5

7.2K 760 138
                                    

Yeji POV

Kantuk mulai menepi alami, tidak ada gangguan dering nyaring alarm pagi ini. Atau penyebab lainnya yakni cahaya yang seperti menyerobot kelopak mata yang tertutup rapat. Sinar matahari kah? Aku tidak ingat menyalakan lampu tidur semalam. Sebenarnya aku ingin kembali ke alam mimpi tapi bagaimana bisa dengan cahaya terang yang mengganggu ini?

Oh, ada satu hal lain yang mengganggu juga. Tanganku...mati rasa. Aliran darahnya terhambat lantaran sesuatu yang berat menghimpit di area lengan.

Walaupun begitu, sebuah kehangatan manis menyelimutiku, membuaiku akan kenyamanan yang menahan untuk segera beranjak. Aneh, padahal aku bisa merasakan selimut hanya tinggal separuh badan.

Rasa penasaran menang. Aku membuka mata perlahan, mengaturnya sedemikian rupa dari buram sampai jelas.

Bibir seseorang begitu dekat dengan wajahku. Pandanganku menelusuri setiap inci wajah seseorang yang masih terlelap di sampingku ini. Napasnya berhembus teratur menggelitik hidung kami yang bersentuhan. Aku membatu. Aku menahan napas.

Nona Julia?! Maksudku...aku akhirnya ingat kejadian semalam. Kumpulan memori sudah membentuk puzzle sempurna. Mati lampu, suara teriakan, aku yang lucunya menjadi pahlawan di tengah malam dan bukan di siang bolong, mengantar bosku ke kamarnya, ia tidak mau ditinggal, pelukan yang tidak terlepas, kami yang akhirnya tidur seranjang (hanya tidur biasa!), sisi lemahnya yang pertama kali aku lihat, ia yang memintaku memanggilnya 'Lia', dan terakhir kami tidur sambil berpelukan. Cahaya menyilaukan ini rupanya lampu kamar yang lupa atau tidak dimatikan sama sekali. Listrik sepertinya sudah berfungsi normal entah sejak kapan. Mungkin kami terlalu lelap, mungkin baru nyala tadi pagi.

Lia...masih memelukku sampai sekarang. Perlukah aku bangunkan? Aku tidak berani bergerak sekadar memeriksa waktu. Bergerak sedikit saja bisa fatal. Risikonya tinggi.

Kenapa aku harus terjebak dalam situasi semacam ini?!

Lima menit. Aku yang lemah ini membutuhkan waktu sebanyak itu untuk menenangkan diri dan memikirkan harus bagaimana. Keputusan yang aku ambil dipastikan sudah yang terbaik. Ya, aku hanya perlu memundurkan wajahku pelan-pelan lalu melepaskan pelukan Lia.

Pelan-pelan dan sesunyi mungkin aku memundurkan wajahku sambil memejamkan mata. Pergerakanku terhenti saat Lia--masih terlelap--bergerak memelukku lebih erat, bahkan wajahnya mendekat! Reflek aku mendongakkan kepala. Beruntung kepala Lia sekarang berada di ceruk leherku dengan hidungnya menempel tepat di bawah daguku.

Astaga, aku tidak berani bergerak. Aku pun baru sadar satu tanganku masih melingkar protektif di pinggangnya, sementara tangannya merangkul pundakku dari depan dan kakinya menindihku di sekitar panggul. Wanita ini benar-benar...

Seseorang tolong aku!

"KAK JUL BANGUUUNNN UDAH PAG--"

Pintu kamar terbuka tiba-tiba, membuatku terlonjak. Yuna, wanita muda itu datang tidak mengetuk pintu. Ia dan aku saling berpandangan cukup lama. Entah suara cempreng Yuna atau apa, kelihatannya Lia terusik sehingga ia semakin mengeratkan pelukan.

"Oh~ ada kak Yeji toh di sini. Menarik."

Alis Yuna naik-turun menggodaku. Senyuman nakal menghiasi bibirnya. Ia pergi begitu saja setelah mengerling nakal. Dia pasti berpikir yang tidak-tidak!

Aku harus melakukan sesuatu.

"L-Lia, ayo bangun. Udah pagi, kita harus siap-siap." Kulepaskan untaian tangan dan kaki miliknya dari tubuhku. Tidak peduli nanti dia marah. Di sisi lain, aku tidak tega membangunkannya. Dengan segala kejadian semalam pasti ia kurang tidur...

Lia mengerang manja. Oh shit! WHY?!

"Jam?" Ia bertanya dengan suara parau khas bangun tidur. Tangannya mengucek-ucek mata. Entah kenapa terlihat imut dan secara bersamaan...terdengar sexy.

BossyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang