengar setiap mereka berdua. Kenapa? Lia ingin menanyakan itu tetapi ia sungguh takut.
Takut ini semua akan berakhir.
Ingin meneruskan tapi enggan, ingin mengakhiri tapi berat.
Yeji selesai dengan makan malamnya. Ia tersenyum senang hingga matanya berubah menjadi garis. Terkadang Lia heran dengan sikap Yeji satu ini. Kenapa kekasihnya itu bersikap seakan-akan mereka baik-baik saja? Kenapa ia masih terlihat bahagia bersama dirinya? Lia merasa seperti orang terbodoh di dunia karena tidak menemukan jawabannya.
"Lia, soal pernikahan kita..."
Lia tidak sanggup.
"Yeji."
Yeji berhenti dan menatap Lia cukup lama. Tubuhnya beringsut mendekat saat Lia malah menunduk, bukannya berbicara.
"Ada apa, sayang?"
Tiba-tiba Lia memeluk Yeji sangat erat. Selama berpelukan itu Lia memikirkan ulang tentang hubungan mereka. Dari awal mereka pacaran hingga sekarang. Di mana letak salahnya? Di mana letak retaknya? Kalau sudah tahu, Lia ingin memperbaikinya.
Yeji sedikit banyak berubah setelah ayahnya meninggal dan menjalankan peran sebagai penerus Royal Automobiles. Orang tua mereka sebenarnya sudah sepakat dengan rencana pernikahan mereka. Namun, jarak itu melebar karena tuntutan pekerjaan, kewajiban, dan tanggung jawab. Bukan salah Yeji.
Lia sadar ia juga salah.
Tapi Lia tidak tahu siapa yang memulai.
Entah kenapa tahun ini begitu berantakan. Dimulai dari wafatnya ayah Yeji, lika-liku hubungan mereka, kandasnya hubungan Chaeryeong dan Ryujin, Yuna...tidak berubah tetapi anak itu menjadi tak acuh dengan sekitarnya. Terlalu banyak drama, katanya. Benar, memang benar perkataan si maknae itu.
Lia sadar perbuatannya di tahun ini bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Siapa yang memulai? Lia masih tidak tahu.
Lia melepas pelukannya. Lensa matanya melihat sekilas layar HP Yeji yang bergetar dan menyala di atas meja kopi, sebelum akhirnya disambar dan Yeji membalas pesan yang masuk.
"Baby, wanna do 'it'?"
Yeji terperangah.
Kenapa tiba-tiba? Batinnya."Di sini..?"
"Iya."
"Tapi terakhir kamu bilang kamu nggak mau melakukannya sampai kita nikah nanti."
Lia hanya menggeleng, terus menatap Yeji serius. Mau tidak mau, karena sayang dan cinta, Yeji menyetujuinya.
Mereka melakukannya dengan tergesa dan berantakan.
Selesai dengan kegiatan itu, pas sekali Lia mendapat panggilan telepon. Ia pergi ke area balkon ruangan Yeji untuk menerima panggilan. Yeji menunggu di sofa, masih kehabisan nafas dan merasa panas. Sekembalinya Lia dari balkon, hal aneh mulai terjadi. Lia tergesa mengenakan baju dan bersiap-siap untuk pergi.
"Kamu mau kemana? Ada urusan?"
Lia baru saja ingin menarik gagang pintu tetapi sekali lagi aksinya diberhentikan.
"Maaf, aku mau pergi."
Yeji buru-buru menghampiri Lia. "Aku antar, ya?"
Lia menggeleng lemah. Entah kenapa sekarang terasa berat untuk menatap Yeji.
Lia sadar, sudah cukup
Tidak ada yang tahu siapa yang memulai. Mereka berdua sama-sama salah.
"Soal pernikahan kita..." Lia membuka suara. "Aku rasa batalin aja."
"...kenapa?"
Mereka sama-sama terluka.
"Karena aku...
"Lebih baik sama Ryujin."
Lia pergi tetapi gambaran nama Chaeryeong dengan emot hati tertera diayar HP Yeji masih belum pergi dari pikirannya.
END
Alias April Fool's Day :D
Siapa kangen Bossy? Aku doang kayaknya. Btw aku pingin coba nulis ryujisu sama chaerji hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossy
Fanfiction"...panggil saya nona Julia." Gaji besar sebanding kerja bersama bos seperti nona Julia? Masih muda dan cantik, tapi Yeji ragu dengan sikapnya yang sulit dikompromi. Bertahan atau berhenti? Atau pilihan ketiga: memahami bosnya itu dan cari titik lem...