Tidur dalam posisi berpelukan dengan orang yang kau cintai rasanya sangat nyaman. Hangat, tahu keberadaannya dalam posisi terdekat, merasakan napas hangat kerap menerpa, mendengar denyut teratur organ pemompa darahnya, terlebih bersandar di dadanya. Empuk, seperti bantal.Sejak tadi kedua insan yang masih setia berada di tempat tidur sudah menyadari matahari telah menampakkan sinar terangnya. Salah satu dari mereka lupa menutup gorden di salah satu jendela tadi malam. Kendati demikian, kelopak mata masih menutup sempurna, sama sekali tidak terganggu dengan itu semua.
Lama kelamaan baru terasa ada sesuatu yang mengganggu, yaitu beban kepala di dada yang dirasakan oleh Choi Jisu.
"Yeji, kepalamu minggir."
Oknum bernama Hwang Yeji itu berbuat sebaliknya dari apa yang diperintahkan, mengeratkan lingkar lengannya di pinggang ramping, menggeleng-geleng (sekaligus mendusel), dan terakhir menenggelamkan wajahnya di dada Choi Jisu, alias Lia sang istri tercinta.
"Nggak mau. Di sini empuk."
Lia mengerang pelan, "Aku susah napas."
"Bilang dulu 'Yeji cintaku sayangku yang cantik dan keren, tolong minggirin kepalanya ya' baru aku mau minggir."
Erangan lolos lagi dari mulut Lia. Ia malas jika sudah seperti ini. Mendorong kepala Yeji tidak berbuah hasil. Tenaganya belum sepenuhnya terkumpul karena baru bangun tidur.
"Yejiiii ih minggir."
Kalau erangan tidak manjur, usaha terakhirnya ada pada rengekan.
"Hmmm..nggak mau kalau belum bilang yang tadi aku bilang."
Menghela napas pasrah, Lia membuka matanya. tatapan Lia berfokus pada langit-langit kamar. Jemarinya bergerak mengelus surai panjang berwarna oranye kemerahan milik Yejinya yang sedang dalam mode manja, penyebabnya sudah pasti perjalanan bisnis yang memakan waktu selama satu minggu. Yeji tidak pernah mau pergi untuk perjalanan bisnis lebih dari lima hari, sudah menetapkan akhir pekan khusus dihabiskan bersama keluarga. Perjalanan bisnis satu minggu itu mau tidak mau ia ambil sebab harus bertemu dua klien sekaligus di Inggris.
Lagipula Yeji berani pergi karena istrinya juga ada perjalanan bisnis di pekan yang sama. Selain itu, saat pulang ia tidak akan sendirian di rumah. Ada yang menemani.
BRAK!
"Mommy!"
Dua bocah meloncat naik ke atas kasur. Satu dari mereka mendarat tepat di atas tubuh Yeji, membuat napas yang ada dalam paru-parunya seperti tertohok. Setelah itu, si bocah merangsek memposisikan tubuhnya di antara Lia dan Yeji, menyempil dan otomatis menggeser posisi Yeji. Bocah yang lainnya sudah bergelayut pada Lia di sisi yang berlawanan.
Kedua bocah inilah yang menemani Lia di rumah, tersangka penghilang ketenangan di rumah, atau nama lainnya tiada hari tanpa teriak-teriakan di rumah.
Tak terasa lima tahun sudah terlewat sejak pasangan Yeji dan Lia melakukan program anak. Awalnya mereka berencana memiliki seorang anak saja. Rupanya mereka dianugerahi 'bonus' spesial yang membuat seluruh anggota keluarga, baik keluarga Choi maupun keluarga Hwang, gembira.
Tentu saja yang paling bahagia adalah Yeji dan Lia. Program yang mereka ikuti berjalan cukup lancar, hampir tidak ada hambatan, terkecuali keluhan-keluhan selama kehamilan. Masih segar dalam ingatan bagaimana Lia menangis haru melihat bayi-bayi mungilnya yang sehat berwarna kemerahan. Ia bahkan tidak mau berpisah dengan bayi-bayinya jika Yeji dan dokter kandungan tidak membujuknya untuk beristirahat.
Selama menjadi orang tua, Yeji dan Lia belajar banyak hal. Perselisihan, salah paham, beda pendapat pernah terjadi. Belum lagi sulitnya membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga mengingat posisi mereka dalam perusahaan masing-masing. Kadang kala Yeji atau Lia terlalu lelah dengan semuanya, mempertanyakan ulang keputusan mereka memiliki anak. Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak mereka tumbuh dan berkembang, begitu pula dengan Yeji dan Lia yang semakin dewasa dan matang dalam menjalani rumah tangga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bossy
Fanfiction"...panggil saya nona Julia." Gaji besar sebanding kerja bersama bos seperti nona Julia? Masih muda dan cantik, tapi Yeji ragu dengan sikapnya yang sulit dikompromi. Bertahan atau berhenti? Atau pilihan ketiga: memahami bosnya itu dan cari titik lem...