2

7.9K 896 163
                                    

Author POV

Mentari yang enggan menampakkan diri, langit yang berselimut gumpalan abu-abu, serta bulir-bulir air yang tumpah tanpa peringatan bukanlah pagi yang menyenangkan bagi sebagian orang. Tidak terkecuali seorang wanita bermata sipit yang tiada henti menghela napas dan menguap secara bergantian. Menahan kantuk pada pagi yang dingin (double attack karena ruang kerjanya berisi AC) ditambah latar suara rintik-rintik rupanya perlu usaha yang keras. Perut Yeji yang berisi susu juga tidak membantu.

Ya, wanita itu selalu minum susu setiap pagi, tidak terbiasa minum kopi seperti pekerja atau orang dewasa pada umumnya.

Yeji hampir lupa ia juga kurang tidur berkat tugas sialan yang diberikan nona Julia. Setelah lembur, ia masih belum puas dengan pekerjaannya. Alhasil ia semalaman begadang membuat tiga versi dari rancangan strategi pemasaran yang baru.

"Selamat pagi, Yeddeong!"

Pintu yang dibuka tiba-tiba dan suara sapaan yang keras itu, Yeji meringis dibuatnya.

"Shin Ryujin! Jangan berisik pagi-pagi, bisa?"

"Eh lingkaran hitam apa itu di bawah matamu?"

Ryujin menahan tawa. Saat Yeji memutar bola matanya malas, Ryujin langsung tertawa terbahak-bahak. "Dapat amanah dari nona Julia macam apa sampai kamu punya mata panda begini?"

"Kamu...kok tahu?"

"Kemarin 'kan dia keliling perusahaan, mampir ke setiap divisi sekalian perkenalan. Aku dengar banyak manajer yang kena damprat di depan staf habis itu dia ngasih tugas. Staf divisi kita agak bingung kenapa dia nggak ke ruangan kamu dan ngelakuin hal yang sama. Pokoknya wanita seram itu jadi hot topic sekarang."

"Asal kamu tahu ya, dia udah ngelakuin itu tapi bedanya aku kena damprat di ruangannya tepat setelah rapat." Yeji menghela napas berat.

Baru saja Ryujin ingin merespon, telepon kantor berdering nyaring. Hal itu sukses membuat nyawa Yeji terkumpul.

"Halo, selamat pagi. Dengan Hwang Yeji dari marketing."

"Cepat datang ke ruangan saya."

"Saya berbicara dengan siapa?"

"Dalam 5 menit kalau kamu tidak datang saya pecat."

Telepon ditutup secara sepihak oleh si penelepon. Yeji otomatis panik karena ancaman yang diujarkan tidak tanggung-tanggung. Kepanikannya bertambah setelah sadar suara penelepon dan irit bicaranya sangat mirip dengan nona Julia. Buru-buru Yeji meninggalkan ruangannya menuju lantai 72, lantai teratas gedung kantor, disaksikan dengan tatapan keheranan oleh Ryujin.

Yeji menuju lift di tengah koridor. Keempat angka putih digital yang tertera di atas tombol pilihan ke atas atau ke bawah semuanya menunjukkan angka lantai yang jauh dengan lantai kantornya. Untuk berlari dan sampai ke depan lift saja ia sudah memakan waktu setengah menit. Yeji memutuskan untuk naik tangga darurat di ujung koridor. Dari lantai 59 ke lantai 72, ia hanya butuh melewati tiga belas lantai dalam waktu empat setengah menit. Tidak sulit. Ya, tidak sulit. Lagipula Yeji adalah anak dance sedari kecil hingga remaja. Kehidupannya dipenuhi olahraga. Dia bisa melakukannya!



■■■■■


TOK! TOK! TOK!

"Masuk!"

Napasnya yang tersengal dan dentuman detak jantung yang terasa sampai ke telinga membuat Yeji hanya bisa membungkukkan badan saat masuk ruangan si bos.

BossyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang