"Vin."
"Apa?"
"Lo jadi lebih galak dah setelah insiden kertas waktu itu."
Yuvin yang awalnya membaca buku sejarahnya asal kemudian menghela nafas dan menyenderkan tubuhnya di kursi. Ia juga sadar tentang hal yang dikeluhkan oleh Hangyul. Dirinya jadi lebih galak dan sensi, persis seperti perempuan yang lagi pra-menstruasi.
"Iya sih. Gue juga sadar kalo gue jadi lebih galak."
Hangyul mengambil penghapus dari meja Yuvin. "Tapi ada bagusnya juga sih lo jadi galak."
"Kenapa?"
"Lo jadi lebih ekspresif." Hangyul tertawa. "Tadinya diem doang, ngomong seadanya meskipun ceplas ceplos asal. Tapi sekarang selalu ada konteksnya." Jelas Hangyul.
Yuvin mengangguk kecil, tanda menyetujui pendapat Hangyul.
Dan jikalau dipikir-pikir, ia seperti itu karena ada sosok baru yang hadir di kehidupannya.
Kim Yohan, dan segala kejadian bodoh nan aneh yang terjadi diantara keduanya.
Hangyul menepuk bahu Yuvin lagi. "Ini gue nanya bukan karena mau ungkit Yohan, ya, Vin." Mendengar nama Yohan, kuping Yuvin sudah berkedut kesal.
Namun ia tahan kekesalannya karena Hangyul berkata demikian; bukan untuk mengungkit masalahnya bersama Yohan. "Nanya apa?"
"Udah lama banget setelah putus dari Juyeon, apa luka dan trauma lo belum sembuh?"
Yuvin mengetuk-ngetuk mejanya sebentar sebelum akhirnya meletakkan kepalanya di atas meja, menghadap Hangyul. "Lukanya udah sembuh, traumanya... Mungkin 80%?" Jawabnya asal.
"Terus gak mau coba buka hati lagi?"
Yuvin terkekeh sarkastik. "Buka hati buat siapa? Yohan?"
Hangyul menyikut tangan Yuvin. "Udah gue bilang gue gak mau ungkit doi, malah lo yang mulai!"
"Habisan ujung-ujungnya bahas topik itu." Yuvin memutar bola matanya malas. "Mending lo cerita itu sama si Sihoon gimana ceritanya, anjay. Lo berandal begini, Sihoon anak rajin dan pintar, masa doi mau sama lo? Lo santet ya?"
"Sembarangan ya lo!" Hangyul menyentil dahi Yuvin yang tentu saja dihadiahi oleh teriakan keras Yuvin dan sebuah pembalasan dendam berbentuk injakan di kaki Hangyul.
"Da ayo cepet cerita."
"Klise, sih." Hangyul menatap papan tulis dengan tatapan wondering, mengingat-ingat kejadian pertama yang membuatnya bisa dekat dengan Sihoon secara spesial–meski tak ada status spesial apapun–. "Pas itu yang gue mau ngumpulin tugas susulan, gue liat doi lari kepanikan dari ruang guru dan yaudah, dia nabrak gue." Ceritanya. "Yaudah gitu aja sih."
"Dih, apaan." Ujar Yuvin tak terima. "Lo suka sama dia gara-gara apanya gitu apa gak minat diceritain?"
"Kepo banget lo. Kalo gue ceritain, ntar lo naksir Sihoon lagi!"
"Yee, ngga lah! Masa gue nikung sahabat sendiri." Yuvin memukul bahu Hangyul bersahabat sebelum merangkulnya. "Lagian tipe gue gak kayak Sihoon."
"Terus kayak siapa?"
Begitu Hangyul menjawab dengan pertanyaan macam itu, jantung Yuvin mendadak berdebar. Meski tidak terasa sampai mules. Tapi itu semua terasa karena bayangan wajah Yohan tiba-tiba ada di kepalanya.
"Gue gak punya tipe ideal." Jawabnya setelah diam sesaat. Lalu menyimpan senyum kecilnya karena bayangan wajah Yohan tak kunjung hilang.
Bayangan wajah Yohan yang hampir setiap saat memunyungkan bibirnya, yang selalu menahan nafasnya saat Yuvin melakukan sesuatu, dan yang paling membuatnya degdegan adalah.. bayangan wajah Yohan yang memerah saat ia malu-malu meminta peluk semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
paper incident ☆ yuyo ✅
FanfictionNgakak. Yuvin udah gak tahu lagi harus bereaksi bagaimana atas kejadian yang telah menimpanya barusan. ㅡ © 2019, thumbeline Produce X 101 B.O.Y Song Yuvin x OUI Kim Yohan Idea credits to : BlueRoseSword_ via #PlotIdeas Comedy on twitter.