15

6.7K 647 369
                                    

Gemaasshhh sama kalian yang ngira Bossy nggak dilanjut hahaha. Ini teruntuk kalian semua yang udah khawatir + penasaran sama Yeji. Enjoy! ;)

"Kak Lia..."

Dua orang yang sudah ia anggap seperti adik sendiri datang menghampirinya di taman rumah sakit yang lengang. Mereka pun ikut duduk di rumput tanpa alas apapun. Tidak peduli celana dan rok mereka kotor, tidak peduli dingin, yang terpenting adalah kondisi dia yang tertua di antara mereka sedang terpuruk. Terlihat jelas dari uraian air mata yang masih membekas jelas di pipi, membasahi perban baru yang menutupi salah satu pipi dengan luka sayat.

Yuna dan Chaeryeong sama-sama menggenggam tangan Lia. Dingin seperti es karena berjam-jam dibiarkan di luar tanpa proteksi. Jangan harap ada gemerlap bintang malam itu. Langit tidak jauh berbeda dengan suasana hati. Gumpalan awan tebal menyelimutinya.

"Di saat kayak gini...aku semakin yakin aku nggak akan pernah bisa bersama dengan cinta sejati aku." Satu tarikan napas berat. "Mungkin aku dikutuk atau ditakdirkan sendiri."

"Kak Lia jangan ngomong gitu." Yuna mengeratkan genggaman, setidaknya ingin memberi kekuatan lewat gestur sederhana.

"Benar kata Yuna, kak. Kak Yeji pasti baik-baik aja. Kakak harus percaya dia kuat."

"Aku percaya tapi..tapi kalau--"

"Udah, kak, udah. Kakak pulang dulu yuk biar istirahat."

Lia menggeleng lemah. "Ini semua gara-gara aku. Kalau Yeji sama aku dia bisa terluka lagi." Lia mendongak menatap langit kelabu. "Aku nggak mau egois."

Sebuah tamparan melayang. Chaeryeong menatap wanita yang lebih tua darinya itu tajam sementara Yuna masih menutup mulutnya yang sontak terbuka, efek melihat peristiwa yang baru saja terjadi di depan mata. Cap berbentuk tangan kemerahan mulai terlihat di pipi Lia yang tidak dibalut perban. Rasanya panas, bahkan setelah ia meraba bekasnya. Desau angin dan gemerisik dedaunan dari semak-semak menjadi satu-satunya suara yang mencegah keheningan menyelimuti mereka. Air mata Lia tanpa sadar berhenti mengalir.

"Rasional boleh, bego jangan. Niat kakak kayak gitu bakal menghasilkan apa, hah? Kebaikan yang kakak anggap bakal tercipta itu sebuah kebohongan. Malah saling menyakiti hati kalau cuma sepihak. Kalian udah sama-sama tahu perasaan masing-masing. Memang, cinta nggak harus memiliki tapi jangan mempersulit diri sendiri! Dengan kalian bersama nanti, itu bukan egois. Itu naluri alamiah karena rasa cinta. Don't fight it."

Ceramah itu masih ingin dilanjutkan tetapi getaran ponsel di saku mengalihkan perhatian Chaeryeong. Ia mengangkat panggilan telepon dari kekasihnya yang sebenarnya ia sudah tahu tujuannya apa karena sebelum pergi menyusul Lia mereka berdua sepakat jika dokter sudah selesai menangani Yeji, Ryujin akan menelponnya. Benar saja, Ryujin bilang mereka bertiga sebaiknya kembali ke ruang gawat darurat untuk mendengar penjelasan dari dokter. Chaeryeong mengisyaratkan mereka untuk bangun, memberi tahu perkataan Ryujin, dan memberi satu lagi tatapan tajam pada Lia yang terlihat ingin menolak. Ia tahu, Lia tidak siap mendengar seberapa parah orang yang dicintainya harus menahan sakit. Namun, ia harus tahu.

Jika Lia ingin tegas pada dirinya sendiri, maka Chaeryeong akan lebih tegas. Baginya sudah cukup orang yang sudah ia anggap kakak kandung itu terus menerus memikirkan yang terburuk.

Kali ini ia ingin Lia bahagia.

Chaeryeong sudah berjalan terlebih dahulu. Yuna membantu Lia untuk berdiri. Di tengah perjalanan, Yuna berceletuk.
"Kakak jangan menghindar lagi kalau belum siap berurusan sama rindu lagi."

■■■■■

Yeji mengalami pendarahan hebat akibat luka di paha dan luka tembak di perut. Selain itu, terdapat luka dalam di area dekat tulang rusuk, pergelangan tangan kiri dan hidung retak, serta memar-memar di wajah. Beruntung sekali Yeji tidak mengalami gegar otak akibat luka benturan dengan botol di pelipisnya. Persediaan darah di bank darah rumah sakit itu juga berhasil membantu Yeji melewati masa kritis. Semuanya menjadi lega mendengar bahwa keadaan Yeji cukup stabil untuk saat ini. Pujian dilontarkan oleh dokter Sooyoung--dokter yang menanganinya--mengatakan Yeji adalah orang yang kuat, sebelum ia pamit pergi.

BossyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang